Metode Persiapan Konstruksi Skip to main content

Metode Persiapan Konstruksi

Metode Pelaksanaan Konstruksi
Aspek teknologi sangat berperan dalam suatu proyek konstruksi. Umunya, aplikasi teknologi ini banyak diterapkan dalam metode-metode pelaksanaan pekerjaan konstruksi. Penggunaan metode yang tepat, praktis, cepat, dan aman sangat membantu dalam penyelesaian pekerjaan pada suatu proyek konstruksi. Sehingga, target waktu, biaya dan mutu (BMW) sebagaimana ditetapkan, dapat tercapai.
Dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi, adakalanya juga diperlukan suatu metode terobosan untuk menyelesaikan pekerjaan dilapangan. Khususnya pada saat menghadapi kendala-kendala yang diakibatkan oleh kondisi lapangan yang saat menghadapi kendala-kendala yang diakibatkan oleh kondisi lapangan yang tidak sesuai dengan dugaan sebelumnya. Untuk itu, penerapan metode pelaksanaan konstruksi yang sesuai kondisi lapangan, Akan sangat membantu dalam menyelesaikan proyek konstruksi bersangkutan.
Penerapan metode pelaksanaan konstruksi selain terkait erat dengan kondisi lapangan dimana suatu proyek konstruksi dikerjakan, juga tergantung jenis proyek yang dikerjakan. Metode pelaksanaan untuk pembangunan gedung berbeda dengan metode pekerjaan bangunan irigasi, bangunan pembangkit listrik, konstruksi dermaga maupun konstruksi jalan dan jembatan. Namun demikian, pelaksanaan semua jenis proyek konstruksi tersebut umumnya dimulai dengan pelaksanaan pekerjaan persiapan.

 Metode Pelaksanaan Persiapan
Sebelum pelaksanaan pekerjaan pokok suatu proyek konstruksi, pekerjaan yang pertama harus dilakukan adalah pekerjaan persiapan. Pekerjaan persiapan ini, baik untuk proyek-proyek pembangunan gedung bertingkat, proyek pembangunan airport, jembatan, jalan, pelabuhan, dermaga maupun proyek lainnya, secara umum tidak banyak berbeda. Besar kecilnya, mudah atau sulitnya tergantung pada masing-masing proyek yang Akan dikerjakan.
Pekerjaan persiapan harus direncanakan sebelum masa pelaksanaan suatu proyek konstruksi. Bahkan, pekerjaan ini harus sudah disiapkan pada saat tender dan dijadikan bagian dari penawaran tender proyek bersangkutan. Perencanaannya dibuat sedemikian rupa sehingga dapat diperoleh suatu hasil perencanaan yang efisien, namun bisa mencakup segala pekerjaan yang diperlukan untuk pelaksanaan proyek tersebut.
Adapun pekerjaan persiapan yang harus dilakukan dalam pelaksanaan proyek konstruksi, antara lain:
·       Perencanaan Site Plan
·       Perhitungan Kebutuhan Sumber Daya
·       Pembuatan Shop Drawing
·       Pengadaan Material untuk pekerjaan persiapan
·       Mobilisasi Peralatan
·       Pelaksanaan di Lapangan

1. Perencanaan Site Plan
Yang termasuk dalam perencanaan Site Plan, pada prinsipnya adalah perencanaan tata letak atau lay out dari fasilitas-fasilitas yang diperlukan selama pelaksanaan proyek. Fasilitas-fasilitas proyek yang dimaksut antara lain:
·      Kantor Proyek/Direksi Keet
·      Gudang Material dan Peralatan
·      Base Camp staf proyek dan Barak Pekerja
·      Los Kerja Besi dan Kayu
·      Pos Jaga dan Pagar Kerja
·      Jalan Kerja
·      Penempatan Alat Berat, Tower Crane, Lift Bahan
·      Lokasi Pembuatan Komponen Precast
Dalam membuat lay out untuk pekerjaan persiapan ini, perlu diperhitungkan secara cermat penempatan masing-masing fasilitas dan saran yang diperlukan untuk pelaksanaan proyek. Dengan memperhatikan kondisi lapangan yang ada dan disesuaikan dengan desain lay out proyek yang akan dikerjakan, penempatan fasilitas dan saran proyek nantiknya akan dapat berfungsi secara optimal sesuai perencanaan. Namun demikian, yang tetap harus dipertimbakan adalah bahwa seseluruh fasilitas dan saran proyek yang dibangun untuk pekerjaan presiapan tersebut adalah bersifat sementara dan nantunya Akan dibongkar setelah pelaksanaan proyek selesai.

Hal-hal yang diperharikan dalam perencanaan lay out fasilitas dan sarana yang diperlukan untuk pelaksanaan suatu proyek antara lain:
·           Menempatkan semua fasilitas proyek diluar dari bagian denah proyek yang dikerjakan sedemikian rupa agar tidak mengganggu pelaksanaan proyek.
·           Menempatkan material bangunan, seperti: besi beton, kayu, panel beton dan lainnya, harus dipisahkan sesuai dengan jenis dan ukurannya, sehingga memudahkan penyimpanan dan pengambilannya.
·           Menempatkan material-materiall yang harus terlindung dari cuaca, sperti: semen maupun material finishing lainnya dalam gudang tertutup.
·           Menempatkan alat-alat berat seperti tower crane pada posisi yang strategis agar dapat menjangkau seluruh areal kerja yang diperlukan.
·           Merencanakan jalur jalan kerja dan arus lalu lintasnya secara benar agar tidak menimbukan stagnasi lalu lintas, baik lalu lintas material maupun manucer alat-alat berat.
·           Menempatkan los kerja tidak jauh dari pnumpukan material.
·           Menempatkan pos jaga yang tepat sehingga memudahkan mengawasi seluruh kegiatan proyek.
·           Merencanakan pagar proyek yang rapi dan memperhitungkan estetika, namun tetap efisien.
·           Menempatkan barak pekerja dan base camp staf proyek yang tidak jauh dari lokasi proyek.
Sebagai gambaran, berikut adalah contoh perencanaan lay out fasilitas dan sarana untuk pekerjaan persiapan Proyek Bangunan Gedung.


Secara detail, perencanaan konstruksi bangunan fasilitas dan saran untuk pekerjaan persiapan suatu proyek adalah sebagai berikut.

1a. Kantor Proyek / Direksi Keet
Kantor Proyek/Direksi Keet dibangun sebagai tempat bekerja bagi para staf baik staf dari kontraktor, Pengawas maupun Pemilik Proyek di lapangan, yang dilengkapi dengan ruang-ruang kerja staf, ruang rapat, ruang pimpinan, mushola, dan toilet. Besar kecilnya Kantor proyek ini tergantung pada jenis proyek maupun jumlah staf yang bekerja.
Seluruh fasilitas dan saran yang dibangun untuk pekerjaan persiapan ini adalah sementara. Oleh karena itu design Kantor Proyek/Direksi Keet tersebut, juga dibuat tidak permanen. Namun demikian, tetap harus mengutamakan kenyamanan dan persyaratan sebagai tempat kerja. Karena sifatnya tidak permanen, maka desain bangunan Kantor ini sebisa mungkin dibangun dengan biaya konstruksi yang semurah mungkin. Salah satu Cara, adalah dengan membuat konstruksi bangunan Kantor yang bisa digunakan berulang kali (sistem rakitan) untuk berbagai proyek sebagaimana yang dilakukan oleh PT.SWA (menggunakan container).
Konstruksinya yang terdiri dari rangka baja untuk struktur atasnya, dilapisi dinding double triplex atau playwood. Penutup atapnya terbuat dari bahan seng atau asbes, sedangkan plafondnya menggunakan bahan materual plywood. Lantai bangunan yang tidak bertingkat menggunakan flashing keramik, sedangkan yang bertingkat, lantai atasnya menggunakan plywood setebal 20 mm.
Komponen bangunan yang dapat dipakai berulang kali, adalah struktur rangka, panel dinding, penutup atap dan panel lantai atas. Berdaasarkan pengalaman PT SWA, komponen-komponen tersebut dapat dipakai hingga dua sampai tiga kali sedangkan komponen struktur baja dapat digunakan berkali-kali (tidak terbatas).
Dalam penerapan konstruksi bangunan sistem rakitan tersebut, yang perlu direncanakan adalah gudang penyimpanan dan perawatan yang baik, antara lain dengan melakukan pengecatan secara berkala agar komponen-komponen baja tidak cepat berkarat.
Dengan mengembangkan sistem pembangunan Kantor seperti ini, kendati pada tahap awal diperlukan biaya investasi yang cukup besar, terutama untuk komponen rangka baja, namun dengan penggunaan yang dapat dipakai berulang kali dengan sistem rakitan, secara kalkulasi akan menekan biaya konstruksi dan waktu pelaksanaan juga menjadi lebih cepat.

1b. Gudang Material dan Peralatan
Bahan-bahan yang harus terlindungi dari pengaruh cuaca, seperti semen dan material finishing lainnya harus disimpan dalam tempat tertutup. Untuk itu diperlukan tempat penyimpanan yang disebut gudang. Sebagai tempat penyimpanan material, gudang harus memenuhi berbagai persyaratan. Kondisinya harus dijaga agar tetap kering dan tidak lembab. Karena kondisi gudang sangat mempengaruhi kualitas bahan yang disimpan. Penyimpanan material seperti semen, harus diatur sedemikian rupa. Sehingga material yang datang dulu, dapat diambil dan digunakan lebih awal.
Sementara itu, gudang peralatan berfungsi sebagai tempat penyimpanan alat-alat ringan, sperti: vibrator untuk pemadatan beton, mesin genset portable, alat-alat pengukuran (theodolit), alat-alat untuk pekerjaan finishing (mesin potong keramik, mesin bor), serta sebagai komponen peralatan lainnya.
Konstruksi gudang penyimpanan material dan peralatan dibangun seperti bangunan Kantor proyek. Yakni, dirancang dengan sistem rakitan sehingga dapat digunakan berulang kali. Hanya saja, untuk bangunan gedung lantaunya tidak menggunakan keramik, tetapi hanya difinishing dengan semen.

1c. Base Camp Staff dan Barak Pekerja
Untuk proyek-proyek yang berlokasi di luar Kota, biasanya pelaksanaan Proyek menyediakan base camo sebagai temoat tinggal staf proyek dan barak pekerja untuk tenaga kerja proyek. Base camp staf proyek dibuat terpisah dengan barak pekerja. Masing-masing dilengkapi dengan fasilitas tambahan, seperti televisi maupun fasilitas olah raga. Fasilitas ini, ditujukan untuk memberikan kesempatan refresing bagi staf, karena jauh dari pusat Kota.
Konstruksi bangunan base camp dan barak ini, dapat menggunakan sistem rakitan. Kecuali, untuk daerah basah, seperti kamar mandi dan toilet. Untuk dapur, dindingnya dibuat dengan pasangan bata (tembok).

1d. Los Kerja Besi dan Kayu
Fasilitas ini dibangun untuk pekerjaan besi dan kayu Los kerja besi merupakan tempat untuk pemotongan maupun pembengkokan besi beton sesuai gambar kerja (Shop Drawing) yang ada. Sementara itu, los kerja kayu, digunakan sebagai tempat pembuatan bekisting dan pekerjaan kayu lainnya. Bangunan untuk fasilitas ini biasanya dibuat tanpa dinding (los) dan diberi penutup atap, agar para pekerja dapat bekerja dengan nyaman.

1e. Pagar Proyek
Pembuatan pagar proyek dalam suatu pelaksanaan proyek konstruksi merupakan suatu keharusan. Hal tersebut, untuk menjamin keaanan kerja dalam lingkungan proyek. Karena fungsinya sebagai pengaman, maka pagar harus dibuat kokoh agar tidak mudah roboh.
Di samping itu, untuk keserasian denga lingkungan sekitarnya, maka pagar proyek harus rapi, bersih dan estetis. Untuk itu pagar proyek harus dicat dan diberi dekorasi secukupnya, sehingga terlihat lebih asri.
Konstruksi pagar proyek, biasanya dibuat dengan menggunakan dinding seng dan didukung oleh tiang-tiang besi atau kayu dan diikat dengan baut pengikat pada jarak tertentu. Sehingza konstruksinya kuat sebagai pengaman proyek yang sedang dikerjakan.
1f. Jalan Kerja
Jalan kerja di dalam lingkungan proyek, dibuat untuk jalur lalu lintas kendaraan proyek, baik untuk truk material, truk mixeer maupun untuk mobilitas alat-alat berat, seperti: Tower Crane, lift barang dan alinnya.
Membuat jalan kerja ini, harus diperhitungkan dengan matang arus keluar masuk kendaraan. Arus kendaraan harus diatur sedemikian rupa sehingga tidak menimulkan stagnasi dan kemacetan di lingkungan proyek, yang berakibat dapat mengganggu kelancaran pelaksanaan proyek.    
Konstruksi jalan kerja ini, kendati sifatnya sementara, namun harus tetap memperhitungkan beban lalu lintas yang Akan melewatinya. Oleh karena itu, jalan kerja ini biasanya dibuat dengan perkerasan, baik menggunakan sirtu maupun aspal. Terutama, jika kondisi tanah di lokasi proyek cukup labil dan tidak cukup kuat untuk menahan beban lalu lintas proyek.
Untuk proyek-proyek konstruksi sipil seperti proyek irigasi, bendungan, dan lain-lain, pembuatan jalan kerja ini memerlukan perhatian yang khusus. Karena pada proyek-proyek tersebut, transportasi material cukup dominan. Apabila pembuatan jalan kerja tidak memadai, hal ini bisa menjadi salah satu faktor penyebab terlambatnya penyelesaian proyek yang bisa mengakibatkan kerugian bagi kontraktor.

1g. Penemapatan Alat Berat, Tower Crane dan Lift Bahan
Pada proyek-proyek konstruksi gedung bertingkat tingg (high rest building) untuk gedung bertingkat rendah dengan denah yang luas, diperlukan alat-alat berat untuk transportasi masterial, terutama untuk arah vertikal. Untuk sistem transportasi vertikal ini, tower crane dan lift bahan, merupakan alat transportasi yang paling banyak digunakan.
Tower crane diperlukan terutama sebagai pengangkut vertikal bahan-bahan untuk pekerjaan struktur, seperti besi beton, bekisting, beton cor dan material lainnya. Penempatan tower crane, harus direncanakan bisa menjangkau seluruh areal proyek konstruksi bangunan yang Akan dikerjakan dengan manuver yang aman tanpa terhalang. Penggunaan tower crane tersebut, juga harus memperhitungkan beban maksimal yang mampu diangkatnya.
Konstruksi tower crane yang perlu direncanakan dengan cermat adalah pondasi dan penempatan bracing sebagai pengaku pada saat bangunan telah mencapai ketinggian tertentu. Pondasi tower crane berupa pondasi beton plat setempat dan ditinggal setelah pekerjaan konstruksi selesai dikerjakan. Sedangkan bracing, menggunakan profil baja yang diangkurkan ke struktur bangunan yang sudah jadi.
Sementara itu, lift bahan, merupakan alat transportasi vertikal untuk pengangkutan material pekerjaan finishing maupun tenga kerja proyek. Konstruksi lift bahan ini, dibuat seperti pada tower crane yang meliputi pondasi struktur rangka untuk rail lift, diperkuat dengan bracing yang diangkur ke struktur bangunan yang sudah jadi.

1h. Pembuatan Komponen Precast
Salah satu metode untuk mempercepat pekerjaan proyek konstruksigedung bertingkat adalah dengan menggunakan metode precast, terutama untuk pekerjaan struktur. Pembuatan panel precast untuk lantai beton, dinding parapet, balok struktur maupun kolom-kolom beton, sudah bisa dikerjakan dengan metode ini.
Untuk memproduksi komponen-komponen precast diperlukan areal yang luas. Apabila lokasi proyek cukup luas pembuatan komponen precast dapat dilakukan di dalam lokasi proyek. Namun jika areal lokasi proyek tidak memungkinkan, maka pembuatan komponen precast harus dikerjakan di luar proyek. Hal ini perlu diperhitungkan jika pengerjaan precast dilakukan di luar proyek adalah harus tersedia lokasi untuk penampungan komponen yang sudah jadi dan siap untuk dipasang.

2. Perhitungan Kebutuhan Sumber Daya
Dalam pekerjaan persiapan pelaksanaan proyek konstruksi perlu dilakukan perhitungan kebutuhan Sumber Daya Proyek. Yang dimaksud dengan Sumber Daya Proyek adalah mengangkut kebutuhan Listrik Proyek dan Air Kerja

2.a Kebutuhan Listrik Kerja
Kebutuhan tenaga listrik yang dimaksud, adalah jumlah daya yang diperlukan oleh Kontraktor untuk melaksanakan pekerjaan konstruksi selama pelaksanaan proyek. Kebutuhan tenaga listrik ini, di luar daya listrik untuk proyek bangunan gedung itu sendiri, merupakan tanggungan pihak kontraktor.

Sumber daya listrik, biasanya diperoleh dari PLN maupun penyediaan genset sendiri, tergantung penggunaannya. Daya listrik yang diperlukan oleh proyek, meliputi:
·                Penerangan
·                Air Condition (AC)
·                Peralatan Kerja, seperti: Tower Crane, Lift Bahan, Mesin Potong Keramik,
·                Bor, Bar Bender, Bar Cutter, Pompa Air, dan lainnya.
·                Peralatan Kantor, seperti: komputer, Plotter, Mesin fotokopi, dan lainlain.
Jumlah daya listrik yang diperlukan, harus memenuhi berbagai keperluan tersebut. Sedangkan besar kecilnya daya listrik yang diperlukan tergantung pada besar kecilnya fasilitas kerja yang dibutuhkan untuk bangunan kantor maupun sarana pendukung lainnya.

2b. Kebutuhan Air Kerja
Kebutuhan Air Kerja untuk keperluan proyek bisa diperoleh dari sumur atau PAM (Perusahaan Air Minum). Air diperlukan untuk memenuhi kebutuhan - kebutuhan sebagai berikut:
·                 Toilet di Kantor Proyek
·                 Base Camp Staf
·                 Barak Pekerja
·                 Pencucian Kendaraan Proyek, Dump Truck, Concrete Mixer, dan lainnya.
·                 Perawatan Beton (Concrete Curing), termasuk Testing Beton
·                 Batching Plant untuk Pembuatan Mortar (Beton Molen)
·                 Pengetesan Peralatan Mekanikal, seperti: Hydrant, Sprinkler, dan lainnya
·                 Perawatan Plesteran Dinding
·                 Keperluan Lokasi-lokasi Kerja Lainnya

3. Pembuatan Shop Drawing (Gambar Kerja)
Shop drawing atau gambar kerja, merupakan acuan bagi pelaksanaan pekerjaan di lapangan. Dengan adanya gambar kerja, maka pekerjaan lapangan menjadi mudah dilaksanakan dan terkendali secara teknis, baik dari segi waktu maupun mutu kerja.
Gambar kerja, harus sudah disiapkan dalam tahap awal proyek dan mendapatkan pengesahan dari pihak Pengawas atau Konsultan Perencana, sebelum dilaksanakan di lapangan. Shop drawing, disiapkan oleh Bagian Engineering berpedoman pada desain bangunan dari Konsultan. Pembuatan shop drawing, dewasa ini banyak dilakukan dengan komputer menggunakan software Autocad, sehingga dapat mempercepat waktu pembuatannya.
                                             CONTOH GAMBAR PROYEK

4. Pengadaan Material untuk Pekerjaan Persiapan
Metode pelaksanaan untuk pengadaan material tidak ada yang khusus. Untuk pekerjaan persiapan, belum begitu banyak memerlukan material. Material yang dibutuhkan terutama hanya untuk kebutuhan pembuatan perakitan Kantor Proyek, Kantor Konsultan dan Pengawas, Gudang, Barak Pekerja, Base Camp Staf, Pagar Proyek, dan bangunan-bangunan yang bersifat sementara lainnya.

5. Mobilisasi Peralatan
Peralatan yang dimobilisasi pada tahap awal, adalah peralatan yang diperlukan untuk membangun fasilitas-fasilitas proyek, seperti: Kantor Proyek, Gudang, Stockyard (Gudang Terbuka), dan bangunan-bangunan sementara lainnya. Pada tahap ini, peralatan yang dibutuhkan masih terbatas

6. Pelaksanaan di Lapangan
Pekerjaan persiapan di lapangan dimulai dengan melakukan pengukuran dan membuat patok ukur tetap yang akan menjadi pedoman bagi pengukuran - pengukuran selanjutnya. Patok tetap ini, dibuat di luar garis bangunan yang akan dibangun agar tidak hilang selama pelaksanaan. Tahap akhir pekerjaan pengukuran ini, yakni dilakukan pengecekan kembali kebenarannya bersama-sama dengan Konsultan Pengawas dan Konsultan Perencana. Setelah selesai, maka dilaksanakan pembuatan semua fasilitas proyek yang diperlukan dimulai.

Comments

Popular posts from this blog

Metode Hydraulic Static Pile Driver (HSPD)

Hydraulic Static Pile Driver (HSPD) adalah suatu sistem pemancangan pondasi tiang yang dilakukan dengan Cara menekan tiang pancang masuk ke dalam tanah denganmenggunakan dongkrak hidraulis yang diberi beban berupa counterweight. Pada proses pemancangan tiang dengan menggunakan Hydraulic Static Pile Driver (HSPD), pelaksanaannya tidak menimbulkan getaran serta Gaya tekan dongkrak hidraulis langsung dapat dibaca melalui sebuah manometer sehingga besarnya Gaya tekan tiang setiap mencapai kedalaman tertentu dapat diketahui. Kapasitas alat pemancangan HSPD ini ada bermacam tipe yaitu 120 Ton, 320 Ton, 450 Ton, pemilihan alat disesuaikan dengan desain load / beban rencana tiang pancang. Untuk menghindari terjadinya penyimpangan prosedur kerja yang tak terkendali, maka prosedur kerja harus diikuti secara cermat. Oleh karena itu, segala perubahan atau penyesuaian yang dilakukan sebagai antisipasi atas kondisi lapangan hanya boleh dilaksanakan atas petunjuk dari site manager dan dengan persetuj

Pondasi Jalur atau Memanjang (Strip Foundations)

Pondasi jalur/ pondasi memanjang (kadang disebut juga pondasi menerus) adalah jenis pondasi yang digunakan untuk mendukung beban memanjang atau beban garis, baik untuk mendukung beban dinding atau beban kolom   dimana penempatan kolom   dalam jarak yang dekat dan fungsional kolom tidak terlalu mendukung beban berat sehingga pondasi tapak tidak terlalu dibutuhkan. Pondasi jalur/ pondasi memanjang biasanya dapat dibuat dalam bentuk memanjang dengan potongan persegi ataupun trapesium. Bisanya digunakan untuk pondasi dinding maupun kolom praktis. Bahan untuk pondasi ini dapat menggunakan pasangan patu pecah, batu kali, cor beton tanpa tulangan dan dapat juga menggunakan pasangan batu bata dengan catatan tidak mendukung beban struktural. Pondasi Jalur atau Pondasi Memanjang Pondasi ini digunakan pada bangunan sederhana yang kondisi tanah aslinya cukup baik. Biasanya kedalaman pondasi ini antara 60 - 80 cm. Dengan lebar tapak sama dengan tingginya. Kebutuhan bahan baku untuk pondasi in

Pondasi Tiang Pancang dengan Drop Hammer

Dalam pembangunan sebuah gedung, pondasi adalah salah satu bagian terpenting untuk  menopang bangunan di atas tanah. Untuk pemasangan pondasi pada bangunan sederhana tidak memerlukan alat bantu, tetapi untuk pemasangan pondasi pada bangunan pencakar langit yang biasanya menggunakan pondasi tiang pancang maka diperlukan alat bantu. Alat bantu tersebut berupa alat pemukul yang dapat berupa pemukul (hammer) mesin uap, pemukul getar, atau pemukul yang hanya dijatuhkan. Alat pemukul yang berupa pemukul yang hanya dijatuhkan disebut dengan drop hammer atau pemukul jatuh. Drop hammer merupakan pemukul jatuh yang terdiri dari balok pemberat yang dijatuhkan dari atas. Cara kerja drop hammer adalah penumbuk (hammer) ditarik ke atas dengan kabel dan kerekan sampai mencapai tinggi jatuh tertentu, kemudian penumbuk (hammer) tersebut jatuh bebas menimpa kepala tiang pancang . Untuk menghindari kerusakan pada tiang pancang maka pada kepala tiang dipasang topi/ cap (shock absorber), cap ini biasanya

Metode Pelaksanaan Pekerjaan Tulangan Struktur

Secara umum, pekerjaan pembesian merupakan bagian dari pekerjaan struktur. Pekerjaan ini memegang peranan penting dari aspek kualitas pelaksanaan mengingat fungsi besi tulangan penting dalam kekuatan struktur gedung. Berikut adalah metode pelaksanaan pekerjaan pembesian mulai dari tahap penyimpanan hingga pemasangan tulangan. Pengadaan Material Baja Tulangan Material yang digunakan untuk pekerjaan pembesian gedung pada umumnya adalah baja tulangan ulir. Material berasal dari supplier dan diangkut ke lokasi proyek menggunakan truk. Material yang telah sampai ke lokasi proyek akan diuji terlebih dahulu untuk memeriksa mutu dan kualitas seperti yang sudah ditetapkan. Pengujian yang dilakukan pada umumnya adalah tes tarik, tes tekuk, dan tes tekan. Sampel diambil secara acak untuk setiap beberapa ton baja ntuk masing-masing diameter dengan panjang masing-masing 1 meter. Apabila mutunya sesuai dengan spesifikasi, maka material baja tulangan akan disimpan. Jika tidak sesuai,

Rasio Beton dan Besi

Rasio Beton (n) adalah sebagai berikut: - Plat 0,12 - Kolom 0,07 - 0,08 - Balok 0,1 - Total 0,3 - Konstruksi Khusus 0,4 Beton (m3) = Luas (m2)* n (m) Rasio Besi (m) adalah sebagai berikut: - Kolom 150 - 200 kg/m3 - Balok 100 - 150 kg/m3 - Pelat = 80 - 100 kg/m3 - Pilecap = 80 -120 kg/m3 - Raft = 90 - 120 kg/m3 Rasio hanya sebagai referensi, nilai tidak mutlak

Sistem Plumbing dan Sanitasi

PLAMBING : untuk air bersih SANITASI : untuk pembuangan (cair dan padat) PLAMBING : penyediaan air bersih yang dikehendaki dengan tekanan dan debit yang cukup SANITASI : membuang atau pengeluaran air kotor dari tempat tertentu tanpa mencemarkan bagian lainnya. PERALATAN SANITER : SHAFT : lubang di lantai yang digunakan untuk saluran - saluran vertikal LAVATORI : wastafel URINAL : pembuangan air kencing pria BIDET : pembuangan air kencing wanita FLOOR DRAIN : pembuangan air di kamar mandi PIPA AIR BERSIH harus diisi penuh dengan air. PIPA SANITASI digunakan hanya separuh dari pipa. JENIS DAN PERALATAN PLAMBING : 1. Peralatan Air Minum 2. Peralatan Air Panas 3. Peralatan Pembuangan dan Vent 4. Peralatan Saniter ( Plumbing Fixture) : Peralatan Pemadam Kebakaran Peralatan Pengolahan Air Kotor Peralatan Penyediaan Gas Peralatan Dapur Besar Peralatan Pencucian (laundry) Peralatan Air Pendingin (CHILER) dan berbagai pipa i

Penentuan Berat Hammer untuk Tiang Pancang

Lanjutan dari Pondasi Tiang Pancang dengan Drop Hammer Hal yang perlu diperhatikan untuk penentuan berat Hammer: 1) Untuk tiang pancang beton precast yang berat ke dalam lapisan tanah yang padat seperti pada stiff clay, compact gravel dan sebagainya maka akan sesuai bila dipilih alat pancang yang mempunyai : - Berat penumbuk (hammer) yang besar. - Tinggi jatuh pendek. - Kecepatan hammer yang rendah pada saat hammer menimpa tiang pancang. Type alat pancang yang sesuai dengan pekerjaan ini adalah type Single – Acting Hammer. Dengan keadaan alat pancang tersebut akan diperoleh lebih banyak energi yang disalurkan pada penurunan tiang pancang dan mengurangi kerusakan-kerusakan pada kepala tiang pancang akibat pemancangan.  2) Untuk tiang pancang yang ringan atau tiang pipa dan baja yang berbentuk pipa tipis sering terjadi pipa tersebut rusak sebelum mencapai kedalaman yang direncankan sehingga pada tanah padat akan sesuai bila dipergunakan alat pancang yang mempun