Rigid Pavement dan Jenis Sambungan Beton Skip to main content

Rigid Pavement dan Jenis Sambungan Beton

Sambungan adalah perlemahan plat beton yang sengaja dibuat agar retak yang timbul pada plat beton baik retak melintang maupun memanjang sesuai dengan yang diharapkan baik bentuk maupun lokasinya.
Perkerasan kaku konvensional (JPCP, JRCP,CRCP) menggunakan beberapa sambungan melintang dan memanjang. Sambungan susut melintang digunakan pada JPCP dan JRCP, umumnya menggunakan ruji. Pada setiap akhir dari pelaksanaan harian pembuatan perkerasan, atau pelaksanaan penghamparan yang mengalami keterlambatan, digunakaan sambungan pelaksanaan melintang, umumnya dilakukan pada lokasi sambungan susut yang telah direncanakan dari JPCP dan JRCP. Sambungan muai melintang atau sambungan isolasi dipasang dimana pemuaian dari perkerasan akan merusak jembatan atau fasilitas drainase disebelahnya. Sambungan susut memanjang dibuat bila dua atau lebih perkerasan ataupun bahu jalan dilaksanakan pada saat yang bersamaan. Sedangkan sambungan pelaksanaan memanjang digunakan antara dua lajur atau bahu jalan yang diperkeras pada saat yang berbeda.
Untuk JPCP, jarak sambungan maksimum perlu ditentukan untuk memastikan bahwa semua sambungan dipotong pada suatu interval sehingga tegangan akan hilang dan tidak terjadi retak acak. Persamaan mekanistik berikut dikembangkan berdasarkan jari-jari kekakuan relatif (l) bersama dengan parameter seperti modulus elastisitas beton (E), tebal pelat (h), modulus tanah dasar (k), dan rasio Poisson (μ) untuk menentukan jarak sambungan maksimum:
Agar konservatif, rasio jarak sambungan dengan jari-jari kekakuan relatif harus dibatasi hingga 4-5 meskipun 7 dapat bekerja di lapangan.

Fungsi Sambungan pada Rigid Pavement
  • Mengendalikan Retak
  • Memudahkan Pelaksanaan
  • Mengakomodasi Gerakan Pelat
  • Mengakomodasi gerakan susut pada sambungan melintang
  • Mengakomodasikan gerakan lenting plat beton akibat panas - dingin pada siang – malam pada sambungan memanjang
Jenis Sambungan
  • Sambungan Susut Melintang
  • Sambungan Memanjang
  • Sambungan Konstruksi / Pelaksanaan
  • Sambungan Muai (Expansion Joint)
  • Sambungan Kontraksi (Contraction Joint)
  • Sambungan Isolasi
a. Sambungan Susut Melintang
Sambungan susut melintang adalah jenis sambungan melintang yang bertujuan mengendalikan retak susut beton, serta membatasi pengaruh tegangan lenting yang timbul pada pelat akibat pengaruh perubahan temperatur dan kelembaban. Jarak antara tiap sambungan susut, umumnya di buat sama.
Sambungan susut pada perkerasaan dengan beban lalu lintas yang ringan, bisa hanya merupakan agregat interlocking sepanjang sambungan. Sedangkan untukbeban lalu lintas yang lebih berat, menggunakan ruji sebagai penyalur beban pada sambungan. Ruji mencegah pergerakan vertikal atau faulting diantara pelat, tetapi memungkinkan sambungan untuk membuka dan menutup guna melepaskan tegangan yang terjadi akibat perubahan temperatur dan kadar air pada perkerasan beton.
Pada perkerasan dengan sambungan, sambungan melintang biasanya dipasang ruji yang tegak lurus terhadap arah lalu lintas. Fungsi utama dari sambungan susut melintang, ialah untuk mengontrol retak sebagai akibat dari tegangan tarik dan tegangan lentur pada pelat beton yang disebabkan oleh proses hidrasi semen, beban lalu lintas dan pengaruh lingkungan. 
Karena sambungan ini berjumlah sangat banyak, maka kinerjanya akan mempengaruhi kinerja perkerasan secara signifikan. Kerusakan yang terjadi pada sambungan umumnya “faulting” dan atau spalling (gompal). Kinerja sambungan yang jelek akan mengakibatkan kerusakan lebih lanjut seperti pecah dibagian sudut, blows up, dan retak dibagian pelat. Kinerja sambungan susut melintang berkaitan dengan tiga faktor utama, yaitu jarak antar sambungan, penyalur beban yang melintang sambungan dan bentuk sambungan serta sifat bahan penutup (joint sealent).
Note: Sambungan melintang dibuat setiap jarak 5 m - 6 m. (rumus pendekatan 24 s/d 25 x T beton)

b. Sambungan Memanjang
Sambungan memanjang ialah sambungan antar dua pelat yang memungkinkan pelat melenting tanpa terjadi pemisahan atau retak pada pelat tersebut. Sambungan memanjang digunakan untuk melepaskan tegangan lenting dan umumnya diperlukan bila lebar pelat lebih dari 4,6 meter. Lebar pelat yang lebih
kecil atau sama dengan 4,6 meter menunjukkan kinerja yang memuaskan tanpa sambungan memanjang, walaupun ada kemungkinan terjadinya beberapa retak memanjang. Sambungan memanjang bila memungkinkan, sebaiknya satu garis dengan garis lajur perkerasan, untuk meningkatkan layanan lalu lintas. Marka berupa “cat strip lurus” ditempatkan pada lajur perkerasan. Penyaluran beban pada sambungan memanjang didapat melalui agregat interlock. Untuk membantu penyaluran beban, batang pengikat sering digunakan yang dipasang melintang pada sambungan memanjang. Batang pengikat lebih kecil ukuranya dari ruji, dan merupakan besi sirip (besi alur). Batang pengikat pada dudukannya dipasang diantara lajur dan juga diberi lapisan epoxy untuk mencegah karat.
Note: Sambungan memanjang dibuat maks. 4.5 m
Sambungan memanjang bisa dibuat dengan penggergajian atau dibuat sebagai sambungan pelaksanaan. Jika digergaji dudukannya dipasang terlebih dahulu dan sambungan digergaji seperti pada cara pembuatan sambungan susut melintang. Jika dibuat sebagai sambungan pelaksanaan, batang pengikat digunakan untuk mengikat pelat beton yang sudah dan baru dihampar.

c. Sambungan Konstruksi / Pelaksanaan
Sambungan pelaksanaan ialah sambungan antara pelat bila beton dicor pada saat yang tidak bersamaan. Tipe sambungan ini bisa dibagi lagi menjadi sambungan pelaksanaan melintang dan memanjang.
-- Sambungan Pelaksanaan Melintang
Setelah penghamparan mencapai daerah sambungan, maka papan pemisah akan dilepas. Pada penghamparan berikutnya, adukan beton yang baru langsung menempel pada permukaan penampang melintang beton yang lama.
Sambungan pelaksanaan melintang, umumnya menggantikan sambungan susut,akan tetapi jangan dibuat miring, karena penghamparan dan pemadatan yang sempurna akan sulit didapat. Sambungan pelaksanaan melintang hendaknya dipasang ruji dan menyatu langsung dengan beton lama. Sambungan melintang beralur cenderung gompal, sehingga tidak direkomendasikan. Disarankan sambungan pelaksanaan melintang, digergaji dan diberi lapisan penutup (joint sealent). 

--- Sambungan Pelaksanaan Memanjang
Batang pengikat harus terikat kuat pada beton, batang pengikat hendaklah dimasukkan pada beton yang masih plastis. Sangat disarankan untuk melakukan pengujian “pull out” untuk menjamin bahwa batang pengikat tertanam kuat pada beton. Pembengkokan batang pengikat tidak dianjurkan. Bila pembengkokan harus dilakukan, kemudian diluruskan saat pelaksanaan, maka tulangan yang dipergunakan ialah grade 40 (tegangan lelehnya kurang dari 276 MPa), karena tulangan seperti ini lebih toleran terhadap pembengkokan. Mungkin diperlukan pengulangan kembali pemberian lapisan tahan karat pada batang pengikat setelah diluruskan kembali. Bilamana dilakukan pengujian pull out, maka pengujian tersebut harus dilakukan setelah batang pengikat diluruskan kembali. Disarankan sambungan pelaksanaan memanjang digergajidan diberi lapisan penutup. Ukuran reservoar hendaklah sama dengan ukuran pada sambungan melintang. Sambungan memanjang berupa lidah alur, telah digunakan pada masa lalu dan sekarang sangat jarang. Sambungan ini berupa konfigurasi dari lidah yang pendek dan alur (takikan) yang pas ukuranya untuk memindahkan gaya geser. Pemilihan untuk menggunakan sambungan pelaksanaan memanjang dengan tipe lidah alur harus dilakukan dengan hati hati. Bagian atas dari pelat diatas lidah alur seringkali mengalami kerusakan akibat geser. Dengan alasan tersebut, disarankan bahwa sambungan dengan lidah alur tidak digunakan bila tebal pelat lebih kecil dari 25 cm. Pada sambungan pelaksanaan memanjang, sambungan memanjang tersebut perlu bergeser sekitar 10 sampai 40 cm dari sambungan pelaksanaan memanjang pada pelat betonnya, guna mencegah retak refleksi.

Keuntungan menempatkan sambungan konstruksi
  • Gerakan horizontal pada lantai yang bebas
  • Gerakan vertikal terbatas
  • Transfer beban menjadi optimal
  • Perlindungan bagian tepi pavement 
  • Pencegahan retakan yang terbentuk karena variasi termal
  • Penyambungan yang benar antara dua beton

d. Sambungan Muai (Expansion Joint)
Sambungan muai ialah sambungan yang terletak pada lokasi spesifik untuk memungkinkan perkerasan memuai tanpa merusak struktur di sebelahnya atau merusak perkerasan itu sendiri. Umumnya ini digunakan pada daerah dekat kepala jembatan dan utilitas yang tertanam di jalan. Perancangan perkerasan di awal, menggunakan sambungan muai melintang seperti sambungan susut, tetapi kinerjanya tidak baik. Salah satu rancangan awal menggabungkan sambungan muai dengan jarak setiap 28 meter dengan sambungan susut setiap 9 meter. Jika sambungan muai menutup memungkinkan sambungan susut terbuka dengan sangat lebar. Perancangan dan pemeliharaan sambungan susut yang baik sebenarnya bisa menghilangkan keperluan sambungan muai, kecuali pada objek seperti struktur. 
Ketika sambungan muai digunakan, perkerasan bergerak mendekati sambungan muai dalam waktu beberapa tahun. Hal ini menyebabkan beberapa sambungan susut yang berdekatan akan terbuka dan merusak lapisan penutup dan agregat interlocknya. Lebar dari sambungan muai umumnya 19mm atau lebih dan dipasang 19mm - 25mm dibawah permukaan pelat, untuk memberikan tempat bagi pemasangan lapisan penutup (joint sealent). Ruji polos paling umum digunakan sebagai alat penyalur beban pada sambungan muai ini. Setiap ruji pada sambungan muai dilengkapi dengan penutup pada satu ujungnya, yang memberikan ruang pada pelat untuk mengakomodir pergerakan ruji, ketika pelat disebelahnya mendekati ke sambungan muai.

e. Sambungan Kontraksi (Contraction Joint)
Sambungan kontraksi meredakan ketegangan yang terjadi pada beton akibat kontraksi. Sambungan ini mencegah pembentukan retakan yang tidak teratur, sambungan kontraksi juga menghilangkan tekanan karena bengkok.
Sambungan sambungan kontraksi harus dirancang untuk memungkinkan perpindahan antara kedua sisi pelat tetapi, pada saat yang sama, sambungan tersebut harus mentransfer tegangan lentur yang dihasilkan di pelat oleh beban eksternal.

f. Sambungan Isolasi (Isolation Joint)
Sambungan isolasi memiliki satu tujuan yang sangat sederhana yaitu mengisolasi pelat dari sesuatu yang lain. Sesuatu yang lain itu bisa berupa dinding atau kolom atau pipa pembuangan. Berikut adalah beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dengan sambungan isolasi.
--- Sambungan memanjang (longitudinal joint)
Sambungan ini disediakan untuk mencegah retak memanjang dan memungkinkan jalan dibangun dengan lebar yang nyaman. Sambungan tipe warping biasanya digunakan dan tidak ada ketentuan yang dibuat untuk ekspansi dan kontraksi melintang jalan.
Dua penyebab utama retak memanjang
  • Warping stress yang tinggi
  • Variasi besar dalam kelembaban tanah di bawah tepi daripada di bawah tengah jalan dalam kasus tanah liat.
--- Joint Filler
Sambungan ekspansi biasanya diisi hingga 2,5cm dari permukaan pelat dengan bahan pengisi sambungan kompresibel yang sifatnya elastis, sehingga dapat dimampatkan tanpa ekstensi dan harus kembali ke ukuran semula setelah beban kompresi dihilangkan. Joint filler tidak tidak dipengaruhi variasi kelembaban dan suhu.

--- Joint Sealer
Tujuan dari joint sealing compound adalah untuk menutup joint terhadap masuknya air dan pasir tanpa merusak permukaan jalan. Bahan sealer yang digunakan antara lain campuran aspal karet atau senyawa aspal teroksidasi terfluks.

g. Joint Khusus (Speciality Joint)
Ada beberapa jenis sambungan tambahan yang kadang-kadang digunakan. Sambungan khusus ini memiliki tujuan yang sangat spesifik dan karenanya kurang umum dibandingkan sambungan kontraksi, konstruksi, dan isolasi. Jenis sambungan khusus pertama digunakan untuk transisi antara perkerasan beton dan aspal. Dowels atau tepi yang menebal dapat digunakan untuk membantu mengurangi tingkat stres yang meningkat karena kurangnya transfer beban antara perkerasan. Kemungkinan lain adalah perkerasan aspal memanjang di atas bagian beton yang menipis untuk membantu transisi.
Jenis sambungan khusus lainnya adalah khusus untuk CRCP. Jenis sambungan khusus ini dikenal sebagai sambungan terminal dan digunakan untuk membantu transisi antar bagian. Dua desain sambungan terminal meliputi sambungan terminal balok baja flensa lebar dan sambungan terminal jangkar lug.

Comments

Popular posts from this blog

Metode Hydraulic Static Pile Driver (HSPD)

Hydraulic Static Pile Driver (HSPD) adalah suatu sistem pemancangan pondasi tiang yang dilakukan dengan Cara menekan tiang pancang masuk ke dalam tanah denganmenggunakan dongkrak hidraulis yang diberi beban berupa counterweight. Pada proses pemancangan tiang dengan menggunakan Hydraulic Static Pile Driver (HSPD), pelaksanaannya tidak menimbulkan getaran serta Gaya tekan dongkrak hidraulis langsung dapat dibaca melalui sebuah manometer sehingga besarnya Gaya tekan tiang setiap mencapai kedalaman tertentu dapat diketahui. Kapasitas alat pemancangan HSPD ini ada bermacam tipe yaitu 120 Ton, 320 Ton, 450 Ton, pemilihan alat disesuaikan dengan desain load / beban rencana tiang pancang. Untuk menghindari terjadinya penyimpangan prosedur kerja yang tak terkendali, maka prosedur kerja harus diikuti secara cermat. Oleh karena itu, segala perubahan atau penyesuaian yang dilakukan sebagai antisipasi atas kondisi lapangan hanya boleh dilaksanakan atas petunjuk dari site manager dan dengan persetuj

Pondasi Jalur atau Memanjang (Strip Foundations)

Pondasi jalur/ pondasi memanjang (kadang disebut juga pondasi menerus) adalah jenis pondasi yang digunakan untuk mendukung beban memanjang atau beban garis, baik untuk mendukung beban dinding atau beban kolom   dimana penempatan kolom   dalam jarak yang dekat dan fungsional kolom tidak terlalu mendukung beban berat sehingga pondasi tapak tidak terlalu dibutuhkan. Pondasi jalur/ pondasi memanjang biasanya dapat dibuat dalam bentuk memanjang dengan potongan persegi ataupun trapesium. Bisanya digunakan untuk pondasi dinding maupun kolom praktis. Bahan untuk pondasi ini dapat menggunakan pasangan patu pecah, batu kali, cor beton tanpa tulangan dan dapat juga menggunakan pasangan batu bata dengan catatan tidak mendukung beban struktural. Pondasi Jalur atau Pondasi Memanjang Pondasi ini digunakan pada bangunan sederhana yang kondisi tanah aslinya cukup baik. Biasanya kedalaman pondasi ini antara 60 - 80 cm. Dengan lebar tapak sama dengan tingginya. Kebutuhan bahan baku untuk pondasi in

Pondasi Tiang Pancang dengan Drop Hammer

Dalam pembangunan sebuah gedung, pondasi adalah salah satu bagian terpenting untuk  menopang bangunan di atas tanah. Untuk pemasangan pondasi pada bangunan sederhana tidak memerlukan alat bantu, tetapi untuk pemasangan pondasi pada bangunan pencakar langit yang biasanya menggunakan pondasi tiang pancang maka diperlukan alat bantu. Alat bantu tersebut berupa alat pemukul yang dapat berupa pemukul (hammer) mesin uap, pemukul getar, atau pemukul yang hanya dijatuhkan. Alat pemukul yang berupa pemukul yang hanya dijatuhkan disebut dengan drop hammer atau pemukul jatuh. Drop hammer merupakan pemukul jatuh yang terdiri dari balok pemberat yang dijatuhkan dari atas. Cara kerja drop hammer adalah penumbuk (hammer) ditarik ke atas dengan kabel dan kerekan sampai mencapai tinggi jatuh tertentu, kemudian penumbuk (hammer) tersebut jatuh bebas menimpa kepala tiang pancang . Untuk menghindari kerusakan pada tiang pancang maka pada kepala tiang dipasang topi/ cap (shock absorber), cap ini biasanya

Metode Pelaksanaan Pekerjaan Tulangan Struktur

Secara umum, pekerjaan pembesian merupakan bagian dari pekerjaan struktur. Pekerjaan ini memegang peranan penting dari aspek kualitas pelaksanaan mengingat fungsi besi tulangan penting dalam kekuatan struktur gedung. Berikut adalah metode pelaksanaan pekerjaan pembesian mulai dari tahap penyimpanan hingga pemasangan tulangan. Pengadaan Material Baja Tulangan Material yang digunakan untuk pekerjaan pembesian gedung pada umumnya adalah baja tulangan ulir. Material berasal dari supplier dan diangkut ke lokasi proyek menggunakan truk. Material yang telah sampai ke lokasi proyek akan diuji terlebih dahulu untuk memeriksa mutu dan kualitas seperti yang sudah ditetapkan. Pengujian yang dilakukan pada umumnya adalah tes tarik, tes tekuk, dan tes tekan. Sampel diambil secara acak untuk setiap beberapa ton baja ntuk masing-masing diameter dengan panjang masing-masing 1 meter. Apabila mutunya sesuai dengan spesifikasi, maka material baja tulangan akan disimpan. Jika tidak sesuai,

Rasio Beton dan Besi

Rasio Beton (n) adalah sebagai berikut: - Plat 0,12 - Kolom 0,07 - 0,08 - Balok 0,1 - Total 0,3 - Konstruksi Khusus 0,4 Beton (m3) = Luas (m2)* n (m) Rasio Besi (m) adalah sebagai berikut: - Kolom 150 - 200 kg/m3 - Balok 100 - 150 kg/m3 - Pelat = 80 - 100 kg/m3 - Pilecap = 80 -120 kg/m3 - Raft = 90 - 120 kg/m3 Rasio hanya sebagai referensi, nilai tidak mutlak

Sistem Plumbing dan Sanitasi

PLAMBING : untuk air bersih SANITASI : untuk pembuangan (cair dan padat) PLAMBING : penyediaan air bersih yang dikehendaki dengan tekanan dan debit yang cukup SANITASI : membuang atau pengeluaran air kotor dari tempat tertentu tanpa mencemarkan bagian lainnya. PERALATAN SANITER : SHAFT : lubang di lantai yang digunakan untuk saluran - saluran vertikal LAVATORI : wastafel URINAL : pembuangan air kencing pria BIDET : pembuangan air kencing wanita FLOOR DRAIN : pembuangan air di kamar mandi PIPA AIR BERSIH harus diisi penuh dengan air. PIPA SANITASI digunakan hanya separuh dari pipa. JENIS DAN PERALATAN PLAMBING : 1. Peralatan Air Minum 2. Peralatan Air Panas 3. Peralatan Pembuangan dan Vent 4. Peralatan Saniter ( Plumbing Fixture) : Peralatan Pemadam Kebakaran Peralatan Pengolahan Air Kotor Peralatan Penyediaan Gas Peralatan Dapur Besar Peralatan Pencucian (laundry) Peralatan Air Pendingin (CHILER) dan berbagai pipa i

Penentuan Berat Hammer untuk Tiang Pancang

Lanjutan dari Pondasi Tiang Pancang dengan Drop Hammer Hal yang perlu diperhatikan untuk penentuan berat Hammer: 1) Untuk tiang pancang beton precast yang berat ke dalam lapisan tanah yang padat seperti pada stiff clay, compact gravel dan sebagainya maka akan sesuai bila dipilih alat pancang yang mempunyai : - Berat penumbuk (hammer) yang besar. - Tinggi jatuh pendek. - Kecepatan hammer yang rendah pada saat hammer menimpa tiang pancang. Type alat pancang yang sesuai dengan pekerjaan ini adalah type Single – Acting Hammer. Dengan keadaan alat pancang tersebut akan diperoleh lebih banyak energi yang disalurkan pada penurunan tiang pancang dan mengurangi kerusakan-kerusakan pada kepala tiang pancang akibat pemancangan.  2) Untuk tiang pancang yang ringan atau tiang pipa dan baja yang berbentuk pipa tipis sering terjadi pipa tersebut rusak sebelum mencapai kedalaman yang direncankan sehingga pada tanah padat akan sesuai bila dipergunakan alat pancang yang mempun