Dark Specialist D's Note Skip to main content

Posts

Showing posts with the label pondasi

Floating House

  Dalam dunia rekayasa pondasi, istilah "floating" digunakan ketika beban pada struktur sama dengan atau lebih kecil dari tanah yang dipindahkan oleh pondasi sehingga tanah tidak mengalami beban tambahan apapun. Setelah sukses “menjajah” angkasa dengan beragam model bangunan pencakar langit (vertical living concept), manusia sudah saatnya mengoptimalkan perairan sebagai lahan terbuka yang menjanjikan. Salah satunya adalah Floating House atau Rumah Apung. Bangunan terapung membutuhkan variasi bahan baku yang lebih mahal dan teknik konstruksi yang canggih. Bangunan ini juga membutuhkan mesin berteknologi tinggi yang lebih mahal. Selain itu dibutuhkan tenaga kerja terampil yang tentu lebih mahal. Rumah terapung mirip dengan bangunan konvensional dan sering dianggap sebagai bangunan yang dibangun di atas air sehingga beban strukturnya sama atau lebih kecil dari gaya angkat air sehingga memungkinkan rumah tetap mengapung di air. Tipe Floating House Terdapat dua tipe floating house...

Geotekstile / Geotextile

(lanjutan dari Penggunaan Geosintetik dalam Teknik Sipil) Dalam dunia geoteknik, geotextile adalah salah satu material yang paling banyak digunakan. Dimana letak geografis Indonesia sebagian besar kondisi tanahnya adalah tanah lunak.  Material geotextile ini sangat membantu dalam perkuatan tanah dengan biaya yang relatif murah dibandingkan dengan metode perkuatan tanah lainnya. Selain itu dari segi memiliki daya tahan yang baik sehingga tanah tidak mudah ambles. Jenis Geotextile Geotextile terbuat dari polimer seperti polipropilen dan poliester. Mereka dibagi menjadi tiga kategori sesuai dengan proses pembuatannya: Kain Tenun / Woven Kain Bukan Tenunan / Non Woven Kain Rajutan / Knitted Fabric a. Geotextile Woven Geotextile Woven adalah yang paling umum, dan teknologi pembuatannya mirip dengan kain pakaian. Geotextile woven terbuat dari bahan Polypropylene polymer (PP) dan ada juga dari Polyester (PET), bentuknya sendiri adalah berupa lembaran yang seratnya ditenun dengan tekn...

Pile Cap dan Tie Beam

Fungsi dari pile cap adalah untuk menerima beban dari kolom yang kemudian akan terus disebarkan ke tiang pancang dimana masing-masing pile menerima 1/N dari beban oleh kolom dan harus ≤ daya dukung yang diijinkan (Y ton) (N= jumlah kelompok pile). Jadi beban maksimum yang bisa diterima oleh pile cap dari suatu kolom adalah sebesar N x (Y ton). Pile cap ini bertujuan agar lokasi kolom benar-benar berada dititik pusat pondasi sehingga tidak menyebabkan eksentrisitas yang dapat menyebabkan beban tambahan pada pondasi. Selain itu, seperti halnya kepala kolom, pile cap juga berfungsi untuk menahan gaya geser dari pembebanan yang ada. Selain itu bentuk dari pile cap juga bervariasi dengan betuk segitiga, persegi dan persegi panjang. Jumlah kolom yang diikat pada tiap pile cap pun berbeda-beda tergantung kebutuhan atas beban yang akan diterimanya. Terdapat pile cap dengan pondasi tunggal, ada yang mengikat 2, 3, 4, dan 8 buah bored pile diikat menjadi satu. Setelah proses pemancangan...

Bekisting untuk Capping Beam

Capping Beam merupakan balok penutup pada konstruksi bangunan bawah (misal turap, dinding penahan, dsb). Selain sebagai penutup, capping beam juga berfungsi sebagai balok pengunci pada konstruksi sheet pile. Urutan pelaksanaan capping beam adalah sebagai berikut : 1. Pembobokan kepala sheetpile sampai elevasi rencana. 2. Pemasangan pembesian capping beam sesuai shop drawing. 3. Pemasangan bekisting. 4. Pengecoran capping beam. 5. Pembongkaran bekisting. Kelima pekerjaan diatas saling berhubungan (saling berpengaruh satu sama lain) karena pelaksanaannya berurutan. Oleh karena itu, cepat atau lambatnya pemasangan dan pembongkaran bekisting adalah hal terpenting dalam pelaksanaan, oleh karena itu perlu didesain sistem bekisting yang cukup efektif untuk pelaksanaan. Metode Bekisting Konvensional Dengan menggunakan metode bekisting konvensional dari kayu, kekurangannya adalah : 1. Material kayu tidak awet untuk dipakai berulang-ulang. 2. Waktu untuk pasang dan b...

Prosedur Pemancangan Tiang Pancang Pra Cetak

1. Penyusunan tiang pancang di lapangan Pengangkatan dan penyusunan tiang pancang yang disimpan di lapangan harus memperhatikan titik angkat dan titik tumpu untuk penyimpanan material, sesuai dengan petunjuk teknis dari produsen tiang pancang. 2. Pemeriksaan material tiang pancang Pada waktu kedatangan material, harus dipastikan dilampiri mill sheet untuk pemantauan kesesuaian material yang diterima dengan spesifikasi teknis pekerjaan. Harus dipastikan kode dan tanggal produksi sesuai dengan mill sheet yang dilampirkan pada surat pengiriman barang. Sebelum digunakan, material tiang pancang harus diperiksa kembali : Tidak ada yang retak, cacat dan pecah – jika ada yang retak, cacat atau pecah maka harus dipisahkan untuk direpair oleh produsen tiang pancang sebelum digunakan Ukuran penampang dan panjang harus sesuai dengan spesifikasi dan penempatannya pada gambar konstruksi Umur beton harus sudah memadai untuk dipancang – jika masih belum cukup umur maka dipisahkan dulu ...

Penurunan dan Pembebanan Pondasi Tiang Pancang Kelompok

lanjutan dari Kelompok Tiang Pancang  Penurunan Fondasi Kelompok Tiang 1. Tanah Pasir Beberapa metode dari penelitian dapat digunakan untuk menghitung penurunan fondasi kelompok tiang antara lain, yaitu : a. Metode Vesic ( 1977) Dengan : S = Penurunan fondasi tiang tunggal Sg = Penurunan fondasi kelompok tiang Bg = Lebar kelompok tiang d = Diameter tiang tungal b. Metode Meyerhoff (1976) 1. Berdasarkan N – SPT    Dengan : q   = Tekanan pada dasar fondasi Bg = Lebar kelompok tiang N  = Harga rata – rata N – SPT pada kedalaman ± 8m dibawah ujung fondasi tiang 2. Berdasarkan CPT Dengan : q = Tekanan pada dasar fondasi Bg = Lebar kelompok tiang qc = Nilai konus pada rata – rata kedalaman Bg 2. Tanah Lempung Penurunan fondasi yang terletak pada tanah lempung dapat dibagi menjadi tiga komponen, yaitu : penurunan segera  (immediate settlement), penurunan konsolidasi primer dan...