Proses Perawatan / Curing Beton Skip to main content

Proses Perawatan / Curing Beton


Proses curing pada dasarnya adalah proses merawat kelembapan yang cukup didalam beton untuk jangka waktu tertentu selama umur awalnya agar kekuatannya dapat dicapai secara perlahan-lahan namun efektif.
Dengan curing, kekuatan beton pada 28 hari dapat mencapai 4000 psi sedangkan beton yang tidak mengalami curing hanya mencapai kekuatan tidak lebih dari 2000 psi.

Lamanya waktu perawatan beton tergantung dari tipe semen yang digunakan, proporsi campuran, kekuatan yang direncanakan, ukuran dan bentuk massa beton, cuaca dan kondisi lingkungan. Slab dan dek jembatan yang terekspos terhadap cuaca dan serangan kimia biasanya membutuhkan waktu perawatan yang lebih lama.
Keuntungan melakukan proses curing antara lain :
  • Kekuatan yang dihasilkan lebih besar dari beton yang tidak dirawat
  • Sifat porousnya akan lebih kecil daripada beton yang tidak dirawat, sehingga lebih tahan terhadap penetrasi air dan garam.
  • Lebih awet terhadap retak dan pengelupasan.

Berikut merupakan metode dasar curing :
a. Metode yang memberikan kelembapan tambahan
Cara perawatan yang termasuk dalam metode ini adalah:
• Penyiraman
  1. Setelah beton agak mengering, pasang adukan pada sekeliling beton lantai yang akan digenangi air dengan tinggi adukan +/- 5 cm.
  2. Biarkan adukan sarnpai kering/keras.
  3. Aliri/genangi permukaan beton lantai dengan air kerja menggunakan pompa dan slang air.
  4. Lakukan penyiraman atau penggenangan permukaan lantai beton secara teratur
  5. Kontrol genangan air jangan sampai kering
  6. Jika terjadi hujan maka tidak perlu diadakan pekerjaan penyirarnan beton lantai

• Penutupan dengan penutup yang dibasahi, seperti: jerami, tanah, karung goni, cotton mat dan bahan penahan kelembapan lainnya
Kedua metode ini memberikan tambahan kelembapan selama pengerasan awal beton dan mendinginkan melalui melalui penguapan yang sangat penting untuk pengecoran saat cuaca panas. Perawatan beton yang paling baik adalah dengan menyiram beton secara kontinu sedangkan membungkus permukaan dengan penutup yang basah adalah yang paling banyak digunakan. Cara untuk melaksanakan metode curing dengan penutup adalah :
  1. Bungkuslah beton dengan penutup yang dibasahi sesegera mungkin
  2. Setelah beton cukup keras untuk mencegah rusaknya permukaan
  3. Biarkan dan jagalah kelembapannya selama masa perawatan
  4. Jika memungkinkan untuk membanjirinya dengan air dapat dilakukan dengan membuat tanggul dari tanah disekeliling beton atau merendam beton secara keseluruhan didalam air.

b. Metode yang mencegah hilangnya kelembapan/surface sealing
Metode untuk mencegah hilangnya kelembaban terdiri dari beberapa cara, yaitu :
  1. Melapisi dengan lapisan waterproof/plastik film, dapat digunakan untuk merawat beton struktural dan permukaan horisontal yang memiliki bentuk relatif sederhana. Lapisan yang digunakan harus cukup besar untuk menutup permukaan dan tepi-tepi beton. Cara untuk melaksanakan metode curing dengan lapisan waterproof adalah :
  2. Basahi permukaan sebelum ditutup dengan semprotan air yang halus
  3. Bebanilah tepi-tepi bagian bawah lapisan untuk menutup secara keseluruhan
  4. Biarkan di tempat selama masa perawatan
Bagaimanapun juga, beberapa jenis lapisan tipis ini dapat menghitamkan beton yang telah mengeras, terutama jika permukaan di-finishing menggunakan trowel baja.

• Melapisi dengan bahan cair pembentuk membran (liquid membrane forming compounds)
Metode ini sesuai tidak hanya untuk perawatan beton segar tetapi juga untuk perawatan beton setelah pelepasan cetakan. Cara pemberian lapisan ini adalah dengan menggunakan sprayer, atau menggunakan kuas pada beton yang telah mengeras tetapi jangan menggunakan kuas pada beton yang belum mengeras karena akan merusakkan permukaan, membuat beton rentan terhadap penetrasi bahan pelapis tersebut dan membuat lapisan tidak menyelubungi beton secara menyeluruh. Jika selama 3 jam awal pemberian lapisan ini terjadi hujan deras di lapangan, permukaan harus disemprot kembali. Perawatan dengan cara ini dapat melindungi beton untuk jangka waktu yang lama bahkan saat beton sudah digunakan.

Karena curing compound ini dapat mencegah terbentuknya ikatan antara beton keras dan beton segar, maka jangan digunakan jika ingin ikatan tersebut terbentuk.
Dalam kasus-kasus tertentu (misal: keadaan lingkungan yang tidak menguntungkan, tuntutan aktu, dll), beberapa metode diatas dapat digabungkan menjadi satu untuk memperoleh efektifitas yang lebih tinggi. Sebagai contoh: Beton dirawat menggunakan tiga lapisan. Lapisan pertama adalah plastik, kemudian dilapisi styrrofoam dan terakhir ditutup dengan pasir basah.

Berikut beberapa jenis membran yang dapat dipakai:
- Senyawa Curing Resin Sintetis / Synthetic Resin Curing Compound
Resin sintetis adalah senyawa yang terbentuk sebagai membran kedap air pada permukaan beton untuk menahan penguapan air dari beton. Untuk melanjutkan plesteran lebih lanjut, membran resin sintetis dapat dengan mudah dihilangkan dengan menyemprotkan air panas ke permukaan beton. Oleh karena itu cocok di daerah di mana perawatan selanjutnya diterapkan pada beton.

- Senyawa Curing Akrilik / Acrylic Curing Compound
Senyawa curing akrilik adalah senyawa curing berbasis polimer yang diperoleh dari polimer asam akrilik. Bagian terbaik dari senyawa pengawet berbahan dasar akrilik adalah tidak perlunya menghilangkan senyawa ini untuk plesteran. Akrilik membantu untuk mencapai daya rekat yang sangat baik pada plesteran.

- Senyawa Curing Lilin / Wax Curing Compound
Perawatan lilin memiliki sifat yang sama dengan resin sintetis. Penggunaan lilin pada permukaan yang akan dicat atau ubin tidak dianjurkan karena lilin menghambat adhesi antara permukaan dan plesteran atau ubin.

- Senyawa Curing Karet Terklorinasi / Chlorinated Rubber Curing Compound
Karet terklorinasi membentuk membran tebal pada permukaan beton saat diletakkan. Penggunaan senyawa pengawet berbahan dasar karet terklorinasi menutup beton secara efektif tanpa pori-pori kecil yang tersisa. Tetapi usia karet terklorinasi sangat kurang, dan tidak dapat bertahan lebih lama.

c. Metode Curing Beton dengan Penguapan
Metode lain untuk proses curing beton adalah dengan metode penguapan. Sebelumnya pastikan beton sudah di diamkan pada suhu 10°-30°C dalam beberapa jam. Metode curing beton dengan penguapan ini biasanya dilakukan pada daerah yang terdapat musim dingin. Oleh karena itu terdapat prosedur khusus yakni beton didiamkan terlebih dahulu kemudian harus diikuti dengan perawatan pembasahan selama beberapa hari.
Metode ini bertujuan agar kekuatan dari beton bisa lebih tahan lama dengan cuaca ekstrem di musim dingin. Curing beton dengan penguapan terdapat dua cara yaitu:
  • Perawatan tekanan rendah selama 10-12 jam.
  • Lalu perawatan tekanan tinggi selama 10-16 jam.
d. Perawatan Beton dengan Radiasi Inframerah
Teknik ini diadopsi di daerah beriklim dingin. Dalam proses ini, radiasi inframerah diterapkan pada beton, meningkatkan suhu awal, yang meningkatkan kekuatan beton. Ini adalah teknik yang paling efektif daripada perawatan uap, karena menaikkan suhu awal beton tidak mengurangi kekuatan akhir beton. Metode ini digunakan untuk bagian beton berlubang dimana pemanas ditempatkan pada bagian beton yang mengeluarkan suhu 900 derajat.

e. Perawatan beton dengan Arus Listrik
Dalam teknik ini, beton disembuhkan dengan melewatkan arus bolak-balik ke sana. Dua pelat, satu di bagian atas dan satu lagi di bagian bawah permukaan beton, bekerja sebagai elektroda, dan kemudian arus bolak-balik dilewatkan ke mereka. Beda potensial 30V atau 60V dipertahankan di antara kedua elektroda ini. Perawatan beton yang dicapai pada 28 hari dapat dicapai dalam waktu tiga hari dengan melakukan teknik ini.

Lama Pelaksanaan Curing Beton
Dalam pelaksanaannya, terdapat beberapa pedoman umum curing beton,yaitu :
  1. Beton (selain beton kuat awal tinggi) harus dirawat pada suhu diatas 10°C dan dalam kondisi lembab untuk sekurang-kurangnya 7 hari setelah pengecoran kecuali jika dirawat sesuai Point c.
  2. Beton kuat awal tinggi harus dirawat pada suhu diatas 10°C dan dalam kondisi lembab untuk sekurang-kurangnya selama 3 hari pertama kecuali jika dirawat sesuai Point c.
  3. Perawatan dipercepat.
Untuk perawatan yang dipercepat, harus memperhatikan beberapa hal dibawah ini:
  • Percepatan waktu perawatan harus memberikan kuat tekan beton pada tahap pembebanan yang ditinjau sekurang-kurangnya sama dengan kuat rencana perlu pada tahap pembebanan tersebut.
  • Proses perawatan harus sedemikian hingga agar beton yang dihasilkan mempunyai tingkat keawetan paling tidak sama dengan yang dihasilkan dengan metode perawatan pada Point a dan Point b.
  • Bila diperlukan pengawas lapangan, dapat dilakukan penambahan uji kuat tekan beton dengan merawat benda uji di lapangan sesuai dengan Subbab 7.6(4) SK SNI 03-2847-2002 untuk menjamin bahwa proses perawatan yang dilakukan telah memenuhi persyaratan.
Untuk penjelasan umur beton, dapat dilihat di sini

Comments

Popular posts from this blog

Metode Hydraulic Static Pile Driver (HSPD)

Hydraulic Static Pile Driver (HSPD) adalah suatu sistem pemancangan pondasi tiang yang dilakukan dengan Cara menekan tiang pancang masuk ke dalam tanah denganmenggunakan dongkrak hidraulis yang diberi beban berupa counterweight. Pada proses pemancangan tiang dengan menggunakan Hydraulic Static Pile Driver (HSPD), pelaksanaannya tidak menimbulkan getaran serta Gaya tekan dongkrak hidraulis langsung dapat dibaca melalui sebuah manometer sehingga besarnya Gaya tekan tiang setiap mencapai kedalaman tertentu dapat diketahui. Kapasitas alat pemancangan HSPD ini ada bermacam tipe yaitu 120 Ton, 320 Ton, 450 Ton, pemilihan alat disesuaikan dengan desain load / beban rencana tiang pancang. Untuk menghindari terjadinya penyimpangan prosedur kerja yang tak terkendali, maka prosedur kerja harus diikuti secara cermat. Oleh karena itu, segala perubahan atau penyesuaian yang dilakukan sebagai antisipasi atas kondisi lapangan hanya boleh dilaksanakan atas petunjuk dari site manager dan dengan persetuj

Pondasi Jalur atau Memanjang (Strip Foundations)

Pondasi jalur/ pondasi memanjang (kadang disebut juga pondasi menerus) adalah jenis pondasi yang digunakan untuk mendukung beban memanjang atau beban garis, baik untuk mendukung beban dinding atau beban kolom   dimana penempatan kolom   dalam jarak yang dekat dan fungsional kolom tidak terlalu mendukung beban berat sehingga pondasi tapak tidak terlalu dibutuhkan. Pondasi jalur/ pondasi memanjang biasanya dapat dibuat dalam bentuk memanjang dengan potongan persegi ataupun trapesium. Bisanya digunakan untuk pondasi dinding maupun kolom praktis. Bahan untuk pondasi ini dapat menggunakan pasangan patu pecah, batu kali, cor beton tanpa tulangan dan dapat juga menggunakan pasangan batu bata dengan catatan tidak mendukung beban struktural. Pondasi Jalur atau Pondasi Memanjang Pondasi ini digunakan pada bangunan sederhana yang kondisi tanah aslinya cukup baik. Biasanya kedalaman pondasi ini antara 60 - 80 cm. Dengan lebar tapak sama dengan tingginya. Kebutuhan bahan baku untuk pondasi in

Pondasi Tiang Pancang dengan Drop Hammer

Dalam pembangunan sebuah gedung, pondasi adalah salah satu bagian terpenting untuk  menopang bangunan di atas tanah. Untuk pemasangan pondasi pada bangunan sederhana tidak memerlukan alat bantu, tetapi untuk pemasangan pondasi pada bangunan pencakar langit yang biasanya menggunakan pondasi tiang pancang maka diperlukan alat bantu. Alat bantu tersebut berupa alat pemukul yang dapat berupa pemukul (hammer) mesin uap, pemukul getar, atau pemukul yang hanya dijatuhkan. Alat pemukul yang berupa pemukul yang hanya dijatuhkan disebut dengan drop hammer atau pemukul jatuh. Drop hammer merupakan pemukul jatuh yang terdiri dari balok pemberat yang dijatuhkan dari atas. Cara kerja drop hammer adalah penumbuk (hammer) ditarik ke atas dengan kabel dan kerekan sampai mencapai tinggi jatuh tertentu, kemudian penumbuk (hammer) tersebut jatuh bebas menimpa kepala tiang pancang . Untuk menghindari kerusakan pada tiang pancang maka pada kepala tiang dipasang topi/ cap (shock absorber), cap ini biasanya

Metode Pelaksanaan Pekerjaan Tulangan Struktur

Secara umum, pekerjaan pembesian merupakan bagian dari pekerjaan struktur. Pekerjaan ini memegang peranan penting dari aspek kualitas pelaksanaan mengingat fungsi besi tulangan penting dalam kekuatan struktur gedung. Berikut adalah metode pelaksanaan pekerjaan pembesian mulai dari tahap penyimpanan hingga pemasangan tulangan. Pengadaan Material Baja Tulangan Material yang digunakan untuk pekerjaan pembesian gedung pada umumnya adalah baja tulangan ulir. Material berasal dari supplier dan diangkut ke lokasi proyek menggunakan truk. Material yang telah sampai ke lokasi proyek akan diuji terlebih dahulu untuk memeriksa mutu dan kualitas seperti yang sudah ditetapkan. Pengujian yang dilakukan pada umumnya adalah tes tarik, tes tekuk, dan tes tekan. Sampel diambil secara acak untuk setiap beberapa ton baja ntuk masing-masing diameter dengan panjang masing-masing 1 meter. Apabila mutunya sesuai dengan spesifikasi, maka material baja tulangan akan disimpan. Jika tidak sesuai,

Rasio Beton dan Besi

Rasio Beton (n) adalah sebagai berikut: - Plat 0,12 - Kolom 0,07 - 0,08 - Balok 0,1 - Total 0,3 - Konstruksi Khusus 0,4 Beton (m3) = Luas (m2)* n (m) Rasio Besi (m) adalah sebagai berikut: - Kolom 150 - 200 kg/m3 - Balok 100 - 150 kg/m3 - Pelat = 80 - 100 kg/m3 - Pilecap = 80 -120 kg/m3 - Raft = 90 - 120 kg/m3 Rasio hanya sebagai referensi, nilai tidak mutlak

Sistem Plumbing dan Sanitasi

PLAMBING : untuk air bersih SANITASI : untuk pembuangan (cair dan padat) PLAMBING : penyediaan air bersih yang dikehendaki dengan tekanan dan debit yang cukup SANITASI : membuang atau pengeluaran air kotor dari tempat tertentu tanpa mencemarkan bagian lainnya. PERALATAN SANITER : SHAFT : lubang di lantai yang digunakan untuk saluran - saluran vertikal LAVATORI : wastafel URINAL : pembuangan air kencing pria BIDET : pembuangan air kencing wanita FLOOR DRAIN : pembuangan air di kamar mandi PIPA AIR BERSIH harus diisi penuh dengan air. PIPA SANITASI digunakan hanya separuh dari pipa. JENIS DAN PERALATAN PLAMBING : 1. Peralatan Air Minum 2. Peralatan Air Panas 3. Peralatan Pembuangan dan Vent 4. Peralatan Saniter ( Plumbing Fixture) : Peralatan Pemadam Kebakaran Peralatan Pengolahan Air Kotor Peralatan Penyediaan Gas Peralatan Dapur Besar Peralatan Pencucian (laundry) Peralatan Air Pendingin (CHILER) dan berbagai pipa i

Penentuan Berat Hammer untuk Tiang Pancang

Lanjutan dari Pondasi Tiang Pancang dengan Drop Hammer Hal yang perlu diperhatikan untuk penentuan berat Hammer: 1) Untuk tiang pancang beton precast yang berat ke dalam lapisan tanah yang padat seperti pada stiff clay, compact gravel dan sebagainya maka akan sesuai bila dipilih alat pancang yang mempunyai : - Berat penumbuk (hammer) yang besar. - Tinggi jatuh pendek. - Kecepatan hammer yang rendah pada saat hammer menimpa tiang pancang. Type alat pancang yang sesuai dengan pekerjaan ini adalah type Single – Acting Hammer. Dengan keadaan alat pancang tersebut akan diperoleh lebih banyak energi yang disalurkan pada penurunan tiang pancang dan mengurangi kerusakan-kerusakan pada kepala tiang pancang akibat pemancangan.  2) Untuk tiang pancang yang ringan atau tiang pipa dan baja yang berbentuk pipa tipis sering terjadi pipa tersebut rusak sebelum mencapai kedalaman yang direncankan sehingga pada tanah padat akan sesuai bila dipergunakan alat pancang yang mempun