Faktor - Faktor Penyebab Keterlambatan pada Proyek Konstruksi Skip to main content

Faktor - Faktor Penyebab Keterlambatan pada Proyek Konstruksi

Keberhasilan suatu proyek dipengaruhi oleh kinerja dari setiap komponen pelaksana pekerjaan termasuk pemilik proyek. Berdasarkan sifat dan obyektifnya, setiap komponen yang terlibat memiliki kepentingan berbeda yang apabila tidak dikelola dengan optimal akan menjadi potensi untuk terjadinya perselisihan dalam berbagai bentuk dan kompleksitas yang dapat berpotensi terhadap peningkatan biaya konstruksi dan keterlambatan penyelesaian pekerjaan. Proyek sering mengalami keterlambatan yang sering berulang pada aspek yang dipengaruhi maupun faktor yang mempengaruhi. 

Pengertian Keterlambatan Proyek
Keterlambatan proyek konstruksi berarti bertambahnya waktu pelaksanaan penyelesaian proyek yang telah direncanakan dan tercantum dalam dokumen kontrak.

Penyelesaian pekerjaan tidak tepat waktu adalah merupakan kekurangan dari tingkat produktifitas dan mengakibatkan pemborosan dalam pembiayaan, baik berupa pembiayaan langsung maupun berwujud pembengkakan investasi dan kerugian-kerugian pada proyek.

Peran aktif manajemen merupakan salah satu kunci utama keberhasilan pengelolaan proyek. Pengkajian jadwal proyek diperlukan untuk menentukan langkah perubahan mendasar agar keterlambatan penyelesaian proyek dapat dihindari atau dikurangi.

Proyek sering mengalami keterlambatan. Bahkan bisa dikatakan hampir 80% proyek mengalami keterlambatan. Jeleknya, keterlambatan proyek sering berulang pada aspek yang dipengaruhi maupun faktor yang mempengaruhi.

Waktu (Time) adalah salah satu constraint dalam Project Management di samping biaya (Cost), dan kualitas (Quality).


Dampak Keterlambatan Proyek
Keterlambatan proyek akan menimbulkan kerugian pada pihak Kontraktor, Konsultan, dan Owner, yaitu :
1. Pihak Kontraktor
Semakin lama waktu penyelesaian proyek maka semakin besar biaya (cost) yang ditimbulkan. Selain itu biaya overhead yang mencakup pengeluaran perusahaan secara keseluruhan juga terus meningkat karena bertambah panjangnya waktu pelaksanaan.

2. Pihak Konsultan
Konsultan akan mengalami kerugian waktu dan biaya, serta akan terhambat dalam mengerjakan proyek yang lainnya, jika waktu pelaksanaan proyek menjadi lebih lama.

3. Pihak Owner
Keterlambatan proyek pada pihak pemilik/Owner, berarti kehilangan penghasilan dari bangunan yang seharusnya sudah dapat digunakan atau disewakan. 

Untuk proyek pemerintah, contoh fasilitas umum misalnya rumah sakit, keterlambatan akan merugikan pelayanan kesehatan masyarakat, atau merugikan program pelayanan yang telah disusun. Kerugian ini tidak dapat dinilai dengan uang dan tidak dapat dibayar kembali. 

Untuk proyek swasta, misalnya pembangunan gedung, pertokoan, atau hotel, tentu jadwal pemakaian gedung tersebut akan mundur dari waktu yang direncanakan, sehingga ada waktu kosong tanpa mendapatkan uang.

Penyebab Keterlambatan
Keterlambatan proyek disebabkan oleh beberapa faktor yang berasal dari Kontraktor, Owner, dan selain kedua belah pihak.
1. Keterlambatan akibat kesalahan Kontraktor, antara lain :
  • Terlambatnya memulai pelaksanaan proyek.
  • Pekerja dan Pelaksana kurang berpengalaman.
  • Terlambat mendatangkan peralatan.
  • Mandor yang kurang aktif.
  • Rencana kerja yang kurang baik.
2. Keterlambatan akibat kesalahan Owner
  • Terlambatnya angsuran pembayaran oleh Kontraktor.
  • Terlambatnya penyedian lahan.
  • Mengadakan perubahan pekerjaan yang besar.
  • Pemilik menugaskan Kontraktor lain untuk mengerjakan proyek tersebut.
3. Keterlambatan yang diakibatkan selain kedua belah pihak diatas, antara lain ;
  • Akibat kebakaran yang bukan kesalahanKontraktor,Konsultan, Owner.
  • Akibat perang, gempa, banjir, ataupun bencana lainnya.
  • Perubahan moneter. 


Faktor Keterlambatan Proyek
Terdapat  beberapa faktor keterlambatan proyek yaitu :

1. Faktor Tenaga Kerja (labors), yaitu: 
  1. Keahlian tenaga kerja 
  2. Kedisiplinan tenaga kerja 
  3. Motivasi kerja tenaga kerja 
  4. Jumlah pekerja yang kurang memadai/sesuai  dengan  aktifitas  pekerjaan yang ada 
  5. Nasionalisme tenaga kerja 
  6. Penggantian tenaga kerja baru 
  7. Komunikasi antara tenaga kerja dan kepala tukang/mandor 
2. Faktor Bahan (material), yaitu : 
  1. Keterlambatan pengiriman barang 
  2. Kekurangan bahan konstruksi 
  3. Kualitas bahan yang kurang baik 
  4. Kerusakan bahan di tempat penyimpanan 
  5. Perubahan material pada bentuk, fungsi, dan spesifikasi 
  6. Kelangkaan karena kekhususan 
  7. Ketidaktepatan waktu pemesanan 

3. Faktor Peralatan (equipment), yaitu : 
  1. Keterlambatan pengiriman/ penyediaan peralatan 
  2. Kerusakan peralatan 
  3. Ketersediaan peralatan yang memadai/sesuai kebutuhan 
  4. Kekurangan peralatan
  5. Produktifitas peralatan 
  6. Kemampuan mandor atau operator yang kurang dalam mengoperasikan peralatan 

4. Faktor Karakteristik Tempat (site characteristic), yaitu: 
  1. Keadaan permukaan dan dibawah permukaan tanah 
  2. Penglihatan    atau    tanggapan    lingkungan sekitar 
  3. Karakteristik  fisik  bangunan  sekitar  lokasi proyek 
  4. Tempat penyimpanan bahan/material 
  5. Akses ke lokasi proyek 
  6. Kebutuhan ruang kerja 
  7. Lokasi proyek 

5. Faktor Keuangan (financing), yaitu : 
  1. Tidak adanya uang intensif untuk kontraktor, apabila waktu penyelesaian lebih cepat dari jadwal 
  2. Harga material 
  3. Kesulitan pendanaan di kontraktor 
  4. Kesulitan pembayaran oleh pemilik
  5. Situasi perekonomian nasional
  6. Fluktuasi nilai rupiah terhadap dollar

6. Faktor Lingkungan (environment), yaitu : 
  1. Intensitas curah hujan 
  2. Faktor sosial dan budaya
  3. Pengaruh keamanan lingkungan terhadap pembangunan proyek 
  4. Terjadinya hal-hal tak terduga seperti kebakaran, banjir, cuaca amat buruk, badai/angin ribut,  gempa bumi dan tanah longsor. 

7.   Faktor Perubahan (change),yaitu : 
  1. Terjadi perubahan desain oleh owner 
  2. Kesalahan desain yang dibuat oleh perencana 
  3. Kesalahan dalam penyelidikan tanah
  4. Kondisi permukaan air di bawah tanah di lapangan
  5. Masalah geologi di lokasi

8. Faktor Lingkup dan Kontrak / Dokumen Pekerjaan (contract document), yaitu : 
  1. Perencanaan (gambar/spesifikasi) yang salah/tidak lengkap 
  2. Perubahan lingkup  pekerjaan pada waktu pelaksanaan 
  3. Keterlambatan pemilik dalam membuat keputusan 
  4. Adanya banyak (sering) pekerjaan tambah 
  5. Adanya permintaan perubahan atas pekerjaan yang telah selesai 
  6. Ketidaksepahaman antara pembuatan gambar kerja antara konsultan dan kontraktor
  7. Negosiasi dan perijinan pada kontrak
  8. Perselisihan pekerjaan antara bagian bagian yang berbeda dalam proyek.
  9. Komunikasi yang kurang antara Owner dengan perencana pada perencanaan.
  10. Organisasi yang jelek pada kontraktor dan konsultan.
  11. Kontrol kontraktor utama terhadap subkontraktor dalam pelaksanaan pekerjaan. 

9. Faktor Perencanaan dan Penjadwalan (planning and scheduling), yaitu : 
  1. Tidak lengkapnya identifikasi jenis pekerjaan 
  2. Rencana  urutan  kerja  yang  tidak  tersusun dengan baik/terpadu 
  3. Penentuan  durasi  waktu  kerja  yang  tidak seksama 
  4. Rencana kerja pemilik yang sering berubah-ubah 
  5. Metode  konstruksi/pelaksanaan  kerja yang salah atau tidak tepat 

10. Faktor  Sistem  Inspeksi,  Kontrol  dan  Evaluasi Pekerjaan, yaitu : 
  1. Persiapan jadwal kerja dan revisi oleh konsultan ketika konstruksi sedang berjalan. 
  2. Perbedaan jadwal sub-kontraktor dalam penyelesaian proyek 
  3. Pengajuan contoh bahan oleh kontraktor yang tidak terjadwal 
  4. Proses persetujuan contoh bahan dengan waktu yang lama oleh pemilik 
  5. Ketelambatan proses pemeriksaan dan uji bahan  karena menunggu ijin
  6. Kegagalan kontraktor melaksanakan pekerjaan 
  7. Banyak hasil pekerjaan yang harus diperbaiki/diulang karena cacat/tidak benar 
  8. Proses dan tata cara evaluasi kemajuan pekerjaan yang lama dan lewat jadwal yang disepakati  

11.  Faktor Manajerial (managerial), yaitu : 
  1. Pengalaman manajer lapangan 
  2. Komunikasi antara wakil owner dan kontraktor 
  3. Komunikasi antara perencana dan kontraktor 


Comments

Popular posts from this blog

Metode Hydraulic Static Pile Driver (HSPD)

Hydraulic Static Pile Driver (HSPD) adalah suatu sistem pemancangan pondasi tiang yang dilakukan dengan Cara menekan tiang pancang masuk ke dalam tanah denganmenggunakan dongkrak hidraulis yang diberi beban berupa counterweight. Pada proses pemancangan tiang dengan menggunakan Hydraulic Static Pile Driver (HSPD), pelaksanaannya tidak menimbulkan getaran serta Gaya tekan dongkrak hidraulis langsung dapat dibaca melalui sebuah manometer sehingga besarnya Gaya tekan tiang setiap mencapai kedalaman tertentu dapat diketahui. Kapasitas alat pemancangan HSPD ini ada bermacam tipe yaitu 120 Ton, 320 Ton, 450 Ton, pemilihan alat disesuaikan dengan desain load / beban rencana tiang pancang. Untuk menghindari terjadinya penyimpangan prosedur kerja yang tak terkendali, maka prosedur kerja harus diikuti secara cermat. Oleh karena itu, segala perubahan atau penyesuaian yang dilakukan sebagai antisipasi atas kondisi lapangan hanya boleh dilaksanakan atas petunjuk dari site manager dan dengan persetuj

Pondasi Jalur atau Memanjang (Strip Foundations)

Pondasi jalur/ pondasi memanjang (kadang disebut juga pondasi menerus) adalah jenis pondasi yang digunakan untuk mendukung beban memanjang atau beban garis, baik untuk mendukung beban dinding atau beban kolom   dimana penempatan kolom   dalam jarak yang dekat dan fungsional kolom tidak terlalu mendukung beban berat sehingga pondasi tapak tidak terlalu dibutuhkan. Pondasi jalur/ pondasi memanjang biasanya dapat dibuat dalam bentuk memanjang dengan potongan persegi ataupun trapesium. Bisanya digunakan untuk pondasi dinding maupun kolom praktis. Bahan untuk pondasi ini dapat menggunakan pasangan patu pecah, batu kali, cor beton tanpa tulangan dan dapat juga menggunakan pasangan batu bata dengan catatan tidak mendukung beban struktural. Pondasi Jalur atau Pondasi Memanjang Pondasi ini digunakan pada bangunan sederhana yang kondisi tanah aslinya cukup baik. Biasanya kedalaman pondasi ini antara 60 - 80 cm. Dengan lebar tapak sama dengan tingginya. Kebutuhan bahan baku untuk pondasi in

Pondasi Tiang Pancang dengan Drop Hammer

Dalam pembangunan sebuah gedung, pondasi adalah salah satu bagian terpenting untuk  menopang bangunan di atas tanah. Untuk pemasangan pondasi pada bangunan sederhana tidak memerlukan alat bantu, tetapi untuk pemasangan pondasi pada bangunan pencakar langit yang biasanya menggunakan pondasi tiang pancang maka diperlukan alat bantu. Alat bantu tersebut berupa alat pemukul yang dapat berupa pemukul (hammer) mesin uap, pemukul getar, atau pemukul yang hanya dijatuhkan. Alat pemukul yang berupa pemukul yang hanya dijatuhkan disebut dengan drop hammer atau pemukul jatuh. Drop hammer merupakan pemukul jatuh yang terdiri dari balok pemberat yang dijatuhkan dari atas. Cara kerja drop hammer adalah penumbuk (hammer) ditarik ke atas dengan kabel dan kerekan sampai mencapai tinggi jatuh tertentu, kemudian penumbuk (hammer) tersebut jatuh bebas menimpa kepala tiang pancang . Untuk menghindari kerusakan pada tiang pancang maka pada kepala tiang dipasang topi/ cap (shock absorber), cap ini biasanya

Metode Pelaksanaan Pekerjaan Tulangan Struktur

Secara umum, pekerjaan pembesian merupakan bagian dari pekerjaan struktur. Pekerjaan ini memegang peranan penting dari aspek kualitas pelaksanaan mengingat fungsi besi tulangan penting dalam kekuatan struktur gedung. Berikut adalah metode pelaksanaan pekerjaan pembesian mulai dari tahap penyimpanan hingga pemasangan tulangan. Pengadaan Material Baja Tulangan Material yang digunakan untuk pekerjaan pembesian gedung pada umumnya adalah baja tulangan ulir. Material berasal dari supplier dan diangkut ke lokasi proyek menggunakan truk. Material yang telah sampai ke lokasi proyek akan diuji terlebih dahulu untuk memeriksa mutu dan kualitas seperti yang sudah ditetapkan. Pengujian yang dilakukan pada umumnya adalah tes tarik, tes tekuk, dan tes tekan. Sampel diambil secara acak untuk setiap beberapa ton baja ntuk masing-masing diameter dengan panjang masing-masing 1 meter. Apabila mutunya sesuai dengan spesifikasi, maka material baja tulangan akan disimpan. Jika tidak sesuai,

Rasio Beton dan Besi

Rasio Beton (n) adalah sebagai berikut: - Plat 0,12 - Kolom 0,07 - 0,08 - Balok 0,1 - Total 0,3 - Konstruksi Khusus 0,4 Beton (m3) = Luas (m2)* n (m) Rasio Besi (m) adalah sebagai berikut: - Kolom 150 - 200 kg/m3 - Balok 100 - 150 kg/m3 - Pelat = 80 - 100 kg/m3 - Pilecap = 80 -120 kg/m3 - Raft = 90 - 120 kg/m3 Rasio hanya sebagai referensi, nilai tidak mutlak

Sistem Plumbing dan Sanitasi

PLAMBING : untuk air bersih SANITASI : untuk pembuangan (cair dan padat) PLAMBING : penyediaan air bersih yang dikehendaki dengan tekanan dan debit yang cukup SANITASI : membuang atau pengeluaran air kotor dari tempat tertentu tanpa mencemarkan bagian lainnya. PERALATAN SANITER : SHAFT : lubang di lantai yang digunakan untuk saluran - saluran vertikal LAVATORI : wastafel URINAL : pembuangan air kencing pria BIDET : pembuangan air kencing wanita FLOOR DRAIN : pembuangan air di kamar mandi PIPA AIR BERSIH harus diisi penuh dengan air. PIPA SANITASI digunakan hanya separuh dari pipa. JENIS DAN PERALATAN PLAMBING : 1. Peralatan Air Minum 2. Peralatan Air Panas 3. Peralatan Pembuangan dan Vent 4. Peralatan Saniter ( Plumbing Fixture) : Peralatan Pemadam Kebakaran Peralatan Pengolahan Air Kotor Peralatan Penyediaan Gas Peralatan Dapur Besar Peralatan Pencucian (laundry) Peralatan Air Pendingin (CHILER) dan berbagai pipa i

Penentuan Berat Hammer untuk Tiang Pancang

Lanjutan dari Pondasi Tiang Pancang dengan Drop Hammer Hal yang perlu diperhatikan untuk penentuan berat Hammer: 1) Untuk tiang pancang beton precast yang berat ke dalam lapisan tanah yang padat seperti pada stiff clay, compact gravel dan sebagainya maka akan sesuai bila dipilih alat pancang yang mempunyai : - Berat penumbuk (hammer) yang besar. - Tinggi jatuh pendek. - Kecepatan hammer yang rendah pada saat hammer menimpa tiang pancang. Type alat pancang yang sesuai dengan pekerjaan ini adalah type Single – Acting Hammer. Dengan keadaan alat pancang tersebut akan diperoleh lebih banyak energi yang disalurkan pada penurunan tiang pancang dan mengurangi kerusakan-kerusakan pada kepala tiang pancang akibat pemancangan.  2) Untuk tiang pancang yang ringan atau tiang pipa dan baja yang berbentuk pipa tipis sering terjadi pipa tersebut rusak sebelum mencapai kedalaman yang direncankan sehingga pada tanah padat akan sesuai bila dipergunakan alat pancang yang mempun