Persentase Kadar Lumpur pada Material Pasir untuk Bangunan Skip to main content

Persentase Kadar Lumpur pada Material Pasir untuk Bangunan

Beton merupakan salah satu bagian penting dalam suatu bangunan. Secara sederhana beton terdiri dari agregat kasar, halus, dan bahan pengikat berupa semen portland. Untuk menciptakan mutu beton yang bagus maka komposisi yang terkandung dalam beton itu sendiri harus optimal, salah satunya agregat halus atau yang sering disebut dengan pasir yang bagus. Salah satu faktor yang menurunkan kekuatan beton yaitu adanya lumpur dalam agregat halus. Kadar lumpur yang berlebih dalam agregat halus dapat menurunkan kekuatan beton. Sehingga mutu beton yang telah direncanakan akan tidak terpenuhi.
Oleh karena itu dibuatlah suatu kesepakatan persentase (%) maksimum kadar lumpur dalam suatu agregat halus, untuk menilai apakah agregat tersebut baik atau tidak untuk digunakan dalam campuran beton. Maka dilakukan pengujian kadar lumpur pada agregat halus sebelum digunakan. Adapun berdasarkan SK SNI S-04-1989-F Kadar lumpur pada agregat halus yaitu maksimum 5%.

Menurut standard SK SNI S-04-1998-F,1989, Agregat Halus untuk Bahan Bangunan (kecuali Agregat Khusus, misalnya Agregat Ringan dan sebagainya) sebaiknya dipilih yang memenuhi persyaratan sebagai berikut :
  1. Butir-butirnya tajam dan keras dengan Indeks Kekerasan ≤ 2,2.
  2. Kekal, tidak pecah atau hancur oleh pengaruh Cuaca (terik Matahari dan Hujan). Jika diuji dengan larutan Garam Natrium Sulfat bagian yang hancur maksimum 12%, dan jika diuji dengan Garam Magnesium Sulfat bagian yang hancur maksimum 10%.
  3. Tidak mengandung Lumpur lebih dari 5%, jika kandungan Lumpur pasir melebihi 5% maka pasir harus dicuci.
  4. Tidak mengandung Zat Organik yang terlalu banyak, yang dibuktikan dengan Percobaan Warna dengan menggunakan larutan NaOH 3%. Warna cairan diatas endapan pasir tidak boleh lebih gelap dari warna standar pembanding.
  5. Distribusi ukuran butiran pasir mempunyai Modulus Kehalusan antara 1,5 sampai 3,8 dengan variasi butiran sesuai Standar Gradasi pasir.
  6. Untuk beton dengan tingkat keawetan tinggi, Agregat Halus tidak boleh reaktif terhadap Alkali.
  7. Agregat Halus dari laut/pantai, penggunaannya harus dengan petunjuk lembaga pemeriksaan bahan-bahan yang diakui.
Agregat Halus
Agregat Halus merupakan bahan pengisi diantara agregat kasar sehingga menjadikan ikatan lebih kuat yang mempunyai Berat jenis 1400 kg/m. Agregat halus yang baik tidak mengandung lumpur lebih besar 5 % dari berat, tidak mengandung bahan organis lebih banyak, terdiri dari butiran yang tajam dan keras, dan bervariasi.
Berdasarkan SNI 03-6820-2002, agregat halus adalah agregat besar butir maksimum 4,76 mm berasal dari alam atau hasil alam, sedangkan agregat halus olahan adalah agregat halus yang dihasilkan dari pecahan dan pemisahan butiran dengan cara penyaringan atau cara lainnya dari batuan atau terak tanur tinggi.
Berdasarkan ASTM C33 agregat halus umumnya berupa pasir dengan partikel butir lebih kecil dari 5 mm atau lolos saringan No.4 dan tertahan pada saringan No.200.
Berikut batasan gradasi untuk  agregat halus
Ukuran Saringan ASTM
Persentase berat yang lolos pada tiap saringan
9,5 mm
100
4,76 mm
95 – 100
2,36 mm
80 – 100
1,19 mm
50 – 85
0,595 mm
25 – 60
0,300 mm
10 – 30
0,150 mm
2 – 10
Oleh sebab itu sebelum material pasir digunakan sebagai bahan bangunan, sebaiknya pasir tersebut diuji terlebih dahulu untuk mengetahui persentase kadar lumpur yang terkandung didalamnya.

Cara Menguji Kadar Lumpur Pasir
Cara menguji kadar lumpur pasir ada 2, yaitu :
1.  Pengujian berdasarkan Volume
a. Sediakan Pasir sebanyak kira-kira 250 ml, lalu masukkan ke dalam Gelas Ukur kapasitas 500 ml.
b. Masukkan Air Bersih ke dalam Gelas Ukur yang telah berisi Pasir tersebut, kira-kira sampai hampir penuh.
c. Lakukan pengadukan, dengan cara menutup Mulut Gelas Ukur dengan rapat, lalu bolak-balik Gelas Ukur tersebut berulang-ulang. Lakukan pengadukan selama mungkin agar semua Lumpur benar-benar terpisah dari semua Butiran Pasir.
d. Setelah selesai diaduk, letakkan Gelas Ukur tersebut di tempat yang aman, dan biarkan selama 24 jam.
e. Lalu lakukan Pengukuran nilai A dan B dengan menggunakan penggaris,
f. Setelah nilai A dan B diketahui, maka Nilai Persentase Kadar Lumpur Pasir tersebut dapat dihitung dengan Rumus dibawah ini :
Kadar Lumpur (%)  =  (A - B) / A x 100

g.  Contoh:
Jika dari hasil Pengukuran diperoleh nilai A = 5,6 cm, dan nilai B = 5,4 cm, maka:
Kadar Lumpur (%) = (5,6 - 5,4) / 5,6 x 100
Kadar Lumpur (%) = 0,2 / 5,6 x 100
Kadar Lumpur (%) = 0,0357 x 100
Kadar Lumpur (%) = 3,57

h.  Nilai Kadar Lumpur = 3,57 % ini lebih kecil dari standard SK SNI S-04-1998-F,1989 yaitu dibawah 5 %, artinya pasir yang diuji tersebut layak untuk langsung digunakan sebagai material bangunan tanpa harus dicuci terlebih dahulu. 

2.  Pengujian berdasarkan Berat
a.  Sediakan pasir dan timbang sebanyak kira - kira 1000 gram, lalu masukkan pasir tersebut ke dalam oven pengering, dan keringkan pada temperatur 100'C (100 derajat Celcius) selama 24 jam. Tujuannya adalah menghilangkan kadar air yang berada pada pasir tersebut.
b.  Setelah 24 jam dan pasir telah benar-benar kering (kadar airnya = 0), timbang pasir tersebut. Berat pasir kering ini = A (gram). Pasir ini kondisinya masih mengandung lumpur.
c.  Setelah nilai A diproleh, lalu cuci bersih pasir tersebut, sampai semua lumpurnya hilang. Proses pencucian bisa menggunakan bantuan saringan no 200 (0.074mm) agar lumpur terbuang.
d.  Setelah semua lumpurnya hilang, masukkan kembali pasir tersebut ke dalam oven pengering, dan keringkan pada temperatur 100'C (100 derajat Celcius) selama 24 jam lagi.
e.  Setelah 24 jam  dan pasir telah benar - benar kering (kadar airnya = 0), timbang pasir tersebut. Berat pasir kering ini = B (gram). Pasir ini kondisinya telah bersih dari lumpur.
f.  Setelah nilai B diproleh, maka Nilai Persentase Kadar Lumpur pada Pasir tersebut dapat dihitung dengan rumus:
Kadar Lumpur (%)  =  (A - B) / A x 100

Bila kadar lumpur diatas 5%, maka pasir tersebut tidak layak digunakan sebagai bahan bangunan. Lumpur memiliki sifat daya scrap air yang tinggi sehingga air tidak cukup untuk melincirkan campuran agar mudah dikerjakan, akibatnya campuran beton menjadi lebih kental sehingga nilai slumpnya menjadi semakin rendah karena sulit untuk runtuh.

Pengaruh Lumpur pada Campuran Beton
Semakin besar persentase kandungan lumpur pada beton maka kuat desak betonnya semakin menurun. Penurunan kuat desak beton menjadi semakin signifikan pada kandungan lebih dari 5%. Hal mi terjadi karena lumpur menghalangi terjadinya lekatan yang kuat antara agregat dengan pasta semen sehingga kuat desak betonnya menjadi rendah. Dan lumpur juga berpengaruh pada tingkat pengerjaan, semakin banyak kandungan lumpurnya semakin sulit tingkat pengerjaannya. Hal mi terbukti pada campuran adukan beton dengan kandungan lumpur 12% dengan tingkat pengerjaan yang paling sulit. Sebaliknya tingkat pengerjaan paling mudah terjadi pada adukan dengan persentase kandungan lumpur 0%. 

Comments

Popular posts from this blog

Metode Hydraulic Static Pile Driver (HSPD)

Hydraulic Static Pile Driver (HSPD) adalah suatu sistem pemancangan pondasi tiang yang dilakukan dengan Cara menekan tiang pancang masuk ke dalam tanah denganmenggunakan dongkrak hidraulis yang diberi beban berupa counterweight. Pada proses pemancangan tiang dengan menggunakan Hydraulic Static Pile Driver (HSPD), pelaksanaannya tidak menimbulkan getaran serta Gaya tekan dongkrak hidraulis langsung dapat dibaca melalui sebuah manometer sehingga besarnya Gaya tekan tiang setiap mencapai kedalaman tertentu dapat diketahui. Kapasitas alat pemancangan HSPD ini ada bermacam tipe yaitu 120 Ton, 320 Ton, 450 Ton, pemilihan alat disesuaikan dengan desain load / beban rencana tiang pancang. Untuk menghindari terjadinya penyimpangan prosedur kerja yang tak terkendali, maka prosedur kerja harus diikuti secara cermat. Oleh karena itu, segala perubahan atau penyesuaian yang dilakukan sebagai antisipasi atas kondisi lapangan hanya boleh dilaksanakan atas petunjuk dari site manager dan dengan persetuj

Pondasi Jalur atau Memanjang (Strip Foundations)

Pondasi jalur/ pondasi memanjang (kadang disebut juga pondasi menerus) adalah jenis pondasi yang digunakan untuk mendukung beban memanjang atau beban garis, baik untuk mendukung beban dinding atau beban kolom   dimana penempatan kolom   dalam jarak yang dekat dan fungsional kolom tidak terlalu mendukung beban berat sehingga pondasi tapak tidak terlalu dibutuhkan. Pondasi jalur/ pondasi memanjang biasanya dapat dibuat dalam bentuk memanjang dengan potongan persegi ataupun trapesium. Bisanya digunakan untuk pondasi dinding maupun kolom praktis. Bahan untuk pondasi ini dapat menggunakan pasangan patu pecah, batu kali, cor beton tanpa tulangan dan dapat juga menggunakan pasangan batu bata dengan catatan tidak mendukung beban struktural. Pondasi Jalur atau Pondasi Memanjang Pondasi ini digunakan pada bangunan sederhana yang kondisi tanah aslinya cukup baik. Biasanya kedalaman pondasi ini antara 60 - 80 cm. Dengan lebar tapak sama dengan tingginya. Kebutuhan bahan baku untuk pondasi in

Penentuan Berat Hammer untuk Tiang Pancang

Lanjutan dari Pondasi Tiang Pancang dengan Drop Hammer Hal yang perlu diperhatikan untuk penentuan berat Hammer: 1) Untuk tiang pancang beton precast yang berat ke dalam lapisan tanah yang padat seperti pada stiff clay, compact gravel dan sebagainya maka akan sesuai bila dipilih alat pancang yang mempunyai : - Berat penumbuk (hammer) yang besar. - Tinggi jatuh pendek. - Kecepatan hammer yang rendah pada saat hammer menimpa tiang pancang. Type alat pancang yang sesuai dengan pekerjaan ini adalah type Single – Acting Hammer. Dengan keadaan alat pancang tersebut akan diperoleh lebih banyak energi yang disalurkan pada penurunan tiang pancang dan mengurangi kerusakan-kerusakan pada kepala tiang pancang akibat pemancangan.  2) Untuk tiang pancang yang ringan atau tiang pipa dan baja yang berbentuk pipa tipis sering terjadi pipa tersebut rusak sebelum mencapai kedalaman yang direncankan sehingga pada tanah padat akan sesuai bila dipergunakan alat pancang yang mempun

Metode Pelaksanaan Pekerjaan Tulangan Struktur

Secara umum, pekerjaan pembesian merupakan bagian dari pekerjaan struktur. Pekerjaan ini memegang peranan penting dari aspek kualitas pelaksanaan mengingat fungsi besi tulangan penting dalam kekuatan struktur gedung. Berikut adalah metode pelaksanaan pekerjaan pembesian mulai dari tahap penyimpanan hingga pemasangan tulangan. Pengadaan Material Baja Tulangan Material yang digunakan untuk pekerjaan pembesian gedung pada umumnya adalah baja tulangan ulir. Material berasal dari supplier dan diangkut ke lokasi proyek menggunakan truk. Material yang telah sampai ke lokasi proyek akan diuji terlebih dahulu untuk memeriksa mutu dan kualitas seperti yang sudah ditetapkan. Pengujian yang dilakukan pada umumnya adalah tes tarik, tes tekuk, dan tes tekan. Sampel diambil secara acak untuk setiap beberapa ton baja ntuk masing-masing diameter dengan panjang masing-masing 1 meter. Apabila mutunya sesuai dengan spesifikasi, maka material baja tulangan akan disimpan. Jika tidak sesuai,

Sistem Plumbing dan Sanitasi

PLAMBING : untuk air bersih SANITASI : untuk pembuangan (cair dan padat) PLAMBING : penyediaan air bersih yang dikehendaki dengan tekanan dan debit yang cukup SANITASI : membuang atau pengeluaran air kotor dari tempat tertentu tanpa mencemarkan bagian lainnya. PERALATAN SANITER : SHAFT : lubang di lantai yang digunakan untuk saluran - saluran vertikal LAVATORI : wastafel URINAL : pembuangan air kencing pria BIDET : pembuangan air kencing wanita FLOOR DRAIN : pembuangan air di kamar mandi PIPA AIR BERSIH harus diisi penuh dengan air. PIPA SANITASI digunakan hanya separuh dari pipa. JENIS DAN PERALATAN PLAMBING : 1. Peralatan Air Minum 2. Peralatan Air Panas 3. Peralatan Pembuangan dan Vent 4. Peralatan Saniter ( Plumbing Fixture) : Peralatan Pemadam Kebakaran Peralatan Pengolahan Air Kotor Peralatan Penyediaan Gas Peralatan Dapur Besar Peralatan Pencucian (laundry) Peralatan Air Pendingin (CHILER) dan berbagai pipa i

Washing Bay / Tempat Cuci Kendaraan

Washing bay digunakan untuk membersihkan kotoran, oli dan limbah lainnya dari kendaraan dan peralatan. Ini penting untuk melindungi kendaraan dari korosi dan meminimalkan perawatan karena peningkatan keausan. Sebagian besar aplikasi dapat menggunakan tempat cuci kendaraan standar untuk menyelesaikan tugas ini. Namun, beberapa industri menggunakan peralatan yang tidak pernah bisa masuk ke tempat cuci kendaraan pada umumnya, antara lain: Kendaraan konstruksi Kendaraan dan peralatan pertambangan Kendaraan pengangkut Peralatan Industri Beberapa kendaraan berat lainnnya Temporary Washing Bay Desain Washing Bay Washing bay dapat berupa struktur sementara atau permanen. Washing Bay juga bisa model terbuka atau tertutup. Setiap jenis washing bay memiliki kelebihan dan keterbatasan. Jenis washing bay yang sesuai tergantung pada kebutuhan dan keadaan masing-masing. Agar sesuai dengan yang dibutuhkan, washing bay memerlukan beberapa atau semua komponen berikut: Perangkat pra-perawatan Pemisah min

Macam – Macam Cacat Las

Weld Defect atau Cacat las adalah hasil pengelasan yang tidak memenuhi syarat keberterimaan yang sudah dituliskan di standart (ASME IX, AWS, API, ASTM). Penyebab cacat las dapat dikarenakan adanya prosedur pengelasan yang salah, persiapan yang kurang dan juga dapat disebabkan oleh peralatan serta consumable yang tidak sesuai standart. Jenis cacat las pada pengelasan ada beberapa tipe yaitu cacat las internal (berada di dalam hasil lasan) dan cacat las visual (dapat dilihat dengan mata). Jika kita ingin mengetahui defect atau cacat pengelasan internal maka kamu memerlukan alat uji seperti Ultrasonic Test dan Radiography Test untuk pengujian yang tidak merusak, sedangkan untuk uji merusak kamu dapat menggunakan uji Bending atau makro. Untuk jenis jenis cacat pengelasan visual atau surface Anda dapat menggunakan pengujian Penetrant Test, Magnetic Test atau kaca pembesar. Cacat Las Undercut Undercut adalah sebuah cacat las yang berada di bagian permukaan atau akar, bentuk cacat i