Pengertian Arsitektur Neo Vernakular
Arsitektur Neo-Vernakular merupakan suatu paham dari aliran Arsitektur Post-Modern yang lahir sebagai respon dan kritik atas modernisme yang mengutamakan nilai rasionalisme dan fungsionalisme yang dipengaruhi perkembangan teknologi industri. Arsitektur Neo-Vernakular merupakan arsitektur yang konsepnya pada prinsipnya mempertimbangkan kaidah-kaidah normative, kosmologis, peran serta budaya lokal dalam kehidupan masyarakat serta keselarasan antara bangunan, alam, dan lingkungan.
Arsitektur neo-vernakular, tidak hanya menerapkan elemen-elemen fisik yang diterapkan dalam bentuk modern tapi juga elemen non fisik seperti budaya, pola pikir, kepercayaan, tata letak, religi dan lain-lain. Bangunan adalah sebuah kebudayaan seni yang terdiri dalam pengulangan dari jumlah tipe-tipe yang terbatas dan dalam penyesuaiannya terhadap iklim lokal, material dan adat istiadat.
Pengertian Arsitektur Vernakular sering disamakan dengan Arsitektur Tradisional. Joseph Prijotomo berpendapat bahwa secara konotatif tradisi dapat diartikan sebagai pewarisan atau penerusan norma-norma adat istiadat atau pewarisan budaya yang turun-temurun dari generasi ke generasi.
Kriteria Arsitektur Neo Vernakular
Hubungan antara bangunan baru dan lingkungan di sekitarnya dapat dicapai dengan menerapkan beberapa kriteria Arsitektur Neo-Vernakular pada rancangan yang terdiri :
- Hubungan Langsung : merupakan pembangunan yang kreatif dan adaptif terhadap arsitektur setempat disesuaikan dengan nilai-nilai/fungsi dari bangunan sekarang. Bangunan harus mampu menyesuaikan diri dengan keadaan sekarang. Dan mampu mengakomodasi fungsi dan aktifitas pelaku yang ada.
- Hubungan Abstrak : meliputi intrepetasi ke dalam bentuk bangunan yang dapat dipakai melalui analisa tradisi budaya dan peninggalan arsitektur.
- Hubungan Lansekap : mencerminkan dan mengintrepetasikan lingkungan seperti kondisi fisik termasuk topografi dan iklim.
- Hubungan Kontemporer : meliputi pemilihan penggunaan teknologi, bentuk ide yang relevan dengan program konsep arsitektur.
- Hubungan Masa Depan : merupakan pertimbangan mengantisipasi kondisi yang akan datang.
Berdasarkan teori komposisi arsitektur, fasad merupakan elemen fisik terluar dari sebuah bangunan yang membentuk wajah bangunan dan memamerkan keberadaan sebuah bangunan kepada publik. Elemen- elemen pendukung fasad yang akan dijelaskan pada hasil dan pembahasan terdiri dari elemen fungsional (zona penerima, atap, bukaan, dinding) dan elemen nonfungsional suatu bangunan (irama, keseimbangan, warna, ornamen).
Ciri - Ciri Arsitektur Neo-vernakular
Dari pernyataan Charles Jencks dalam bukunya “language of Post-Modern Architecture (1990)” maka dapat dipaparkan ciri-ciri Arsitektur Neo-Vernakular sebagai berikut.
1. Selalu menggunakan atap bumbungan.
Atap bumbungan menutupi tingkat bagian tembok sampai hampir ke tanah sehingga lebih banyak atap yang diibaratkan sebagai elemen pelidung dan penyambut dari pada tembok yang digambarkan sebagai elemen pertahanan yang menyimbolkan permusuhan.
2. Batu bata (dalam hal ini merupakan elemen konstruksi lokal).
Bangunan didominasi penggunaan batu bata abad 19 gaya Victorian yang merupakan budaya dari arsitektur barat.
3. Bentuk tradisional
Mengembalikan bentuk-bentuk tradisional yang ramah lingkungan dengan proporsi yang lebih vertikal.
4. Kesatuan elemen
Kesatuan antara interior yang terbuka melalui elemen yang modern dengan ruang terbuka di luar bangunan.
5. Warna-warna yang kuat dan kontras.
Dari ciri-ciri di atas dapat dilihat bahwa Arsitektur Neo-Vernakular tidak ditujukan pada arsitektur modern atau arsitektur tradisional tetapi lelbih pada keduanya. Hubungan antara kedua bentuk arsitektur diatas ditunjukkan dengan jelas dan tepat oleh Neo-Vernacular melalui trend akan rehabilitasi dan pemakaian kembali atap miring,batu bata sebagai elemen local, susunan masa yang indah.
Mendapatkan unsur-unsur baru dapat dicapai dengan pencampuran antara unsur setempat dengan teknologi modern, tapi masih mempertimbangkan unsur setempat, dengan ciri-ciri sebagai berikut:
- Bentuk-bentuk menerapkan unsur budaya, lingkungan termasuk iklim setempat diungkapkan dalam bentuk fisik arsitektural (tata letak denah, detail, struktur dan ornamen).
- Tidak hanya elemen fisik yang diterapkan dalam bentuk modern, tetapi juga elemen non-fisik yaitu budaya, pola pikir, kepercayaan, tata letak yang mengacu pada makro kosmos, religi dan lainnya menjadi konsep dan kriteria perancangan.
- Produk pada bangunan ini tidak murni menerapkan prinsip-prinsip bangunan vernakular melainkan karya baru (mengutamakan penampilan visualnya).
Perbedaan Arsitektur Tradisional, Vernakular, dan Neo Vernakular
Arsitektur vernakular sejatinya terlahir dari arsitektur masyarakat lokal. Tidak semua bangunan rumah tradisional dapat dianggap sebagai arsitektur vernakular.
Pada prinsipnya arsitektur tradisional adalah arsitektur yang desain dan strukturnya dibawa secara turun temurun. Adapun contoh bangunannya adalah bangunan-bangunan besar seperti istana, candi, kuil, dan lain sebagainya. Bangunan dirancang dengan mengedepankan estetik (keindahan) dari pada fungsi bangunan.
contoh arsitektur tradisional
(Istana Maimun, Sumatera)
Sedangkan vernakular merujuk kepada arsitektur dengan konteks setempat dan dirancang oleh masyarakat lokal berdasarkan aspek fungsi atau kebutuhannya.contoh arsitektur vernakular
(Rumah Adat Karo)
Sementara itu arsitektur Neo Vernakular adalah salah satu gaya arsitektur yang muncul di era Post-modern, yang menggabungkan arsitektur tradisional dan arsitektur modern.
contoh arsitektur neo vernakular
(Masjid Raya Sumatera Barat)
Tidak hanya menerapkan elemen-elemen fisik dalam bentuk modern, akan tetapi arsitektur neo-vernakular juga mengaplikasikan elemen non fisik seperti budaya dan nilai-nilai kepercayaan (religius) pada konstruksi bangunannya..
Di antara arsitektur vernakular dan neo vernakular terjadi proses peralihan, yaitu kehadiran arsitektur vernakular muncul sebelum arsitektur modern awal yang selanjutnya berkembang menjadi neo vernakular. Kemunculan arsitektur neo vernakular ini merupakan hasil dari kritikan terhadap model arsitektur modern.
Tinjauan Arsitektur Neo-Vernakular
Perbandingan
|
Tradisional
|
Vernakular
|
Neo-vernakular
|
Ideology
|
Terbentuk
oleh tradisi yang diwariskan secara turun-temurun, berdasarkan kultur dan
kondisi lokal.
|
Terbentuk
oleh tradisi turun temurun tetapi terdapat pengaruh dari luar baik fisik
maupun nonfisik, bentuk perkembangan arsitektur tradisional.
|
Penerapan
elemen arsitektur yang sudah ada dan kemudian sedikit atau banyaknya
mengalami pembaruan menuju suatu karya yang modern.
|
Prinsip
|
Tertutup
dari perubahan zaman, terpaut pada satu kultur kedaerahan, dan mempunyai
peraturan dan norma-norma keagamaan yang kental.
|
Berkembang
setiap waktu untuk merefleksikan lingkungan, budaya dan sejarah dari daerah
dimana arsitektur tersebut berada. Transformasi dari situasi kultur homogen
ke situasi yang lebih heterogen.
|
Arsitektur
yang bertujuan melestarikan unsur-unsur lokal yang telah terbentuk secara
empiris oleh tradisi dan mengembangkannya menjadi suatu langgam yang modern. Kelanjutan dari arsitektur vernakular
|
Ide desain
|
Lebih mementingkan fasat atau bentuk, ornamen sebagai suatu keharusan.
|
Ornamen sebagai pelengkap, tidak meninggalkan nilai - nilai setempat tetapi dapat melayani aktifitas masyarakat didalam.
|
Bentuk desain lebih modern.
|
Contoh Arsitektur Neo-Vernakular
Berikut beberapa contoh desain arsitektur neo-vernakular yang sudah terbangun.
1. Bandara Soekarno-Hatta
Berada di daerah sub urban Kota Jakarta dengan kapasitas 9 juta orang. Dirancang oleh Paul Andreu dari Prancis. Sebagian besar berkonstruksi tiang dan balok (dari pipa-pipa baja) yang diekspose. Unit-unit dalam terminal dihubungkan dengan selasar terbuka yang sangat tropikal, sehingga pengunjungnya merasakan udara alami dan sinar matahari.
Unit ruang tunggu menggunakan arsitektur Joglo dalam dimensi yang lebih besar, namun bentuk maupun sistem konstruksinya tidak berbeda dari sopo guru dan usuk, dudur, takir, dan lain-lain dari elemen konstruksi Jawa. Penggunaan material modern namun memiliki tampilan seperti kayu yang diterapkan pada kolom- kolom di ruang tunggu memberikan kesan yang modern namun natural.
2. National Theatre Malaysia
Bangunan teater daerah Malaysia ini merupakan salah satu bangunan neo-vernakular di Malaysia. Terletak di Kuala Lumpur, dengan fungsi sebagai teater daerah dan juga gedung pertunjukan, dengan kapasitas 2000 orang yang menggunakan tiga tingkat balkon. Gedung Teater Nasional Malaysia ini merupakan salah satu ciri Malaysia sehingga terlihat sangat lekat sekali kesan budaya Malaysianya. Gedung ini didesain dengan mengikuti konsep bangunan tradisional melayu Malaysia yang menggunakan atap pelana yang tinggi. Dengan mengambil bentuk vernakular yang jelas sekali dipadu dengan material yang modern menjadikan Gedung Teater Nasional Malaysia ini terlihat modern namun tetap memiliki ciri khas Malaysia.
3. Asakusa Tourist Information Center
Asakusa Tourist Information Center merupakan karya Kengo Kuma, yang merupakan sayembara desain Tourist Hotpsot yang diadakan pada tahun 2008 oleh pemerintah Distrik Taito dan diikuti oleh 300 peserta. Karya kengo kuma ini merupakan reinterpretasi arsitektur vernacular dari bangunan machiya. Machiya merupakan townhouse tradisional Jepang, berupa rumah yang terbuat dari material kayu dengan fasad sempit dan berupa massa memanjang kebelakang. Jika machiya pada umumnya terdiri satu setengah lantai, dua lantai hingga tiga lantai, maka desain Kuma ini terdiri dari tujuh lantai. Atapnya berbentuk pelana bertumpuk, mengorientasikan diri pada pagoda kuil sensoji yang yang memiliki atap bertumpuk, berjumlah lima buah. Lantai 1 dan 2 digunakan sebagai area utama pusat informasi dan lounge. Sedangkan lantai 3 digunakan sebagai kantor administrasi, lantai 4 hingga 6 digunakan sebagai galeri multifungsi maupun area aktivitas lain. Lantai 7 digunakan sebagai kafe.
Comments
Post a Comment