Dalam proyek pembangunan, khususnya proyek pembangunan berskala besar, ada banyak tahapan pengerjaan yang perlu diperhatikan. Setiap tahapan memegang peranan penting dan saling mendukung dengan tahapan lainnya. Kesalahan dalam satu tahapan dapat berakibat buruk bagi tahapan selanjutnya. Kualitas bangunan pun akan terpengaruh. Nah, salah satu tahapan penting dalam proses pembangunan adalah tahapan bekisting beton bertulang.
Tahapan bekisting beton bertulang ini memiliki 5 alur kerja yang sangat penting untuk dipahami. Dengan memahami dan mengikuti alur kerjanya dengan tepat, maka proses pembangunan yang berkualitas akan didapat. Berikut ini alur pengerjaan bekisting beton bertulang selengkapnya.
Perencanaan Bekisting Beton Bertulang
Dalam perencanaan ini perlu dipelajari terlebih dahulu mengenai struktur bangunan yang hendak dikerjakan. Periksalah dengan cermat desain struktur, mekanikal elektrikal dan arsitektur. Jika diperlukan, lakukan perubahan atau penyesuaian yang dibutuhkan.
Setelah itu barulah bisa ditentukan metode pelaksanaan pekerjaan yang akan dijalankan. Selanjutnya buatlah gambar shop drawing untuk bekisting beton bertulang. Dari gambar yang dibuat, lakukan penghitungan jenis dan jumlah material bekisting beton bertulang yang nantinya akan dipakai. Dari penghitungan jenis dan jumlah material dapat diketahui pula besar biaya yang akan dikeluarkan untuk pekerjaan ini.
Dalam proses perencanaan ini pula perlu ditentukan mengenai pengadaan bekisting. Bekisting bisa didapatkan dengan cara membeli atau menyewa dari supplier. Tentu saja setiap pilihan memiliki konsekuensi masing-masing. Setelah pengadaan ditentukan, barulah dilakukan pengajuan penawaran kepada penyedia bekisting untuk mendapatkan harga yang sesuai. Pada alur ini bisa ditentukan juga tenaga kerja yang bertanggung jawab terhadap proses pengiriman, pemasangan dan pembongkaran bekisting.
Jika perencanaan sudah selesai dilakukan, selanjutnya lakukan evaluasi yang berkaitan dengan besarnya biaya, kualitas dan metode kerja. Bila dirasakan masih kurang memuaskan, maka bisa dipertimbangkan untuk memakai tipe bekisting lain yang lebih tepat.
Pengadaan Bekisting
Bila pilihan untuk pengadaan bekisting sudah ditentukan, selanjutnya pada alur yang kedua ini ditentukan metode pengiriman bekisting dari supplier ke lokasi pengerjaan pembangunan. Perlu juga dilakukan pengawasan terhadap penerimaan material bekisting agar sesuai dengan data perencanaan kebutuhan bekisting. Tentukan pula langkah yang harus diambil jika material bekisting sudah sampai di lokasi pembangunan. Apakah material bekisting langsung dipasang ataukah harus disimpan terlebih dahulu sampai waktu yang telah ditentukan.
Pemasangan Bekisting
Pada alur ketiga ini, lakukan pengukuran lokasi pengerjaan dengan tepat berpedoman pada gambar shop drawing bekisting yang dibuat pada alur pertama. Setelah pengukuran selesai, bersihkan bekisting dari kotoran. Bekisting haruslah dalam keadaan bersih agar diperoleh hasil cor beton yang rapi dan sesuai dengan struktur yang diharapkan.
Kemudian lakukan pemasangan bekisting beton bertulang sesuai dengan garis marka ukur yang sudah dibuat. Periksa dengan seksama posisi, tingkat kedataran dan juga tingkat ketegakannya. Periksa pula kekuatan bekisting. Bila sudah terpasang dengan benar, barulah bisa dilakukan pengecoran beton.
Pembongkaran Bekisting
Pada alur ini, dilakukan pembongkaran bekisting tentu saja jika bekisting sudah tidak lagi digunakan atau saat hasil pengecoran beton bertulang sudah bisa dibuka. Urutan pembongkaran bekisting ini perlu ditentukan sejak awal supaya proses pembongkaran bisa berjalan dengan cepat dan efisien. Lantas perlu ditentukan pula penggunaan bekisting selanjutnya. Misalnya untuk pengerjaan berikutnya atau dikembalikan kepada supplier jika bekisting tersebut merupakan bekisting sewaan.
Pemilahan Bekisting
Pada alur kerja yang terakhir ini, dilakukan pemilahan bekisting yang sudah tidak bisa dipakai. Material yang tak lagi berguna bisa segera dibuang sehingga lokasi pembangunan bersih dari sampah. Sedangkan meterial yang masih bisa dimanfaatkan atau bernilai jual bisa disisihkan.
Syarat-Syarat Pemasangan dan Pembongkaran Bekisting
Berdasarkan SNI 2847-2013 Pasal 6.1. terdapat beberapa ketentuan untuk pemasangan bekisting antara lain:
6.1.1. Cetakan harus menghasilkan struktur akhir yang memenuhi bentuk, garis, dan dimensi konponen struktur seperti yang disyaratkan oleh dokumen kontrak.
6.1.2. Cetakan harus kokoh dan cukup rapat untuk mencegah kebocoran mortar.
6.1.3. Cetakan harus diperkaku atau diikat dengan baik untuk mempertahankan posisi dan bentuknya.
6.1.4. Cetakan dan tumpuannya harus direncanakan sedemikian hingga tidak merusak struktur yang dipasang sebelumnya.
6.1.5. Perancangan cetakan harus menyertakan pertimbangan faktor-faktor berikut:
a. Kecepatan dan metoda pengecoran beton;
b. Beban selama pelaksanaan konstruksi, termasuk beban vertikal, horisontal, dan tumbukan;
c. Persyaratan cetakan khusus untuk pelaksanaan konstruksi cangkang, pelat lipat, kubah, beton arsitektural, atau elemen-elemen sejenis.
6.1.6. Cetakan untuk komponen struktur beton prategang harus dirancang dan dibuat untuk mengizinkan pergerakan komponen struktur tanpa kerusakan selama penerapan gaya prategang.
Berdasarkan SNI 2847-2013 Pasal 6.2. terdapat beberapa ketentuan untuk pembongkaran bekisting antara lain:
6.2.1. Pembongkaran cetakan
Cetakan harus dibongkar dengan cara sedemikian rupa agar tidak mengurangi keamanan dan kemampuan layan struktur. Beton yang akan terpapar dengan adanya pembongkaran cetakan harus memiliki kekuatan yang cukup yang tidak aka rusak oleh pelaksanaan pembongkaran.
6.2.2.1. Sebelum memulai pelaksanaan konstruksi, kontraktor harus membuat prosedur jadwal untuk pembongkaran penopag dan pemasangan penopang kembali dan untuk perhitungan beban yang disalurkan ke struktur selama proses.
a. Analisis struktur dan data kekuatan beton yang dipakai dalam perencanaan dan pembongkaran cetakan dan penopang harus diserahkan oleh kontraktor kepada pengawas apabila diminta.
b. Tidak boleh ada beban konstruksi yang ditumpukan di atas suatu bagian struktur yang sedang dibangun, juga tidak boleh ada penopang dibongkar dari suatu bagian struktur yang sedang dibangun kecuali apabila bagian dari struktur tersebut bersama – sama dengan cetakan dan penopang yang tersisa memiliki kekuatan yang memadai untuk menumpu berat sendirinya dan beban yang ditempatkan padanya.
c. Kekuatan yang memadai tersebut harus ditunjukkan melalui analisis struktur dengan memperhatikan beban yang diusulkan, kekuatan system cetakan dan penopang, serta data kekuatan beton.
6.2.2.2. Beban konstruksi yang melebihi kombinasi beban mati tambahan beban hidup tidak boleh ditumpukan di atas bagian struktur yang sedang dibangun, kecuali jika analisis menunjukkan bahwa bagian struktur yang dimaksud memiliki kekuatan yang cukup untuk menumpu beban tambahan tersebut.
6.2.2.3. Tumpuan cetakan untuk beton prategang tidak boleh dibongkar sampai kondisi gaya prategang yang telah diaplikasikan mencukupi bagi komponen struktur prategang tersebut untuk memikul beban matinya dan beban konstruksi yang diantisipasi.
Comments
Post a Comment