Tangga (Persyaratan dan Perhitungan) Skip to main content

Tangga (Persyaratan dan Perhitungan)

Persyaratan Tangga
Sebagai sarana vertikal antar lantai, tangga harus memberikan rasa aman dan nyaman bagi pemakainya. Dalam merencanakan tangga harus memenuhi persyaratan:
1. Lebar tangga 
Lebar tangga ditentukan dengan menyesuaikan jumlah pengguna yang akan melintas dalam waktu bersamaan. Contoh:
  • Untuk pengguna tangga dominan 1 orang, maka ukuran lebar tangga yang ideal adalah 70cm sampai 90cm.
  • Untuk pengguna tangga 2 orang (baik searah atau pun berlawanan arah), maka agar nyaman digunakan ukuran lebar idealnya 120cm sampai 150cm.
  • Untuk pengguna tangga 3 orang atau lebih (massal), sebaiknya lebar tangga dibuat dengan ukuran 180cm atau lebih.
Catatan: Dalam menentukan lebar tangga juga harus memperhitungkan mobilitas barang yang nantinya akan melalui tangga tersebut (seperti Lemari, Tempat Tidur, Meja, dsb.). Untuk gedung umum, biasanya untuk transportasi barang memiliki tangga khusus atau bahkan disediakan lift khusus barang.

2. Lebar anak tangga (Aantrade)
Aantrade adalah lebar anak tangga yang dipijak untuk naik dan turun. Lebar anak tangga harus melebihi lebar telapak kaki orang dewasa, standarnya 27-35 cm. Hal ini diperlukan supaya tangga nyaman dipijak.
Berikut ini lebar aantrade yang nyaman untuk orang Asia:
  • Jika rumah pribadi, buat lebar aantrade antara 27cm s/d 30cm.
  • Jika gedung atau fasilitas umum, buat lebar aantrade antara 30cm s/d 35cm.
3. Tinggi anak tangga (Optrade)
Tentukan tinggi anak tangga (Optrade), tinggi anak tangga yang paling nyaman adalah 15-18 cm. Ukuran ini nyaman untuk remaja atau orang dewasa dengan tinggi badan 150cm atau lebih. Bila anak tangga terlalu tinggi dapat menyebabkan kaki menjadi berat dan sakit ketika melangkah naik atau turun pada tangga tersebut.
Bila dalam keadaan terpaksa atau untuk area servis dan yang jarang dilalui bisa 20 cm atau lebih,  bahkan sampai 25 atau 30 cm. Namun tidak direkomendasikan.
Anak tangga (undakan tangga) yang tinggi akan membuat kelelahan ketka menaikinya. Hal ini makin terasa bila jarak lantai bawah dan atas sangat tinggi.

4. Ukuran Railing (pagar tangga)
Pemasangan railing diperlukan bila tangga memiliki lebih dari 5 anak tangga. Ukuran tinggi idealnya 70-90 cm dan tidak menghasilkan bagian yang tajam, agar anak -anak tidak terluka bila harus berpengaruh pada (bluster). Karena berfungsi sebagai pengaman, maka perhatikan juga jarak antar batangnya, idealnya 15-20 cm. Sehingga anak-anak tidak bisa melewatinya.

5. Bordes
Bordes berfungsi sebagai area jeda di tangga. Bordes didesain dengan struktur berupa pelat datar diantara anak tangga sebagai tempat beristirahat sejenak. Panjang bordes bervariasi mulai dari 80cm, 100cm, 120cm, dsb disesuaikan dengan kebutuhan berdiri sejenak, seni srsitektur, dan space yang tersedia. Bordes biasanya dibuat pada bagian sudut tempat peralihan arah tangga yang berbelok (Tangga L) seperti pada gambar di bawah ini:
Idealnya, setiap tangga tidak boleh memiliki lebih dari 15 anak tangga dalam satu baris. Jadi sebelum mencapai anak tangga ke 15 letakan bordes disana, setelah itu dilanjut lagi dengan sisa barisan anak tangga berikutnya (sisanya).
Rekomendasi untuk lebar bordes adalah lantai jeda harus sama besarannya dengan lebar 3 pijakan, atau ada juga patokan lain bahwa lebar bordes disamakan dengan lebar tangga. Ini hanya patokan rekomendasi saja, bila keadaan di lapangan berbeda maka ukuran bordes di sesuaikan kondisi lapangan. 

6. Perletakan Tangga
Yang tak kalah penting selain dari keempat hal di atas adalah posisi letak tangga. Salah satu posisi tangga yang baik adalah mudah dijangkau oleh setiap penghuni rumah atau tamu untuk bangunan gedung umum. Letak bangunan tangga haruslah dapat terlihat dari berbagai arah sehingga memiliki tingkat aksesbilitas yang tinggi.
Standar posisi ideal letak tangga tak lebih dari 20 m dari ruang paling ujung. Hal ini bertujuan untuk memberikan kemudahan dari sisi aksesbilitas penghuni dan juga sebagai sarana evakuasi bila terjadi musibah, seperti gempa, kebakaran dan tsunami.

7. Material Tangga
Terdapat banyak pilihan material tangga. Tentukan tema yang ingin ditampilkan dalam struktur tangga yang ingin dibangun. Jika ingin memberikan kesan alami, bisa memilih material kayu sebagai bahan struktur bangunan tangga. Beton sampai saat ini masih mendominasi sebagai material tangga yang paling banyak diaplikasikan, dengan lantai keramik sebagai finisingnya. Pertimbangannya adalah kepraktisan dan kemudahan perawatan. Berikut ini beberapa  pilihan material yang dapat dipilih dengan finishingnya :
  • Tangga dari kayu menggunakan struktur beton yang finishingnya dilapisi lantai dari kayu (parket). Jika menggunakan konstruksi kayu, disarankan agar menggunakan kayu jati karena lebih tahan lama dan memberikan kesan hangat.
  • Tangga beton dengan finishing lantai keramik atau batu alam. Tangga dengan finishing batu alam biasanya diaplikasikan untuk outdoor.
  • Tangga dengan material besi, tangga besi biasanya tidak dibuat di tempat dan merupakan produk custom (pesan terlebih dahulu) yang disesuaikan dengan ukuran ruang yang tersedia.
8. Anti Slip
Bahaya yang sering mengintai saat orang menggunakan tangga adalah tergelincir (slip), biasanya terjadi pada ujung siku anak tangga. Untuk mencegah hal ini, dikenal produk (nosing) kadang disebut (step nosing) yang fungsinya membuat ujung siku anak tangga lebih kasar.
Step nosing ada yang terbuat dari karet, aluminium, atau keramik. Permukaannya bergerigi agar langkah pemakai terhenti pada ujung tangga dan tidak terpeleset. Step nosing dari bahan keramik dipasang saat memasang ubin keramik di anak tangga beton. Caranya, pada bagian ujung siku disisakan celah yang belum tertutup keramik.Pada bagian tepi inilah dipasang nosing dari keramik.
Pemasangan nosing berbahan lain, seperti karet atau aluminium, dilakukan setelah anak tangga jadi. Caranya, nosing disekrupkan pada anak tangga. Beberapa gedung pertunjukan yang ruangannya gelap, seperti bioskop dan teater, bahkan memanfaatkan nosingsebagai pemandu langkah saat orang menaiki tangga. Nosing ini menggunakan bahan fluorescent yang mampu menyala dalam gelap.

9. Pencahayaan
Pencahayaan termasuk faktor penting yang patut dicermati saat merancang tangga. Pencahayaan pada area tangga, selain akan membuat penampilan tangga lebih terlihat, juga membantu para pengguna lebih merasa aman dan nyaman terutama pada malam hari. Pencahayaan pada siang hari sebaiknya memanfaatkan cahaya alami. Oleh karena itu area tangga harus diberi bukaan yang cukup sehingga memungkinkan cahaya matahari masuk dan menerangi area ini.
Pada malam hari, pencahayaan sepenuhnya bersumber pada lampu. Pemasangan lampu pada area tangga, selain mempertimbangkan aspek keamanan dan kenyamanan, perlu diperhatikan aspek estetika. Sehingga tampilan tangga menjadi lebih bagus.
Lampu untuk menerangi area tangga bisa dipasang di plafon, di atas tangga atau dibawah tangga. Sekitar lampu (tombol on/off) sebaiknya dipasang pada dinding lantai bawah dan lantai di atas dan dihubungkan secara paralel. Cara ini untuk memudahkan pemakai tangga untuk mematikan dan menyalakan lampu saat akan naik maupun turun dari tangga.
Jenis lampu pada area tangga sebaiknya dipilih lampu yang memancarkan cahaya berwarna hangat agar atmosfer di dalam rumah benar-benar terasa akrab dan ramah. Lampu-lampu yang memberikan cahaya berwarna hangat adalah kuning atau jingga atau yang mendekati warna cahaya alami.

Perhitungan Tangga
Rumus cara menghitung tangga rumah yang nyaman adalah dengan menjumlahkan 2 tinggi anak tangga dan 1 lebar pijakan. Total dari ketiga penjumlahan tersebut sebaiknya berkisar di ukuran 63 s/d 65 cm.
Ruang yang dibutuhkan untuk mencapai ukuran optimal ini tidak selalu diperlukan, walau begitu penggunaan pendekatan ini sangat direkomendasikan. Rumus ini untuk mencari perbandingan tinggi anak tangga (tinggi undakan tangga) dengan lebar pijakan yang nyaman.

Cara Menghitung Anak Tangga
Cara dibawah menggunakan rumus Blondel:
Contoh skema untuk desain tangga yang curam dengan lalu lintas yang rendah:
Tinggi anak tangga = 21 cm (ada 2)
Lebar anak tangga = 21 cm (ada 1)
Maka: (2×21) + (1×21) = 63 cm

Contoh skema perhitungan anak tangga yang optimal:
Tinggi anak tangga = 18 cm (ada 2)
Lebar anak tangga = 28 cm (ada 1)
Maka: (2×18) + (1×28) = 64 cm

Contoh skema untuk menghitung anak tangga lepas, terutama untuk di luar ruangan:
Tinggi anak tangga = 13 cm (ada 2)
Lebar anak tangga = 39 cm (ada 1)
Maka: (2×13) + (1×39) = 65 cm

Contoh Perhitungan Mencari Tinggi Anak Tangga
Contoh untuk ketinggian lantai 2.6 meter. Berapakah jumlah dan tinggi anak tangga pada ketinggian lantai ke lantai 2.6 meter (dalam cm menjadi 260 cm)?:
Urutkan rumus ukuran anak tangganya sebagai A, B dan C.

1. Cara menghitung jumlah anak tangga (Rumus A)
Misalnya – tinggi tiap anak tangga adalah 18 cm, maka rumus untuk menghitung jumlah anak tangga yang dibutuhkan adalah:
260/18 = 14.44 => dibulatkan ke atas menjadi 15 anak tangga.

2. Cara menghitung tinggi tiap anak tangga (Rumus B)
Maka tinggi lantai ke lantai tinggal dibagi dengan jumlah anak tangga yang sudah didapatkan dari rumus A, maka:
260/15 = 17.33 cm

3. Cara menghitung lebar pijakan anak tangga (Rumus C)
Dari formula Brondel diharapkan hasilnya di range 63 s/d 65, maka:
(2 x 17.33 cm) + (1 x pijakan) = range 63 s/d 65
34.66 cm + (1 x pijakan) = range 63 s/d 65
(1 x pijakan) = range 63 s/d 65 – 34.66 cm

Dari range angka 63 s/d 65 diasumsikan dengan angka 64, maka;
(1 x pijakan) = 64 – 34.66 cm
(1 x pijakan) = 29.34 cm

Jadi hasil akhirnya adalah;
15 anak tangga dengan tinggi 17.33 cm, dan lebar pijakannya 29.34 cm.

Note:
Bila ingin menggunakan angka 63,maka ganti 64 dengan 63, 
Bila ingin menggunakan angka 65,maka ganti 64 dengan 65, 
Misal ukuran tangga rumah tinggi 3 meter, maka 260cm (2.6m) dirubah menjadi 300cm (3m), sisanya masukan rumus di atas.

Cara Menghitung Kemiringan Tangga
Cara menghitung sudut kemiringan tangga bisa dengan trigonometri sederhana. Rumusnya yaitu: y/x dimana (y) adalah total tinggi tangga & (x) adalah total panjang tangga. Hasilnya nanti dilakukan inverse tangen.
Dengan menggunakan rumus Blondel bisa diketahui bahwa perhitungan tangga yang nyaman ternyata bila di perhatikan hasil sudutnya akan memiliki kemiringan dibawah 45 derajat.

Misal diketahui:
Total tinggi tangga (dari lantai bawah ke lantai atas) 288 cm (y).
Total panjang tangga 480 cm (x).

Maka y/x => 288/480 = 0.6
Inverse tangent 0.6 = 30.96 derajat
Sudut kemiringan tangga = 30.96 derajat

30.96 derajat masih dibawah 45 derajat maka masih nyaman untuk dijadikan tangga.

Contoh Desain Tangga
Tangga Lurus

Tangga Lurus dengan Bordes

Tangga Putar

Tangga U dengan Bordes

Tangga Sayap Searah

Tangga Sayap Berlawanan Arah

Tangga L

Tangga U dengan 1 Bordes

Tangga U Bersayap

Comments

Popular posts from this blog

Metode Hydraulic Static Pile Driver (HSPD)

Hydraulic Static Pile Driver (HSPD) adalah suatu sistem pemancangan pondasi tiang yang dilakukan dengan Cara menekan tiang pancang masuk ke dalam tanah denganmenggunakan dongkrak hidraulis yang diberi beban berupa counterweight. Pada proses pemancangan tiang dengan menggunakan Hydraulic Static Pile Driver (HSPD), pelaksanaannya tidak menimbulkan getaran serta Gaya tekan dongkrak hidraulis langsung dapat dibaca melalui sebuah manometer sehingga besarnya Gaya tekan tiang setiap mencapai kedalaman tertentu dapat diketahui. Kapasitas alat pemancangan HSPD ini ada bermacam tipe yaitu 120 Ton, 320 Ton, 450 Ton, pemilihan alat disesuaikan dengan desain load / beban rencana tiang pancang. Untuk menghindari terjadinya penyimpangan prosedur kerja yang tak terkendali, maka prosedur kerja harus diikuti secara cermat. Oleh karena itu, segala perubahan atau penyesuaian yang dilakukan sebagai antisipasi atas kondisi lapangan hanya boleh dilaksanakan atas petunjuk dari site manager dan dengan persetuj

Pondasi Jalur atau Memanjang (Strip Foundations)

Pondasi jalur/ pondasi memanjang (kadang disebut juga pondasi menerus) adalah jenis pondasi yang digunakan untuk mendukung beban memanjang atau beban garis, baik untuk mendukung beban dinding atau beban kolom   dimana penempatan kolom   dalam jarak yang dekat dan fungsional kolom tidak terlalu mendukung beban berat sehingga pondasi tapak tidak terlalu dibutuhkan. Pondasi jalur/ pondasi memanjang biasanya dapat dibuat dalam bentuk memanjang dengan potongan persegi ataupun trapesium. Bisanya digunakan untuk pondasi dinding maupun kolom praktis. Bahan untuk pondasi ini dapat menggunakan pasangan patu pecah, batu kali, cor beton tanpa tulangan dan dapat juga menggunakan pasangan batu bata dengan catatan tidak mendukung beban struktural. Pondasi Jalur atau Pondasi Memanjang Pondasi ini digunakan pada bangunan sederhana yang kondisi tanah aslinya cukup baik. Biasanya kedalaman pondasi ini antara 60 - 80 cm. Dengan lebar tapak sama dengan tingginya. Kebutuhan bahan baku untuk pondasi in

Pondasi Tiang Pancang dengan Drop Hammer

Dalam pembangunan sebuah gedung, pondasi adalah salah satu bagian terpenting untuk  menopang bangunan di atas tanah. Untuk pemasangan pondasi pada bangunan sederhana tidak memerlukan alat bantu, tetapi untuk pemasangan pondasi pada bangunan pencakar langit yang biasanya menggunakan pondasi tiang pancang maka diperlukan alat bantu. Alat bantu tersebut berupa alat pemukul yang dapat berupa pemukul (hammer) mesin uap, pemukul getar, atau pemukul yang hanya dijatuhkan. Alat pemukul yang berupa pemukul yang hanya dijatuhkan disebut dengan drop hammer atau pemukul jatuh. Drop hammer merupakan pemukul jatuh yang terdiri dari balok pemberat yang dijatuhkan dari atas. Cara kerja drop hammer adalah penumbuk (hammer) ditarik ke atas dengan kabel dan kerekan sampai mencapai tinggi jatuh tertentu, kemudian penumbuk (hammer) tersebut jatuh bebas menimpa kepala tiang pancang . Untuk menghindari kerusakan pada tiang pancang maka pada kepala tiang dipasang topi/ cap (shock absorber), cap ini biasanya

Metode Pelaksanaan Pekerjaan Tulangan Struktur

Secara umum, pekerjaan pembesian merupakan bagian dari pekerjaan struktur. Pekerjaan ini memegang peranan penting dari aspek kualitas pelaksanaan mengingat fungsi besi tulangan penting dalam kekuatan struktur gedung. Berikut adalah metode pelaksanaan pekerjaan pembesian mulai dari tahap penyimpanan hingga pemasangan tulangan. Pengadaan Material Baja Tulangan Material yang digunakan untuk pekerjaan pembesian gedung pada umumnya adalah baja tulangan ulir. Material berasal dari supplier dan diangkut ke lokasi proyek menggunakan truk. Material yang telah sampai ke lokasi proyek akan diuji terlebih dahulu untuk memeriksa mutu dan kualitas seperti yang sudah ditetapkan. Pengujian yang dilakukan pada umumnya adalah tes tarik, tes tekuk, dan tes tekan. Sampel diambil secara acak untuk setiap beberapa ton baja ntuk masing-masing diameter dengan panjang masing-masing 1 meter. Apabila mutunya sesuai dengan spesifikasi, maka material baja tulangan akan disimpan. Jika tidak sesuai,

Rasio Beton dan Besi

Rasio Beton (n) adalah sebagai berikut: - Plat 0,12 - Kolom 0,07 - 0,08 - Balok 0,1 - Total 0,3 - Konstruksi Khusus 0,4 Beton (m3) = Luas (m2)* n (m) Rasio Besi (m) adalah sebagai berikut: - Kolom 150 - 200 kg/m3 - Balok 100 - 150 kg/m3 - Pelat = 80 - 100 kg/m3 - Pilecap = 80 -120 kg/m3 - Raft = 90 - 120 kg/m3 Rasio hanya sebagai referensi, nilai tidak mutlak

Sistem Plumbing dan Sanitasi

PLAMBING : untuk air bersih SANITASI : untuk pembuangan (cair dan padat) PLAMBING : penyediaan air bersih yang dikehendaki dengan tekanan dan debit yang cukup SANITASI : membuang atau pengeluaran air kotor dari tempat tertentu tanpa mencemarkan bagian lainnya. PERALATAN SANITER : SHAFT : lubang di lantai yang digunakan untuk saluran - saluran vertikal LAVATORI : wastafel URINAL : pembuangan air kencing pria BIDET : pembuangan air kencing wanita FLOOR DRAIN : pembuangan air di kamar mandi PIPA AIR BERSIH harus diisi penuh dengan air. PIPA SANITASI digunakan hanya separuh dari pipa. JENIS DAN PERALATAN PLAMBING : 1. Peralatan Air Minum 2. Peralatan Air Panas 3. Peralatan Pembuangan dan Vent 4. Peralatan Saniter ( Plumbing Fixture) : Peralatan Pemadam Kebakaran Peralatan Pengolahan Air Kotor Peralatan Penyediaan Gas Peralatan Dapur Besar Peralatan Pencucian (laundry) Peralatan Air Pendingin (CHILER) dan berbagai pipa i

Penentuan Berat Hammer untuk Tiang Pancang

Lanjutan dari Pondasi Tiang Pancang dengan Drop Hammer Hal yang perlu diperhatikan untuk penentuan berat Hammer: 1) Untuk tiang pancang beton precast yang berat ke dalam lapisan tanah yang padat seperti pada stiff clay, compact gravel dan sebagainya maka akan sesuai bila dipilih alat pancang yang mempunyai : - Berat penumbuk (hammer) yang besar. - Tinggi jatuh pendek. - Kecepatan hammer yang rendah pada saat hammer menimpa tiang pancang. Type alat pancang yang sesuai dengan pekerjaan ini adalah type Single – Acting Hammer. Dengan keadaan alat pancang tersebut akan diperoleh lebih banyak energi yang disalurkan pada penurunan tiang pancang dan mengurangi kerusakan-kerusakan pada kepala tiang pancang akibat pemancangan.  2) Untuk tiang pancang yang ringan atau tiang pipa dan baja yang berbentuk pipa tipis sering terjadi pipa tersebut rusak sebelum mencapai kedalaman yang direncankan sehingga pada tanah padat akan sesuai bila dipergunakan alat pancang yang mempun