Proses Finishing Beton Skip to main content

Proses Finishing Beton


Proses finishing dilakukan untuk memperoleh permukaan beton dengan efek-efek tertentu sesuai dengan yang diinginkan. Dalam kasus tertentu, finishing dapat hanya berupa koreksi terhadap cacat permukaan, mengisi lubang-lubang atau membersihkan permukaan. Beton yang tidak memerlukan finishing permukaan, kadangkala hanya membutuhkan screeding untuk memperbaiki kontur. Proses finishing dimulai saat beton (yang telah dipadatkan sebelumnya) dapat menyangga beban satu orang yang berdiri diatasnya dengan hanya meninggalkan sedikit bekas pada permukaannya. Macam-macam proses finishing akan dijelaskan dalam sub-bab 4.8.6.1 sampai 4.8.6.9.

Screeding
Screeding dilakukan untuk memperoleh elevasi/ketinggian yang diinginkan pada pengecoran slab, trotoar atau jalan.

a. Screeding Manual
Menggunakan sebuah alat yang disebut screed, dengan bagian bawah alat datar dan rata untuk menghasilkan permukaan yang rata atau lengkung untuk menghasilkan permukaan lengkung.
Teknik sceed yang baik:
• Gerakkan screed maju dan mundur melintang dipermukaan beton seperti gerakan menggergaji
• Dalam satu gerakan, gerakkan screed maju sekitar 1 inchi disepanjang bekisting
• Jika screed ‘mencongkel’ permukaan beton, (yang mungkin terjadi pada beton air entrained karena sifatnya yang lengket) kurangilah kecepatan maju screeding atau lapisi bagian bawah screed dengan logam
• Lakukan kembali screeding untuk kedua kali untuk membuang permukaan beton yang bergelombang akibat screeding sebelumnya

Screeding yang optimal dilakukan oleh 3 orang (tidak termasuk operator vibrator), dua dari pekerja mengoperasikan screed sedangkan pekerja ketiga membuang kelebihan beton dari bagian depan screed. Kecepatan screeding yang dihasilkan dengan cara ini adalah 200 ft2/jam

b. Screeding Mekanis
Umumnya digunakan untuk pekerjaan perkerasan jalan raya, dek jembatan dan slab. Alat ini memiliki vibrator dan dapat digunakan untuk beton kuat tekan tinggi dan memiliki nilai slump rendah. Keuntungan menggunakan screeding mekanis ini adalah menghasilkan beton yang kuat dengan kepadatan yang lebih besar, finishing yang lebih rapi, mengurangi perawatan (mengeliminasi perlunya floating dan hand tamping) dan menghemat waktu dengan kecepatan operasi yang tinggi. Alat ini terdiri dari beam dan mesin berbahan bakar bensin, atau motor listrik dan penggetar mekanis yang dipasang ditengah beam. Kebanyakan alat jenis ini cukup berat, maka dilengkapi dengan roda untuk membantu memindahkan, tetapi terdapat pula screed mekanis yang ringan dan dapat diangkat oleh dua orang pekerja. Kecepatan mengoperasikan tergantung secara langsung oleh nilai slump, makin besar nilai slump adukan, makin besar kecepatannya.

Teknik screeding dengan alat ini adalah:
• Tidak boleh ada gerakan menyilang dari beam.
• Tuangkan beton pada jarak 4-6 m didepan screed dan pastikan beton yang cukup telah siap didepan screed dengan ketinggian dibawah screed beam.
• Screed kemudian dioperasikan oleh dua pekerja pada kedua ujungnya.
• Jika pada permukaan beton muncul rongga atau lubang setelah screed melewati lapisan itu, maka lubang tersebut harus segera diisi dengan beton segar dan screed kemudian diangkat dan dipindahkan kebelakang untuk pass kedua kali.
Bila saat screeding, terjadi bleeding, jangan menggunakan pasir/semen untuk menyerap kelebihan air akibat bleeding karena akan melemahkan permukaan yang telah mengeras, pindahkan genangan air dengan menarik pipa selang diatas permukaan beton atau saat mix-design gunakan bahan aditif air entraining.

Hand Tamping
Hand Tamping dilakukan setelah screeding. Digunakan untuk memadatkan beton menjadi sebuah massa yang padat dan membuat agregat kasar dengan ukuran partikel besar turun kebawah permukaan, sehingga memungkinkan finishing permukaan dapat dilakukan sesuai keinginan. Alat ini hanya digunakan untuk beton dengan nilai slump rendah. Setelah hand tamping dilakukan, dapat langsung dilanjutkan dengan floating. Alat ini juga dapat digunakan pada pinggiran kolam, driveways, patio, entry, dan courtyard.

Floating
Jika menginginkan permukaan beton yang lebih halus daripada yang diperoleh dengan screeding, maka permukaan harus dihaluskan dengan raskam (float) kayu atau aluminium magnesium. Setelah beton sebagian mengeras, floating dapat dilakukan untuk kedua kalinya agar didapat permukaan yang lebih halus. Floating dapat dilakukan segera setelah kilau air menghilang dari permukaan beton, untuk mencegah retak dan pengelupasan beton.


Hindarkan floating yang berlebihan pada beton yang masih plastis, karena akan membuat air dan pasta semen yang berlebihan naik ke permukaan karena material ini membentuk lapisan tipis yang akan cepat aus dan mengelupas saat penggunaan.

Edging
Semua tepi dari slab yang tidak berbatasan dengan struktur lainnya harus dihaluskan dengan sebuah edger. Alat ini membuat bagian tepi beton menjadi lengkung dan tidak tajam. Proses ini membuat beton lebih rapi dan mencegah pecahnya tepi beton. Edging dapat mulai dilakukan saat kilau ait mulai menghilang dari permukaan.


Trowelling
Trowelling dimulai setelah kilau air menghilang dari permukaan beton setelah proses floating dan beton telah cukup keras. Trowelling yang terlalu awal cenderung mengurangi keawetan beton, sebaliknya, trowelling yang tertunda mengakibatkan permukaan terlalu keras untuk dapat dikerjakan dengan baik. Titik-titik air harus dihindari, jika titik-titik air muncul, pekerjaan finishing tidak boleh dilanjutkan hingga air terserap lebih dulu, menguap atau dibersihkan.
Terdapat dua macam alat untuk trowelling, antara lain :

a. Trowel Baja
• Gerakkan trowel dengan gerakan lengkung dan permukaan trowel berhadapan secara datar dengan beton
• Lakukan trowelling untuk kedua kalinya setelah beton cukup keras sehingga tidak ada mortar yang menempel pada trowel dan suara berdering dihasilkan saat trowel melewati permukaan beton
• Pada trowelling yang kedua kali, trowel harus sedikit dimiringkan sedikit dan gunakan tekanan yang kuat untuk beton yang sudah padat sepenuhnya

b. Trowel Mekanis
Digunakan untuk flat slab dengan kekakuan yang konsisten. Alat ini dilengkapi dengan seperangkat float blade diantara steel blade-nya, jadi floating dapat sekaligus dilakukan. Beton harus diatur sedemikian rupa agar dapat menahan berat mesin dan operator. Meskipun operasi alat ini lebih cepat daripada proses manual, tetapi tidak semua tipe konstruksi dapat menggunakannya dan harus mengacu pada pedoman operasi dan perawatan alat yang dibuat oleh pabriknya.

Brooming
Permukaan yang tidak licin pada beberapa lantai dan trotoar dapat diperoleh dengan proses ini sebelum beton mengeras sepenuhnya. Dilakukan setelah floating.
Untuk menciptakan pola lengkung, berombak, herringbone bahkan lingkaran perlu diperhatikan hal-hal berikut :
• Jika tidak menginginkan alur yang besar, dapat menggunakan sikat halus setelah satu kali trowelling
• Jika alur yang besar/kasar diinginkan, dapat menggunakan sapu kaku yang terbuat dari kawat baja/serat kasar.
• Untuk lantai beton jalan (parkiran misalnya), arah alur yang dihasilkan harus pada sudut yang benar terhadap arah lalu lintas

Grinding
Bila proses ini diinginkan untuk lantai beton, harus dimulai setelah permukaan mengeras secara cukup untuk mencegah tercabutnya partikel agregat.
• Selama proses grinding, lantai harus tetap basah dan dilanjutkan dengan menyikat dan membilas dengan air
• Setelah permukaan selesai dikerjakan, lubang-lubang dan cacat ditutup dengan grouting encer berupa campuran satu bagian graincarborundum grit no. 80 dan satu bagian portland semen. Bahan ini diratakan di permukaan dan diratakan pada lubang-lubang itu dengan sendok semen. Kemudian digosok-gosokkan ke permukaan beton dengan mesin grinding. Saat beton grouting telah mengeras selama 17 hari, beton di-grinding untuk kedua kalinya agar lapisan yang tidak diinginkan hilang dan memberikan sentuhan akhir.
• Material yang tersisa diatas beton kemudian dibuang dengan penyiraman air secara keseluruhan.

Sack-Rubbed Finish
Finishing dengan cara ini kadang diperlukan jika penampilan lantai beton yang terbentuk jauh dari yang diharapkan. Dilakukan setelah perbaikan-perbaikan dan perbaikan cacat-cacat mayor telah terselesaikan. Jika menggunakan cetakan atau bekisting dari plywood, polyfilm atau cetakan lain yang sudah membentuk permukaan beton agar halus, maka tidak perlu dilakukan rubbing lagi.
Berikut merupakan langkah yang dapat dilakukan untuk melaksanakan proses rubbing :
• Rubbing yang pertama dilakukan dengan agregat kasar batu Carborundum segera setelah beton mengeras sehingga agregat tidak akan tertarik keluar
• Beton kemudian dirawat hingga rubbing akhir dilakukan
• Batu Carborundum yang lebih halus kemudian digunakan untuk rubbing akhir
• Beton harus tetap lembab saat proses rubbing dilakukan
• Mortar yang digunakan dalam proses ini dan tertinggal dipermukaan harus tetap dijaga kelembapannya hingga 1-2 hari setelah beton disiapkan untuk dirawat
• Lapisan mortar harus tetap pada ketebalan minimumnya untuk menghindari kemungkinan mengelupas dan mengotori tampilan permukaan beton.

Exposed Aggregate Finish
Finishing yang berupa agregat yang diekspos menghasilkan permukaan yang tidak licin dan biasanya digunakan untuk keperluan arsitektural.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dala exposed aggregate finish adalah sebagai berikut :
• Biarkan beton hingga cukup keras agar dapat mendukung material finishing
• Agregat diekspos dengan cara menambahkan retarder diatas permukaan beton lalu permukaan beton tersebut disikat dan dibilas dengan air Karena timing yang tepat sangat penting, buatlah beberapa pengujian untuk menentukan waktu yang tepat untuk mengekspos agregat

Comments

  1. Dapatkan Bonus Angpao Tanpa Deposit Edisi Imlek 2021... Join Disini Sekarang Kumpulan Berbagai Macam Permainan Taruhan Online Terbaik, Kunjungi Website Kami Di Klik Disini dan Dapatkan Bonus Terbaru 8X 9X 10X win klik disini untuk mendapatkan akun Sabung Ayam anda dan Bonus Berlimpah.


    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Metode Hydraulic Static Pile Driver (HSPD)

Hydraulic Static Pile Driver (HSPD) adalah suatu sistem pemancangan pondasi tiang yang dilakukan dengan Cara menekan tiang pancang masuk ke dalam tanah denganmenggunakan dongkrak hidraulis yang diberi beban berupa counterweight. Pada proses pemancangan tiang dengan menggunakan Hydraulic Static Pile Driver (HSPD), pelaksanaannya tidak menimbulkan getaran serta Gaya tekan dongkrak hidraulis langsung dapat dibaca melalui sebuah manometer sehingga besarnya Gaya tekan tiang setiap mencapai kedalaman tertentu dapat diketahui. Kapasitas alat pemancangan HSPD ini ada bermacam tipe yaitu 120 Ton, 320 Ton, 450 Ton, pemilihan alat disesuaikan dengan desain load / beban rencana tiang pancang. Untuk menghindari terjadinya penyimpangan prosedur kerja yang tak terkendali, maka prosedur kerja harus diikuti secara cermat. Oleh karena itu, segala perubahan atau penyesuaian yang dilakukan sebagai antisipasi atas kondisi lapangan hanya boleh dilaksanakan atas petunjuk dari site manager dan dengan persetuj

Pondasi Jalur atau Memanjang (Strip Foundations)

Pondasi jalur/ pondasi memanjang (kadang disebut juga pondasi menerus) adalah jenis pondasi yang digunakan untuk mendukung beban memanjang atau beban garis, baik untuk mendukung beban dinding atau beban kolom   dimana penempatan kolom   dalam jarak yang dekat dan fungsional kolom tidak terlalu mendukung beban berat sehingga pondasi tapak tidak terlalu dibutuhkan. Pondasi jalur/ pondasi memanjang biasanya dapat dibuat dalam bentuk memanjang dengan potongan persegi ataupun trapesium. Bisanya digunakan untuk pondasi dinding maupun kolom praktis. Bahan untuk pondasi ini dapat menggunakan pasangan patu pecah, batu kali, cor beton tanpa tulangan dan dapat juga menggunakan pasangan batu bata dengan catatan tidak mendukung beban struktural. Pondasi Jalur atau Pondasi Memanjang Pondasi ini digunakan pada bangunan sederhana yang kondisi tanah aslinya cukup baik. Biasanya kedalaman pondasi ini antara 60 - 80 cm. Dengan lebar tapak sama dengan tingginya. Kebutuhan bahan baku untuk pondasi in

Pondasi Tiang Pancang dengan Drop Hammer

Dalam pembangunan sebuah gedung, pondasi adalah salah satu bagian terpenting untuk  menopang bangunan di atas tanah. Untuk pemasangan pondasi pada bangunan sederhana tidak memerlukan alat bantu, tetapi untuk pemasangan pondasi pada bangunan pencakar langit yang biasanya menggunakan pondasi tiang pancang maka diperlukan alat bantu. Alat bantu tersebut berupa alat pemukul yang dapat berupa pemukul (hammer) mesin uap, pemukul getar, atau pemukul yang hanya dijatuhkan. Alat pemukul yang berupa pemukul yang hanya dijatuhkan disebut dengan drop hammer atau pemukul jatuh. Drop hammer merupakan pemukul jatuh yang terdiri dari balok pemberat yang dijatuhkan dari atas. Cara kerja drop hammer adalah penumbuk (hammer) ditarik ke atas dengan kabel dan kerekan sampai mencapai tinggi jatuh tertentu, kemudian penumbuk (hammer) tersebut jatuh bebas menimpa kepala tiang pancang . Untuk menghindari kerusakan pada tiang pancang maka pada kepala tiang dipasang topi/ cap (shock absorber), cap ini biasanya

Metode Pelaksanaan Pekerjaan Tulangan Struktur

Secara umum, pekerjaan pembesian merupakan bagian dari pekerjaan struktur. Pekerjaan ini memegang peranan penting dari aspek kualitas pelaksanaan mengingat fungsi besi tulangan penting dalam kekuatan struktur gedung. Berikut adalah metode pelaksanaan pekerjaan pembesian mulai dari tahap penyimpanan hingga pemasangan tulangan. Pengadaan Material Baja Tulangan Material yang digunakan untuk pekerjaan pembesian gedung pada umumnya adalah baja tulangan ulir. Material berasal dari supplier dan diangkut ke lokasi proyek menggunakan truk. Material yang telah sampai ke lokasi proyek akan diuji terlebih dahulu untuk memeriksa mutu dan kualitas seperti yang sudah ditetapkan. Pengujian yang dilakukan pada umumnya adalah tes tarik, tes tekuk, dan tes tekan. Sampel diambil secara acak untuk setiap beberapa ton baja ntuk masing-masing diameter dengan panjang masing-masing 1 meter. Apabila mutunya sesuai dengan spesifikasi, maka material baja tulangan akan disimpan. Jika tidak sesuai,

Rasio Beton dan Besi

Rasio Beton (n) adalah sebagai berikut: - Plat 0,12 - Kolom 0,07 - 0,08 - Balok 0,1 - Total 0,3 - Konstruksi Khusus 0,4 Beton (m3) = Luas (m2)* n (m) Rasio Besi (m) adalah sebagai berikut: - Kolom 150 - 200 kg/m3 - Balok 100 - 150 kg/m3 - Pelat = 80 - 100 kg/m3 - Pilecap = 80 -120 kg/m3 - Raft = 90 - 120 kg/m3 Rasio hanya sebagai referensi, nilai tidak mutlak

Sistem Plumbing dan Sanitasi

PLAMBING : untuk air bersih SANITASI : untuk pembuangan (cair dan padat) PLAMBING : penyediaan air bersih yang dikehendaki dengan tekanan dan debit yang cukup SANITASI : membuang atau pengeluaran air kotor dari tempat tertentu tanpa mencemarkan bagian lainnya. PERALATAN SANITER : SHAFT : lubang di lantai yang digunakan untuk saluran - saluran vertikal LAVATORI : wastafel URINAL : pembuangan air kencing pria BIDET : pembuangan air kencing wanita FLOOR DRAIN : pembuangan air di kamar mandi PIPA AIR BERSIH harus diisi penuh dengan air. PIPA SANITASI digunakan hanya separuh dari pipa. JENIS DAN PERALATAN PLAMBING : 1. Peralatan Air Minum 2. Peralatan Air Panas 3. Peralatan Pembuangan dan Vent 4. Peralatan Saniter ( Plumbing Fixture) : Peralatan Pemadam Kebakaran Peralatan Pengolahan Air Kotor Peralatan Penyediaan Gas Peralatan Dapur Besar Peralatan Pencucian (laundry) Peralatan Air Pendingin (CHILER) dan berbagai pipa i

Penentuan Berat Hammer untuk Tiang Pancang

Lanjutan dari Pondasi Tiang Pancang dengan Drop Hammer Hal yang perlu diperhatikan untuk penentuan berat Hammer: 1) Untuk tiang pancang beton precast yang berat ke dalam lapisan tanah yang padat seperti pada stiff clay, compact gravel dan sebagainya maka akan sesuai bila dipilih alat pancang yang mempunyai : - Berat penumbuk (hammer) yang besar. - Tinggi jatuh pendek. - Kecepatan hammer yang rendah pada saat hammer menimpa tiang pancang. Type alat pancang yang sesuai dengan pekerjaan ini adalah type Single – Acting Hammer. Dengan keadaan alat pancang tersebut akan diperoleh lebih banyak energi yang disalurkan pada penurunan tiang pancang dan mengurangi kerusakan-kerusakan pada kepala tiang pancang akibat pemancangan.  2) Untuk tiang pancang yang ringan atau tiang pipa dan baja yang berbentuk pipa tipis sering terjadi pipa tersebut rusak sebelum mencapai kedalaman yang direncankan sehingga pada tanah padat akan sesuai bila dipergunakan alat pancang yang mempun