Lanjutan dari Aspal
Untuk mendapatkan kualitas aspal jalan yang baik harus mengikuti spesifikasi yang ditentukan baik dalam perencanaan maupun pelaksanaannya. Dari segi perencanaannya tentu harus mengikuti Jobmix Design yang disepakati antara kontraktor, konsultan dan Pemberi tugas. Sedangkan segi pelaksanaan harus mengikuti prosedur seperti trial pemadatan yang sudah disepakati.
Untuk melihat mengetahui kualitas aspal jalan yang kurang baik dapat dilakukan dengan memperhatikan ciri – cirinya secara visual, seperti
(1) Warna aspal kurang hitam
(2) Banyak aggregat yang lepas dari aspal jalan
(3) Ada retak rambut di lokasi tertentu karena pemadatan aspal yang tidak merata dan kondisi tanah dibawahnya masih labil.
Aspal jalan yang sering cepat rusak bisa disebabkan oleh beberapa faktor, seperti
(1) Kadar aspal tidak sesuai Job Mix Formula, yaitu komposisi material penyusun aggregat aspal yang dibuat di laboratorium sebelum pelaksanaan di lapangan mulai. Misalnya jika dalam JMF menyebutkan kadar aspal yang harus dipakai min 6,2% maka kadar aspal yang digunakan di lapangan harus 6,2% juga.
(2) Suhu penghamparan aspal di lapangan tidak sesuai spesifikasi, biasanya terjadi karena jarak AMP (Asphalt mixing plant) dengan lokasi pengaspalan terlalu jauh. Suhu aspal yang normal pada saat dituangkan di asphalt finisher adalah 135-150 derajat celcius.
(3) LPA dan LPB belum keras tetap dipaksakan dilakukan pengaspalan. Lpa adalah lapis pondasi atas yang terletak tepat di bawah aggregat aspal sedangkan Lpb adalah lapis pondasi bawah yang terletak di bawah lpa dan diatas tanah dasar. Seringkali dalam pelaksanaan di lapangan lebih mengutamakan percepatan tanpa memperhatikan kualitas pekerjaan.
(4) Aggregat aspal di atas tanah timbunan yang belum padat.
(5) Jumlah passing pemadatan kurang.
(6) Komposisi abu batu yang berpengaruh pada kualitas kerekatan
(7) Kurangnya pemadatan menggunakan alat berat. Pemadatan aspal biasa menggunakan 2 alat yaitu tandem roller dan PTR (pneumatic tire roller).
Jenis – jenis kerusakan di aspal jalan yang sering terjadi, adalah
1. Retak Kulit Buaya
2. Retak Sambungan Jalan (Lane Joint Cracks)
3. Retak Halus / Rambut
4. Retak Sambungan Bahu (Edge Joint Cracks)
5. Retak Refleksi Sambungan (Joint Reflection Cracking)
6. Retak Susut
7. Retak Slip
8. Retak Sambungan Pelebaran (Widening Cracks)
9. Retak Tepi (Edge Cracks)
10. Bleeding
11. Block Cracking
12. Ketidakrataan dan Tersungkur (Corrugation and Shoving)
13. Melendut (Depression)
14. Penurunan Lajur/Bahu (Lane/shoulder drop-off)
15. Retak Memanjang (Longitudinal Cracking)
16. Tambalan (Patching)
17. Aggregat Melicin (Polished Aggregate)
18. Berlubang (Potholes)
19. Tergerus (Raveling)
20. Beralur (Rutting)
21. Retak Menggeser (Slipage Cracking)
22. Stripping
23. Retak Termal Melintang (Transverse Thermal Cracking)
24. Water Bleeding / Pumping
2. Retak Sambungan Jalan (Lane Joint Cracks)
3. Retak Halus / Rambut
4. Retak Sambungan Bahu (Edge Joint Cracks)
5. Retak Refleksi Sambungan (Joint Reflection Cracking)
6. Retak Susut
7. Retak Slip
8. Retak Sambungan Pelebaran (Widening Cracks)
9. Retak Tepi (Edge Cracks)
10. Bleeding
11. Block Cracking
12. Ketidakrataan dan Tersungkur (Corrugation and Shoving)
13. Melendut (Depression)
14. Penurunan Lajur/Bahu (Lane/shoulder drop-off)
15. Retak Memanjang (Longitudinal Cracking)
16. Tambalan (Patching)
17. Aggregat Melicin (Polished Aggregate)
18. Berlubang (Potholes)
19. Tergerus (Raveling)
20. Beralur (Rutting)
21. Retak Menggeser (Slipage Cracking)
22. Stripping
23. Retak Termal Melintang (Transverse Thermal Cracking)
24. Water Bleeding / Pumping
Kualitas aspal jalan yang buruk bisa dicegah dengan Quality Control yang baik dan partisipasi pengawasan masyarakat dimulai saat pekerjaan aspal dimulai seperti pada saat pemilihan material, pencampuran hotmix, cara pemadatan aspal yang benar, dan sebagainya. Jika melihat kualitas aspal yang dirasa kurang baik agar segera mengambil sampel untuk diuji di laboratorium, agar kualitas aspal bisa terjaga dengan baik.
Comments
Post a Comment