Kualifikasi Welder Skip to main content

Kualifikasi Welder

Juru las atau Welder yang dimaksud disini adalah tenaga kerja yang memiliki keahlian dan ketrampilan khusus di bidang pengelasan sesuai standar internasional (AWS atau ASME). Pekerjaan kontruksi yang memerlukan tenaga welder membutuhkan level ketrampilan welder sesuai dengan jenis pengelasan yang akan dilakukan. Penggolongan jenis welder juga disesuaikan dengan jenis pekerjaan yang harus mampu diselesaikan oleh welder itu sendiri.

Kualifikasi welder Kemenaker RI
Sebagaimana dijelaskan di atas bahwa pekerjaan pengelasan ada beraneka ragam. Setiap jenis pekerjaan harus dilakukan oleh welder yang memiliki kemampuan sesuai dengan kualifikasi yang dipersyaratkan. Bukti kemampuan atau level ketrampilan seorang welder salah satunya adalah berupa sertifikat juru las yang dikeluarkan oleh Kementerian Tenaga Kerja Republik Indonesia. Welder digolongkan menjadi 3 kelas yaitu:
Welder kelas I, merupakan welder yang memiliki kemampuan untuk melakukan pekerjaan pengelasan pada sambungan-sambungan yang mengalami tekanan. (overdruk). Sebagai contoh adalah badan silindris, dinding pipa-pipa sebagai penguat, penguat dinding, plendes sambungan pipa dan pipa bertekanan. Welder kelas I merupakan level tertinggi. Welder dengan kualifikasi ini diijinkan juga melakukan pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan oleh welder kelas I dan II.
Welder kelas II, merupakan welder yang diperbolehkan melakukan pekerjaan pengelasan pada tangan, penyangga, isolasi, bagian dari dapur pengapian ketel uap. Welder kelas II merupakan level menengah, dimana diperbolehkan melaksanakan pekerjaan yang dilakukan oleh welder kelas III tetapi dilarang melakukan pekerjaan welder kelas I.
Welder kelas III, merupakan welder dengan kelas terendah. Pekerjaan yang boleh dilakukan adalah diantaranya melakukan pengelasan yang tidak menderita tekanan salat-salat bagian luar. Welder jenis ini tidak diperbolehkan melaksanakan pekerjaan yang dilakukan oleh welder kelas I maupun kelas II.

Kualifikasi Welder Plate / Pipe
Selain pengelompokan berdasarkan kelas sebagaimana dijelaskan di atas, welder juga dibedakan berdasarkan jenis obyek pekerjaannya. Pembagian kualifikasi ini yang paling popular adalah dikenal dengan sebutan welder plate dan welder pipe.

Welder plate, adalah juru las yang diijinkan hanya untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan yang berupa sambungan pelat. Namun demikian secara rinci juga masih dibedakan berdasarkan posisi pengelasan dan ketebalan pelat yang disambung. Kelas tertinggi welder plate adalah ketika seorang welder mampu melakukan pekerjaan dengan posisi pengelasan 1G, 2G, 3G dan 4G
Welder pipe, adalah juru las yang memiliki kemampuan khususnya pada pekerjaan sambungan pipa. Pengelasan pipa memiliki tingkat kesulitan yang lebih tinggi dibanding pengelasan pelat. Penggolongan welder pipa juga didasarkan pada posisi pengelasan dan ukuran diameter pipa yang disambung. Kelas tertinggi welder pipe adalah ketika seorang welder mampu melakukan pekerjaan dengan posisi pengelasan 1G, 2G, 5G dan 6G.

Program Sertifikasi Welder
Sertifikasi Welder di Indonesia masih terbagi menjadi dua yaitu yang dikeluarkan oleh Kemenaker dan BNSP (Badan Nasional Sertifikasi Profesi). Pelaksanaan sertifikasi biasanya dilakukan oleh LSP (Lembaga SertifikasiProfesi) yang memiliki lisensi dari BNSP. Dalam program sertifikasi welder terdapat berbagai macam jenis sertifikat yaitu kelas welder dan juga posisi pengelasan yang diujikan saat proses sertifikasi berlangsung, seperti yang sudah dijelaskan di atas. Sertifikat welder sebagai bukti bahwa seorang welder dikatakan kompeten/termpil dan akan mendapatkan gaji yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak mempunyai sertifikat. Berikut adalah kelompok sertifikasi welder yang banyak dilakukan:

Welder Kelas 1:
Plate: 1G, 2G, 3G, 4G
Pipe: 1G, 2G, 5G, 6G

Welder Kelas 2:
Plate: 1G, 2G, 3G, 4G
Pipe: 1G, 2G, 5G

Welder Kelas 3:
Plate: 1G, 2G
Pipe: 1G, 2G

source:

Comments

Popular posts from this blog

Metode Hydraulic Static Pile Driver (HSPD)

Hydraulic Static Pile Driver (HSPD) adalah suatu sistem pemancangan pondasi tiang yang dilakukan dengan Cara menekan tiang pancang masuk ke dalam tanah denganmenggunakan dongkrak hidraulis yang diberi beban berupa counterweight. Pada proses pemancangan tiang dengan menggunakan Hydraulic Static Pile Driver (HSPD), pelaksanaannya tidak menimbulkan getaran serta Gaya tekan dongkrak hidraulis langsung dapat dibaca melalui sebuah manometer sehingga besarnya Gaya tekan tiang setiap mencapai kedalaman tertentu dapat diketahui. Kapasitas alat pemancangan HSPD ini ada bermacam tipe yaitu 120 Ton, 320 Ton, 450 Ton, pemilihan alat disesuaikan dengan desain load / beban rencana tiang pancang. Untuk menghindari terjadinya penyimpangan prosedur kerja yang tak terkendali, maka prosedur kerja harus diikuti secara cermat. Oleh karena itu, segala perubahan atau penyesuaian yang dilakukan sebagai antisipasi atas kondisi lapangan hanya boleh dilaksanakan atas petunjuk dari site manager dan dengan persetuj

Pondasi Jalur atau Memanjang (Strip Foundations)

Pondasi jalur/ pondasi memanjang (kadang disebut juga pondasi menerus) adalah jenis pondasi yang digunakan untuk mendukung beban memanjang atau beban garis, baik untuk mendukung beban dinding atau beban kolom   dimana penempatan kolom   dalam jarak yang dekat dan fungsional kolom tidak terlalu mendukung beban berat sehingga pondasi tapak tidak terlalu dibutuhkan. Pondasi jalur/ pondasi memanjang biasanya dapat dibuat dalam bentuk memanjang dengan potongan persegi ataupun trapesium. Bisanya digunakan untuk pondasi dinding maupun kolom praktis. Bahan untuk pondasi ini dapat menggunakan pasangan patu pecah, batu kali, cor beton tanpa tulangan dan dapat juga menggunakan pasangan batu bata dengan catatan tidak mendukung beban struktural. Pondasi Jalur atau Pondasi Memanjang Pondasi ini digunakan pada bangunan sederhana yang kondisi tanah aslinya cukup baik. Biasanya kedalaman pondasi ini antara 60 - 80 cm. Dengan lebar tapak sama dengan tingginya. Kebutuhan bahan baku untuk pondasi in

Pondasi Tiang Pancang dengan Drop Hammer

Dalam pembangunan sebuah gedung, pondasi adalah salah satu bagian terpenting untuk  menopang bangunan di atas tanah. Untuk pemasangan pondasi pada bangunan sederhana tidak memerlukan alat bantu, tetapi untuk pemasangan pondasi pada bangunan pencakar langit yang biasanya menggunakan pondasi tiang pancang maka diperlukan alat bantu. Alat bantu tersebut berupa alat pemukul yang dapat berupa pemukul (hammer) mesin uap, pemukul getar, atau pemukul yang hanya dijatuhkan. Alat pemukul yang berupa pemukul yang hanya dijatuhkan disebut dengan drop hammer atau pemukul jatuh. Drop hammer merupakan pemukul jatuh yang terdiri dari balok pemberat yang dijatuhkan dari atas. Cara kerja drop hammer adalah penumbuk (hammer) ditarik ke atas dengan kabel dan kerekan sampai mencapai tinggi jatuh tertentu, kemudian penumbuk (hammer) tersebut jatuh bebas menimpa kepala tiang pancang . Untuk menghindari kerusakan pada tiang pancang maka pada kepala tiang dipasang topi/ cap (shock absorber), cap ini biasanya

Metode Pelaksanaan Pekerjaan Tulangan Struktur

Secara umum, pekerjaan pembesian merupakan bagian dari pekerjaan struktur. Pekerjaan ini memegang peranan penting dari aspek kualitas pelaksanaan mengingat fungsi besi tulangan penting dalam kekuatan struktur gedung. Berikut adalah metode pelaksanaan pekerjaan pembesian mulai dari tahap penyimpanan hingga pemasangan tulangan. Pengadaan Material Baja Tulangan Material yang digunakan untuk pekerjaan pembesian gedung pada umumnya adalah baja tulangan ulir. Material berasal dari supplier dan diangkut ke lokasi proyek menggunakan truk. Material yang telah sampai ke lokasi proyek akan diuji terlebih dahulu untuk memeriksa mutu dan kualitas seperti yang sudah ditetapkan. Pengujian yang dilakukan pada umumnya adalah tes tarik, tes tekuk, dan tes tekan. Sampel diambil secara acak untuk setiap beberapa ton baja ntuk masing-masing diameter dengan panjang masing-masing 1 meter. Apabila mutunya sesuai dengan spesifikasi, maka material baja tulangan akan disimpan. Jika tidak sesuai,

Rasio Beton dan Besi

Rasio Beton (n) adalah sebagai berikut: - Plat 0,12 - Kolom 0,07 - 0,08 - Balok 0,1 - Total 0,3 - Konstruksi Khusus 0,4 Beton (m3) = Luas (m2)* n (m) Rasio Besi (m) adalah sebagai berikut: - Kolom 150 - 200 kg/m3 - Balok 100 - 150 kg/m3 - Pelat = 80 - 100 kg/m3 - Pilecap = 80 -120 kg/m3 - Raft = 90 - 120 kg/m3 Rasio hanya sebagai referensi, nilai tidak mutlak

Sistem Plumbing dan Sanitasi

PLAMBING : untuk air bersih SANITASI : untuk pembuangan (cair dan padat) PLAMBING : penyediaan air bersih yang dikehendaki dengan tekanan dan debit yang cukup SANITASI : membuang atau pengeluaran air kotor dari tempat tertentu tanpa mencemarkan bagian lainnya. PERALATAN SANITER : SHAFT : lubang di lantai yang digunakan untuk saluran - saluran vertikal LAVATORI : wastafel URINAL : pembuangan air kencing pria BIDET : pembuangan air kencing wanita FLOOR DRAIN : pembuangan air di kamar mandi PIPA AIR BERSIH harus diisi penuh dengan air. PIPA SANITASI digunakan hanya separuh dari pipa. JENIS DAN PERALATAN PLAMBING : 1. Peralatan Air Minum 2. Peralatan Air Panas 3. Peralatan Pembuangan dan Vent 4. Peralatan Saniter ( Plumbing Fixture) : Peralatan Pemadam Kebakaran Peralatan Pengolahan Air Kotor Peralatan Penyediaan Gas Peralatan Dapur Besar Peralatan Pencucian (laundry) Peralatan Air Pendingin (CHILER) dan berbagai pipa i

Penentuan Berat Hammer untuk Tiang Pancang

Lanjutan dari Pondasi Tiang Pancang dengan Drop Hammer Hal yang perlu diperhatikan untuk penentuan berat Hammer: 1) Untuk tiang pancang beton precast yang berat ke dalam lapisan tanah yang padat seperti pada stiff clay, compact gravel dan sebagainya maka akan sesuai bila dipilih alat pancang yang mempunyai : - Berat penumbuk (hammer) yang besar. - Tinggi jatuh pendek. - Kecepatan hammer yang rendah pada saat hammer menimpa tiang pancang. Type alat pancang yang sesuai dengan pekerjaan ini adalah type Single – Acting Hammer. Dengan keadaan alat pancang tersebut akan diperoleh lebih banyak energi yang disalurkan pada penurunan tiang pancang dan mengurangi kerusakan-kerusakan pada kepala tiang pancang akibat pemancangan.  2) Untuk tiang pancang yang ringan atau tiang pipa dan baja yang berbentuk pipa tipis sering terjadi pipa tersebut rusak sebelum mencapai kedalaman yang direncankan sehingga pada tanah padat akan sesuai bila dipergunakan alat pancang yang mempun