Peralatan Rigging (part 7) (Connecting Link / Hammerlock) Skip to main content

Peralatan Rigging (part 7) (Connecting Link / Hammerlock)


Connecting link / hammerlock adalah alat tambahan yang digunakan khusus untuk chain sling atau sling rantai yang fungsinya adalah sebagai alat bantu pasang antara ujung sling rantai dengan alat rigging lainnya seperti shackle ataupun hook.

Pengertian Connecting Link / Hammerlock

Pada gambar diatas, bagian berwarna biru adalah connecting link itu sendiri. Karena rantai yang bentuknya lingkaran utuh, maka tentunya alat rigging dengan bentuk lingkaran utuh juga tidak akan bisa masuk pada rantai. Jadi saat rantai dan alat rigging lain tidak bisa digabungkan, disinilah peran connecting link itu sendiri. Connecting link dapat menyambungkan 2 benda yang berbentuk lingkaran utuh, karena connecting link dapat dibuka menjadi 2 bagian dan disambung lagi sehingga dapat menyambungkan kedua lingkaran tersebut ( rantai dan alat rigging ).
Walaupun berguna untuk dijadikan penyambung, pada kenyataannya tak semua connecting link mempunyai kemampuan untuk batas beban kerja. Dengan kata lain, tak semua jenis alat ini bisa digunakan ke dalam aplikasi towing dan lifting. Karena hal ini, saat menjadikan connecting link sebagai WLL (working load limit), sebaiknya pastikan sudah mempunyai tabel nilai kemampuan batas kerjanya.

Fungsi Connecting Link
Jika connecting link berguna untuk menyambungkan alat rigging ke dalam rantai. Ini artinya, hammerlock mempunyai pengunci yang bentuknya menyerupai pin untuk menggabungkan antara bagian atas dan bagian bawah connecting link.
Saat pin di bagian tengah dibuka, bagian atas dan bagian bawah secara otomatis akan terpisah. Ini artinya, bagian atas nantinya bisa dikaitkan ke chain atau rantai. Sementar itu, bagian bawahnya bisa dikaitkan dengan alat rigging, baik berupa hook, master link dan shackle. Dengan demikian peralatan rigging dengan chain atau rantai membentuk kesatuan dan akhirnya dapat diaplikasikan dalam operasi lifting.

Jenis-Jenis Connecting link
Adapun tipe dan jenis-jenis dari hammerlock itu sendiri diantaranya :

a. Connecting Link Standard/Kupu-Kupu
Jenis ini yang paling umum dipakai oleh banyak pengguna karena bisa dipakai untuk menghubungkan satu chain dengan chain yang lain. Di samping untuk menghubungkan rantai jenis ini pun bisa disambungkan memakai alat rigging yang lain, baik itu hook, master link, shackle dan lainnya.
Kelebihan dari jenis ini ialah bisa disambung dengan maksimal 2 rantai sekaligus. Dengan kata lain dalam 1 connecting link menggunakan 2 rantai atau chain. Akan tetapi perlu diperhatikan penggunaannya berikut ini :
  • Meskipun bisa dipakai menggunakan 2 rantai atau chain sekaligus, namun alat ini tidak diperbolehkan untuk menggantikan masterlink.
  • Meskipun bisa dipakai menggunakan 2 rantai sekaligus, namun alat ini tidak bisa dikaitkan menggunakan 2 rantai untuk dihubungkan ke dalam 1 alat rigging.


b. Connecting Link Chain Coupler
Jenis ini termasuk yang paling jarang digunakan di lapangan.  Namun lebih sesuai dipakai dengan rantai mengingat bentuknya bisa mengunci bagian mata rantai agar tidak goyang. Hal ini berbeda dengan tipe standar yang mempunyai lubang kait berukuran lebih besar sehingga bisa saja menyebabkannya bergoyang atau bergeser apabila dipakai untuk mengangkat. Memiliki bentuk berupa shackle omega, dimana bagian yang lokasinya berdekatan dengan lokasi penguncinya dikhususkan agar dapat dikaitkan ke dalam mata rantai. Lalu bagian lain dengan ukuran lebih besar biasanya khusus dikaitkan ke alat rigging.
Adapun kekurangan chain coupler tersebut ialah tidak bisa dipakai untuk menghubungkan atau menyambung antara satu chain dengan chain yang lainnya dan tidak bisa dipakai 2 rantai sekaligus, berbeda dengan jenis standar.  Inilah yang menjadikan jenis ini kurang banyak diminati,meskipun jika dilihat berdasarkan segi penggunaannya bisa dibilang lebih baik.

Cara Pemasangan Connecting Link
Ketika hendak menggunakan penghubung, pada aplikasi penyambungan rantai yang menggunakan alat rigging. Maka wajib memahami petunjuk pemasangan terlebih dahulu. Memahami petunjuk penggunaan pada hammerlock, juga termasuk dalam hal wajib yang harus dikuasai. Tujuannya, agar pengguna tidak melakukan kesalahan saat menginstal connecting link chain.
Apabila mampu memahami cara pemasangan dan penggunaan alat ini, maka dapat meminimalisir resiko kecelakaan kerja secara otomatis.
Agar dapat lebih mudah memahaminya, simak uraian petunjuk pemasangan berikut ini:
  • Langkah pertama adalah dengan mempersiapkan alat hummerlock dengan rangkaian yang sudah dibongkar.
  • Kemudian persiapkan juga rantai yang disambungkan pada hammerlock ini.
  • Setelah itu, masukkan satu bagian pada penghubung ke lubang rantai hingga terkait secara benar.
  • Kemudian langkah selanjutnya adalah dengan menggabungkan hummerlock atas dan bawah, hingga lubang sambung keduanya saling bertemu.
  • Apabila kedua lubang tersebut telah bertemu, maka hanya perlu melakukan pemasangan penghubungnya pada bagian tengah alat connecting link chain. Pastikan bahwa penghubung tersebut benar-benar bertemu sampai lubang sambungnya
  • Kemudian dapat dilanjutkan dengan memasangkan pengunci alat penghubung pada bagian lubangnya. Biasanya langkah ini membutuhkan alat bantu, entah itu sebuah palu atau alat lainnya yang aman.
  • Setelah memahami proses pemasangan penghubung alat rigging dengan benar, maka dapat memperoleh fungsi yang sesuai. Sebab setelah menguasai cara penggunaannya dengan baik dan benar.

Cara Penggunaan Connecting Link
Pembahasan selanjutnya, tentu saja akan menyinggung cara menggunakan alat connecting link chain. Agar mampu menggunakannya dengan baik dan benar, maka wajib mengetahui apa saja hal yang diperbolehkan atau tidak.Tentunya dengan harapan supaya mampu menghindari kesalahan kerja yang mungkin akan berakibat fatal.
Berikut merupakan petunjuk penggunaan penghubung sesuai standar internasional:
  • Hammerlock dengan rantai yang dihubungkan harus memiliki ukuran yang sama. Jadi pastikan bahwa ukurannya tidak boleh lebih kecil atau besar.
  • Tidak boleh menggunakan alat ini sebagai menggantikan master link.
  • Tidak boleh menggabungkan rantai atau chain yang ada dalam satu hammerlock kemudian menghubungkannya pada shackle, hook, atau alat rigging lainnya.
  • Tidak boleh mengaitkan hook pada hammerlock yang akan membentuk choker atau sebuah posisi untuk mengangkat pipa.
Menggunakan penghubung adalah hal yang paling banyak digunakan dalam mengangkat barang berat. Selain yang telah disebutkan diatas, penggunaan hammerlock juga harus memperhatikan dua hal berikut:
a. Memastikan Connecting Link Terpasang Kuat
Memperhatikan pemasangan hammerlock dengan barang berat yang akan diangkat sangat penting. Sebab, jika tidak terpasang secara kuat, dikhawatirkan barang berat tersebut akan mengenai pengguna.
Oleh sebab itu, perhatikan dan pastikan bahwa keduanya telah terpasang dengan kuat. Sehingga ketika pengangkatan hendak dilakukan, prosesnya dapat berjalan mulus dan aman.

b. Memastikan Pengaitan Connecting Link Telah Benar dan sesuai
Memastikan pengaitan penghubung juga penting, sebab jika tidak benar akan mengakibatkan keselamatan kerja yang tidak baik. Bahkan dapat mengakibatkan kecelakaan yang cukup membahayakan dan fatal.

Ukuran Connecting Link
Ada banyak jenis penghubung namun pastikan ukuran yang anda pilihan sesuai dengan kebutuhan. Berikut adalah rincian ukuran yang dapat dipilih:
  • Ukuran 26 mm -1 inchi
  • Ukuran 22 mm – 7/8 inchi.
  • Ukuran 18 mm – ¾ inchi.
  • Ukuran 16 cm – 5/8 inchi.
  • Ukuran 13 mm – ½ inchi.
  • Ukuran 10 mm – 3/8 inchi.
  • Ukuran 8 mm – 5/16 inchi.
  • Ukuran 6 mm – ¼ inchi.

Comments

Popular posts from this blog

Metode Hydraulic Static Pile Driver (HSPD)

Hydraulic Static Pile Driver (HSPD) adalah suatu sistem pemancangan pondasi tiang yang dilakukan dengan Cara menekan tiang pancang masuk ke dalam tanah denganmenggunakan dongkrak hidraulis yang diberi beban berupa counterweight. Pada proses pemancangan tiang dengan menggunakan Hydraulic Static Pile Driver (HSPD), pelaksanaannya tidak menimbulkan getaran serta Gaya tekan dongkrak hidraulis langsung dapat dibaca melalui sebuah manometer sehingga besarnya Gaya tekan tiang setiap mencapai kedalaman tertentu dapat diketahui. Kapasitas alat pemancangan HSPD ini ada bermacam tipe yaitu 120 Ton, 320 Ton, 450 Ton, pemilihan alat disesuaikan dengan desain load / beban rencana tiang pancang. Untuk menghindari terjadinya penyimpangan prosedur kerja yang tak terkendali, maka prosedur kerja harus diikuti secara cermat. Oleh karena itu, segala perubahan atau penyesuaian yang dilakukan sebagai antisipasi atas kondisi lapangan hanya boleh dilaksanakan atas petunjuk dari site manager dan dengan persetuj

Pondasi Jalur atau Memanjang (Strip Foundations)

Pondasi jalur/ pondasi memanjang (kadang disebut juga pondasi menerus) adalah jenis pondasi yang digunakan untuk mendukung beban memanjang atau beban garis, baik untuk mendukung beban dinding atau beban kolom   dimana penempatan kolom   dalam jarak yang dekat dan fungsional kolom tidak terlalu mendukung beban berat sehingga pondasi tapak tidak terlalu dibutuhkan. Pondasi jalur/ pondasi memanjang biasanya dapat dibuat dalam bentuk memanjang dengan potongan persegi ataupun trapesium. Bisanya digunakan untuk pondasi dinding maupun kolom praktis. Bahan untuk pondasi ini dapat menggunakan pasangan patu pecah, batu kali, cor beton tanpa tulangan dan dapat juga menggunakan pasangan batu bata dengan catatan tidak mendukung beban struktural. Pondasi Jalur atau Pondasi Memanjang Pondasi ini digunakan pada bangunan sederhana yang kondisi tanah aslinya cukup baik. Biasanya kedalaman pondasi ini antara 60 - 80 cm. Dengan lebar tapak sama dengan tingginya. Kebutuhan bahan baku untuk pondasi in

Pondasi Tiang Pancang dengan Drop Hammer

Dalam pembangunan sebuah gedung, pondasi adalah salah satu bagian terpenting untuk  menopang bangunan di atas tanah. Untuk pemasangan pondasi pada bangunan sederhana tidak memerlukan alat bantu, tetapi untuk pemasangan pondasi pada bangunan pencakar langit yang biasanya menggunakan pondasi tiang pancang maka diperlukan alat bantu. Alat bantu tersebut berupa alat pemukul yang dapat berupa pemukul (hammer) mesin uap, pemukul getar, atau pemukul yang hanya dijatuhkan. Alat pemukul yang berupa pemukul yang hanya dijatuhkan disebut dengan drop hammer atau pemukul jatuh. Drop hammer merupakan pemukul jatuh yang terdiri dari balok pemberat yang dijatuhkan dari atas. Cara kerja drop hammer adalah penumbuk (hammer) ditarik ke atas dengan kabel dan kerekan sampai mencapai tinggi jatuh tertentu, kemudian penumbuk (hammer) tersebut jatuh bebas menimpa kepala tiang pancang . Untuk menghindari kerusakan pada tiang pancang maka pada kepala tiang dipasang topi/ cap (shock absorber), cap ini biasanya

Metode Pelaksanaan Pekerjaan Tulangan Struktur

Secara umum, pekerjaan pembesian merupakan bagian dari pekerjaan struktur. Pekerjaan ini memegang peranan penting dari aspek kualitas pelaksanaan mengingat fungsi besi tulangan penting dalam kekuatan struktur gedung. Berikut adalah metode pelaksanaan pekerjaan pembesian mulai dari tahap penyimpanan hingga pemasangan tulangan. Pengadaan Material Baja Tulangan Material yang digunakan untuk pekerjaan pembesian gedung pada umumnya adalah baja tulangan ulir. Material berasal dari supplier dan diangkut ke lokasi proyek menggunakan truk. Material yang telah sampai ke lokasi proyek akan diuji terlebih dahulu untuk memeriksa mutu dan kualitas seperti yang sudah ditetapkan. Pengujian yang dilakukan pada umumnya adalah tes tarik, tes tekuk, dan tes tekan. Sampel diambil secara acak untuk setiap beberapa ton baja ntuk masing-masing diameter dengan panjang masing-masing 1 meter. Apabila mutunya sesuai dengan spesifikasi, maka material baja tulangan akan disimpan. Jika tidak sesuai,

Rasio Beton dan Besi

Rasio Beton (n) adalah sebagai berikut: - Plat 0,12 - Kolom 0,07 - 0,08 - Balok 0,1 - Total 0,3 - Konstruksi Khusus 0,4 Beton (m3) = Luas (m2)* n (m) Rasio Besi (m) adalah sebagai berikut: - Kolom 150 - 200 kg/m3 - Balok 100 - 150 kg/m3 - Pelat = 80 - 100 kg/m3 - Pilecap = 80 -120 kg/m3 - Raft = 90 - 120 kg/m3 Rasio hanya sebagai referensi, nilai tidak mutlak

Sistem Plumbing dan Sanitasi

PLAMBING : untuk air bersih SANITASI : untuk pembuangan (cair dan padat) PLAMBING : penyediaan air bersih yang dikehendaki dengan tekanan dan debit yang cukup SANITASI : membuang atau pengeluaran air kotor dari tempat tertentu tanpa mencemarkan bagian lainnya. PERALATAN SANITER : SHAFT : lubang di lantai yang digunakan untuk saluran - saluran vertikal LAVATORI : wastafel URINAL : pembuangan air kencing pria BIDET : pembuangan air kencing wanita FLOOR DRAIN : pembuangan air di kamar mandi PIPA AIR BERSIH harus diisi penuh dengan air. PIPA SANITASI digunakan hanya separuh dari pipa. JENIS DAN PERALATAN PLAMBING : 1. Peralatan Air Minum 2. Peralatan Air Panas 3. Peralatan Pembuangan dan Vent 4. Peralatan Saniter ( Plumbing Fixture) : Peralatan Pemadam Kebakaran Peralatan Pengolahan Air Kotor Peralatan Penyediaan Gas Peralatan Dapur Besar Peralatan Pencucian (laundry) Peralatan Air Pendingin (CHILER) dan berbagai pipa i

Penentuan Berat Hammer untuk Tiang Pancang

Lanjutan dari Pondasi Tiang Pancang dengan Drop Hammer Hal yang perlu diperhatikan untuk penentuan berat Hammer: 1) Untuk tiang pancang beton precast yang berat ke dalam lapisan tanah yang padat seperti pada stiff clay, compact gravel dan sebagainya maka akan sesuai bila dipilih alat pancang yang mempunyai : - Berat penumbuk (hammer) yang besar. - Tinggi jatuh pendek. - Kecepatan hammer yang rendah pada saat hammer menimpa tiang pancang. Type alat pancang yang sesuai dengan pekerjaan ini adalah type Single – Acting Hammer. Dengan keadaan alat pancang tersebut akan diperoleh lebih banyak energi yang disalurkan pada penurunan tiang pancang dan mengurangi kerusakan-kerusakan pada kepala tiang pancang akibat pemancangan.  2) Untuk tiang pancang yang ringan atau tiang pipa dan baja yang berbentuk pipa tipis sering terjadi pipa tersebut rusak sebelum mencapai kedalaman yang direncankan sehingga pada tanah padat akan sesuai bila dipergunakan alat pancang yang mempun