Prosedur Pemancangan Tiang Pancang Pra Cetak Skip to main content

Prosedur Pemancangan Tiang Pancang Pra Cetak


1. Penyusunan tiang pancang di lapangan
Pengangkatan dan penyusunan tiang pancang yang disimpan di lapangan harus memperhatikan titik angkat dan titik tumpu untuk penyimpanan material, sesuai dengan petunjuk teknis dari produsen tiang pancang.

2. Pemeriksaan material tiang pancang
Pada waktu kedatangan material, harus dipastikan dilampiri mill sheet untuk pemantauan kesesuaian material yang diterima dengan spesifikasi teknis pekerjaan. Harus dipastikan kode dan tanggal produksi sesuai dengan mill sheet yang dilampirkan pada surat pengiriman barang.
Sebelum digunakan, material tiang pancang harus diperiksa kembali :
  • Tidak ada yang retak, cacat dan pecah – jika ada yang retak, cacat atau pecah maka harus dipisahkan untuk direpair oleh produsen tiang pancang sebelum digunakan
  • Ukuran penampang dan panjang harus sesuai dengan spesifikasi dan penempatannya pada gambar konstruksi
  • Umur beton harus sudah memadai untuk dipancang – jika masih belum cukup umur maka dipisahkan dulu dan ditunggu sebelum dipakai.

3. Persiapan tiang untuk pemancangan
Tiang pancang harus diberi marking atau tanda dengan cat merah, untuk keperluan pemantauan pada saat pemancangan dilakukan :
  • tiap jarak 0,5 m’ dari ujung tiang pancang sampai ke pangkalnya
  • diberi angka pada tiap meternya dari ujung bawah ke pangkal tiang
  • untuk tiang sambungan, angka harus melanjutkan angka dari tiang yang disambung
  • tiang sambungan harus selalu diposisikan di dekat titik pancang yang sedang dikerjakan  supaya tidak terlalu lama mengambil tiang sambungan jika diperlukan penyambungan

4. Pemantauan pelaksanaan pemancangan
Pada saat pekerjaan pemancangan harus diperhatikan hal berikut:
  • Tiang pancang telah ditempatkan pada titik rencana dan diperiksa vertikalitasnya dari 2 arah (X-Y penampang tiang pancang), toleransi kemiringan mengikuti ketentuan spesifikasi alat dan spesifikasi teknis – pemeriksaan boleh dilakukan dengan pendulum/bandul, selama kondisi angin tidak terlalu besar dan tidak mengganggu posisi bandul (harus bisa diam/stabil)
  • Tiang pancang harus sejajar dengan sumbu hammer dan ladder alat pancang – jika tidak sejajar, berpotensi tiang akan pecah atau patah – dipantau berkala oleh operator alat pancang dan helper
  • Counter harus mencatat jumlah pukulan per 0,5 m’ atau per 1 m’
  • Selama pelaksanaan pemancangan, tinggi jatuh hammer dipantau tidak boleh lebih dari 2,5 m' kecuali atas persetujuan khusus Konsultan Pengawas -- namun tidak boleh lebih dari 3 m' dalam segala kondisi pelaksanaan
  • Jika diperlukan penyambungan diusahakan tidak melebihi 3 sambungan tiang
  • Jika terdapat lapisan lensa/lapis tipis tanah keras, diusahakan untuk ditembus dengan tidak mengakibatkan tegangan internal melebihi spesifikasi material

5. Kelurusan Material Tiang Pancang
Penyimpangan kelurusan tiang pancang pada umumnya tidak boleh melebihi 1/250 panjang tiang dan secara total tidak boleh melebihi 50 mm (5 cm) untuk tiap segmen tiang pancang yang digunakan

6. Toleransi Kemiringan Vertikal
Toleransi kemiringan vertikal yang umum diberikan adalah :
  • 2 % (setara 1:50 atau 1°) untuk pemancangan di tanah berpasir dan lempung lunak
  • 4% (setara 1:25 atau 2°) untuk pemancangan di tanah yang mempunyai lapisan yang sulit dipancang dan tidak seragam atau lapisan tanah berbatu (boulder ridden soil, gravelly)
  • 2% untuk pemancangan di konstruksi pantai/laut yang lebih dari 50% panjang tiangnya berada di permukaan tanah
Toleransi ketidaklurusan antar tiang pancang yang disambung pada umumnya diberikan nilai 1:100 (penyimpangan sumbu memanjang antar sambungan tiang pancang)
Untuk tiang yang mengalami kemiringan lebih dari toleransi yang ditetapkan, harus dilakukan review atau analisa oleh engineer pondasi atau Konsultan Desain, mencakup pertimbangan gaya horizontal dan pengaruh ke tiang pancang lain, serta perubahan analisa pile cap yang diperlukan

7. Toleransi Posisi Titik Pancang
Toleransi posisi titik pancang yang bergeser pada umumnya ditetapkan sebesar 75 mm atau 3 inchi -- untuk pergeseran lebih dari nilai tersebut harus dianalisa untuk perubahan daya dukung atau perubahan pile cap yang diperlukan

Beberapa konsultan memberikan toleransi 150 mm atau 6 inchi untuk tiang yang berukuran besar, tergantung dari kondisi tanah dan kesulitan pekerjaan

8. Toleransi Penyimpangan Sumbu Penampang Tiang Pancang
Untuk tiang pancang yang bukan berbentuk bundar (bukan spun pile), yang sumbu penampang tiangnya diperhitungkan dalam analisa pondasi maupun kelompok tiang, penyimpangan sumbu penampang tiang pancang terhadap posisi/arah sumbu utama yang direncanakan tidak boleh lebih dari 10° (setara 1:6 atau 15%)

9. Jarak Antar Titik Pancang
Untuk tiang dengan dukungan end-bearing (tahanan ujung) :
  • jarak antar tiang tidak boleh kurang dari 2 kali diameter tiang bundar (spun-pile) atau 2 kali sisi tiang berbentuk persegi (square pile) atau 1 kali dimensi terbesar untuk tiang berbentuk lain
  • jarak minimal dari tepi pile cap atau tepi elemen struktur yang didukung tidak boleh kurang dari 1 kali diameter 
Untuk tiang dengan dukungan friction (tahanan friksi):
  • jarak antar tiang tidak boleh kurang dari keliling penampang tiang pancang yang digunakan dengan ketentuan minimum jarak = 1 m' jika keliling tiang kurang dari 1 m' [diambil nilai terbesar antara keliling penampang tiang pancang atau 1 m']
  • jarak dari tepi pile cap atau tepi elemen struktur yang didukung tidak boleh kurang dari 1/2 keliling penampang tiang pancang dengan ketentuan minimum jarak = 500 mm (50 cm) -- [diambil nilai terbesar antara setengah keliling penampang tiang pancang atau 50 cm]

10. Safety Factor
Safety factor untuk pengujian static maupun dynamic pada umumnya diambil nilai 2 - 2,25 untuk beban tetap dan 1,5 untuk beban sementara

11. Penyambungan tiang pancang
Jika diperlukan penyambungan, maka harus dilakukan dengan ketentuan :
  • Arus listrik AC, tegangan 220 – 380 V, arus 300 A
  • Kawat las kelas E 60 13, ukuran 3,2 mm atau 4 mm Pengelasan dilakukan keliling penuh, tidak meninggalkan celah di posisi sambungan antar tiang
  • Sambungan las tidak boleh didinginkan dengan cara disiram air
  • Dilapis cat anti karat sebelum dipancang kembali

12. Tinggi Jatuh Hammer
Tinggi jatuh hammer harus dipantau pada saat pengambilan final set
  • harus sesuai dengan syarat dari Konsultan Desain (untuk drop hammer)
  • dicatat sesuai dengan ram stroke yang terjadi untuk diesel hammer dan hydraulic hammer

13. Pengambilan Final Set
Pengambilan final set harus dilakukan :
  • menggunakan kertas milimeter yang masih baru (tidak boleh berupa fotocopy)
  • dengan pulpen supaya garis yang dihasilkan tidak terlalu tebal dan tidak luntur jika terkena air dan oli, tidak boleh dengan spidol atau pensil yang memberikan garis yang tebal sehingga menyulitkan pembacaan garis grafik
  • pulpen harus dialasi acuan yang stabil dan tidak terpengaruh penurunan tiang saat dipukul
  • arah penarikan pulpen harus sejajar dengan garis milimeter pada kertas record/milimeter
  • grafik yang diambil harus jelas, tidak terlalu rapat garis rebound-nya dan tidak miring
  • diambil pencatatan final set untuk minimal 10 kali pukulan
  • jika tidak tercapai nilai final set yang ditetapkan, maka pemancangan harus dilanjutkan dan diambil lagi final setnya pada lembar yang sama, sampai tercapai final set yang ditetapkan

Pemakaian dolly atau sambungan cap hammer, tidak boleh dilakukan tanpa persetujuan dari Konsultan Pengawas, dan analisa atas tiang yang dipancang dengan dolly harus dikalikan faktor pengurang yang ditetapkan

Penetapan nilai final set mengikuti ketentuan Konsultan Desain atau atas instruksi Konsultan Pengawas atau Manajemen Konstruksi, dan direkomendasikan untuk pemancangan awal sebelum dilakukan cross-check dengan PDA Test diambil nilai final set antara 1 cm - 1,5 cm pada 10 pukulan terakhir, kecuali ditetapkan lebih kecil oleh Konsultan.

14. Pemeriksaan terhadap heaving (pengangkatan)
Pile heaving adalah kondisi terangkatnya kembali tiang pancang yang sudah selesai dipancang, akibat tekanan tanah yang terjadi pada saat pemancangan titik pondasi berikutnya yang berdekatan, yang radiusnya tergantung dari sifat tanah di lokasi pekerjaan.

Untuk pemancangan tiang dalam kelompok (2 atau lebih), harus diperiksa secara berkala apakah terjadi pile heaving atau tidak :
  • Untuk kelompok tiang yang terdiri dari 2-4 tiang pancang, tetap harus diperiksa pile heaving pada pemancangan awal sebagai data awal – jika tidak terjadi pile heaving setelah 5 kelompok tiang pertama diperiksa, maka pemeriksaan berikutnya dapat dilakukan secara random, namun jika terjadi pile heaving, maka harus diperiksa setiap kelompok tiang berikutnya
  • Setiap titik pancang yang telah selesai dipancang dalam satu kelompok harus dicatat level top of pile nya sebelum dilakukan pemancangan berikutnya.
  • Level yang dicatat boleh merupakan pinjaman level setempat dan tidak diikat ke BM, karena surveyor juga harus melakukan tugas yang lain dan mungkin hanya dapat melakukan pengukuran optik dari posisi yang tidak memungkinkan memindahkan acuan BM level ke tiang yang diukur)
  • Setiap selesainya pemancangan 2-4  tiang berikutnya dalam satu kelompok tiang, dilakukan pengukuran ulang level tiang pancang yang telah terpancang sebelumnya dan dipastikan tidak terjadi pile heaving
  • Jika terjadi pile heaving, maka tiang pancang yang terangkat harus dipukul ulang/redrive untuk mengembalikan level top of pile ke posisi semula atau sedikit lebih rendah dari level awal – untuk pekerjaan re-drive harus dicatat pada piling record yang ada dan tidak perlu dilakukan pengambilan grafik final set lagi
  • Proses pengukuran dan pengecekan harus dilakukan terus sampai seluruh tiang pancang dalam satu kelompok tiang selesai dipancang
Penetapan nilai pengangkatan (heaving) yang disyaratkan untuk dilakukan re-drive harus mengikuti ketentuan spesifikasi teknis atau persetujuan Konsultan Pengawas direkomendasikan nilai 5 mm untuk end-bearing pile dan 3 cm untuk friction pile

Untuk menghindari atau mengurangi resiko pile heaving dapat dilakukan langkah sebagai berikut :
  • Jarak bersih antar tiang pancang tidak kurang dari 2 diameter atau diagonal penampang tiang – ditentukan oleh konsultan desain, jika terjadi pile heaving dalam 5 kelompok tiang berturut-turut, maka diinformasikan kepada PM untuk diputuskan apakah akan diubah jarak antar tiang pancang atau tidak
  • Jika terdapat kelompok tiang pancang, pemancangan dimulai dari posisi terdalam lalu melingkar keluar

15. Penghentian pekerjaan pemancangan
Penghentian pemancangan dilakukan jika salah satu kondisi berikut terjadi atau tercapai :
  • final set sudah dicapai (end-bearing pile) atau kedalaman pemancangan yang disyaratkan sudah dicapai (friction pile)
  • sudah mencapai maksimal 2.000 pukulan hammer/palu pancang
  • telah mencapai batas kelangsingan tiang pancang sesuai spesifikasi material atau ketentuan Konsultan : harus dilakukan penambahan titik pondasi tiang jika diperlukan
  • terjadi kerusakan pada tiang (pecah, retak, patah, dsb) : harus dilakukan penambahan titik pondasi tiang
  • terjadi kemiringan di luar toleransi : harus dilakukan penambahan titik pondasi tiang

16. Pencatatan data pelaksanaan
Pencatatan data pelaksanaan yang harus dilakukan, minimal meliputi :
  • Data jenis dan spesifikasi alat pancang yang dipakai
  • Data jenis, ukuran dan kapasitas material tiang pancang yang dipakai
  • Data pelaksanaan (Pile Driving Record dan Grafik Final Set)
  • Data panjang tertanam termasuk konfigurasi sambungan tiang dan tanggal pemancangan, yang ditabelkan sesuai dengan penomoran titik pancang pada gambar konstruksi
  • Data pergeseran titik pancang yang diplotkan pada gambar dan ditabelkan, sesuai penomoran titik pancang
  • Data titik pancang yang berubah vertikalitas tiang pancangnya selama pemancangan, dicatat dan ditabelkan sesuai nomor titik pancang pada gambar konstruksi
  • Tabel nilai kapasitas ultimate dan ijin tiap titik pancang sesuai nomor pada gambar konstruksi, dengan menggunakan rumus dinamik yang telah diverifikasi dengan pengujian PDA Test atau Static Loading Test



sumber:
https://lauwtjunnji.weebly.com

Comments

Popular posts from this blog

Metode Hydraulic Static Pile Driver (HSPD)

Hydraulic Static Pile Driver (HSPD) adalah suatu sistem pemancangan pondasi tiang yang dilakukan dengan Cara menekan tiang pancang masuk ke dalam tanah denganmenggunakan dongkrak hidraulis yang diberi beban berupa counterweight. Pada proses pemancangan tiang dengan menggunakan Hydraulic Static Pile Driver (HSPD), pelaksanaannya tidak menimbulkan getaran serta Gaya tekan dongkrak hidraulis langsung dapat dibaca melalui sebuah manometer sehingga besarnya Gaya tekan tiang setiap mencapai kedalaman tertentu dapat diketahui. Kapasitas alat pemancangan HSPD ini ada bermacam tipe yaitu 120 Ton, 320 Ton, 450 Ton, pemilihan alat disesuaikan dengan desain load / beban rencana tiang pancang. Untuk menghindari terjadinya penyimpangan prosedur kerja yang tak terkendali, maka prosedur kerja harus diikuti secara cermat. Oleh karena itu, segala perubahan atau penyesuaian yang dilakukan sebagai antisipasi atas kondisi lapangan hanya boleh dilaksanakan atas petunjuk dari site manager dan dengan persetuj

Pondasi Jalur atau Memanjang (Strip Foundations)

Pondasi jalur/ pondasi memanjang (kadang disebut juga pondasi menerus) adalah jenis pondasi yang digunakan untuk mendukung beban memanjang atau beban garis, baik untuk mendukung beban dinding atau beban kolom   dimana penempatan kolom   dalam jarak yang dekat dan fungsional kolom tidak terlalu mendukung beban berat sehingga pondasi tapak tidak terlalu dibutuhkan. Pondasi jalur/ pondasi memanjang biasanya dapat dibuat dalam bentuk memanjang dengan potongan persegi ataupun trapesium. Bisanya digunakan untuk pondasi dinding maupun kolom praktis. Bahan untuk pondasi ini dapat menggunakan pasangan patu pecah, batu kali, cor beton tanpa tulangan dan dapat juga menggunakan pasangan batu bata dengan catatan tidak mendukung beban struktural. Pondasi Jalur atau Pondasi Memanjang Pondasi ini digunakan pada bangunan sederhana yang kondisi tanah aslinya cukup baik. Biasanya kedalaman pondasi ini antara 60 - 80 cm. Dengan lebar tapak sama dengan tingginya. Kebutuhan bahan baku untuk pondasi in

Pondasi Tiang Pancang dengan Drop Hammer

Dalam pembangunan sebuah gedung, pondasi adalah salah satu bagian terpenting untuk  menopang bangunan di atas tanah. Untuk pemasangan pondasi pada bangunan sederhana tidak memerlukan alat bantu, tetapi untuk pemasangan pondasi pada bangunan pencakar langit yang biasanya menggunakan pondasi tiang pancang maka diperlukan alat bantu. Alat bantu tersebut berupa alat pemukul yang dapat berupa pemukul (hammer) mesin uap, pemukul getar, atau pemukul yang hanya dijatuhkan. Alat pemukul yang berupa pemukul yang hanya dijatuhkan disebut dengan drop hammer atau pemukul jatuh. Drop hammer merupakan pemukul jatuh yang terdiri dari balok pemberat yang dijatuhkan dari atas. Cara kerja drop hammer adalah penumbuk (hammer) ditarik ke atas dengan kabel dan kerekan sampai mencapai tinggi jatuh tertentu, kemudian penumbuk (hammer) tersebut jatuh bebas menimpa kepala tiang pancang . Untuk menghindari kerusakan pada tiang pancang maka pada kepala tiang dipasang topi/ cap (shock absorber), cap ini biasanya

Metode Pelaksanaan Pekerjaan Tulangan Struktur

Secara umum, pekerjaan pembesian merupakan bagian dari pekerjaan struktur. Pekerjaan ini memegang peranan penting dari aspek kualitas pelaksanaan mengingat fungsi besi tulangan penting dalam kekuatan struktur gedung. Berikut adalah metode pelaksanaan pekerjaan pembesian mulai dari tahap penyimpanan hingga pemasangan tulangan. Pengadaan Material Baja Tulangan Material yang digunakan untuk pekerjaan pembesian gedung pada umumnya adalah baja tulangan ulir. Material berasal dari supplier dan diangkut ke lokasi proyek menggunakan truk. Material yang telah sampai ke lokasi proyek akan diuji terlebih dahulu untuk memeriksa mutu dan kualitas seperti yang sudah ditetapkan. Pengujian yang dilakukan pada umumnya adalah tes tarik, tes tekuk, dan tes tekan. Sampel diambil secara acak untuk setiap beberapa ton baja ntuk masing-masing diameter dengan panjang masing-masing 1 meter. Apabila mutunya sesuai dengan spesifikasi, maka material baja tulangan akan disimpan. Jika tidak sesuai,

Rasio Beton dan Besi

Rasio Beton (n) adalah sebagai berikut: - Plat 0,12 - Kolom 0,07 - 0,08 - Balok 0,1 - Total 0,3 - Konstruksi Khusus 0,4 Beton (m3) = Luas (m2)* n (m) Rasio Besi (m) adalah sebagai berikut: - Kolom 150 - 200 kg/m3 - Balok 100 - 150 kg/m3 - Pelat = 80 - 100 kg/m3 - Pilecap = 80 -120 kg/m3 - Raft = 90 - 120 kg/m3 Rasio hanya sebagai referensi, nilai tidak mutlak

Sistem Plumbing dan Sanitasi

PLAMBING : untuk air bersih SANITASI : untuk pembuangan (cair dan padat) PLAMBING : penyediaan air bersih yang dikehendaki dengan tekanan dan debit yang cukup SANITASI : membuang atau pengeluaran air kotor dari tempat tertentu tanpa mencemarkan bagian lainnya. PERALATAN SANITER : SHAFT : lubang di lantai yang digunakan untuk saluran - saluran vertikal LAVATORI : wastafel URINAL : pembuangan air kencing pria BIDET : pembuangan air kencing wanita FLOOR DRAIN : pembuangan air di kamar mandi PIPA AIR BERSIH harus diisi penuh dengan air. PIPA SANITASI digunakan hanya separuh dari pipa. JENIS DAN PERALATAN PLAMBING : 1. Peralatan Air Minum 2. Peralatan Air Panas 3. Peralatan Pembuangan dan Vent 4. Peralatan Saniter ( Plumbing Fixture) : Peralatan Pemadam Kebakaran Peralatan Pengolahan Air Kotor Peralatan Penyediaan Gas Peralatan Dapur Besar Peralatan Pencucian (laundry) Peralatan Air Pendingin (CHILER) dan berbagai pipa i

Penentuan Berat Hammer untuk Tiang Pancang

Lanjutan dari Pondasi Tiang Pancang dengan Drop Hammer Hal yang perlu diperhatikan untuk penentuan berat Hammer: 1) Untuk tiang pancang beton precast yang berat ke dalam lapisan tanah yang padat seperti pada stiff clay, compact gravel dan sebagainya maka akan sesuai bila dipilih alat pancang yang mempunyai : - Berat penumbuk (hammer) yang besar. - Tinggi jatuh pendek. - Kecepatan hammer yang rendah pada saat hammer menimpa tiang pancang. Type alat pancang yang sesuai dengan pekerjaan ini adalah type Single – Acting Hammer. Dengan keadaan alat pancang tersebut akan diperoleh lebih banyak energi yang disalurkan pada penurunan tiang pancang dan mengurangi kerusakan-kerusakan pada kepala tiang pancang akibat pemancangan.  2) Untuk tiang pancang yang ringan atau tiang pipa dan baja yang berbentuk pipa tipis sering terjadi pipa tersebut rusak sebelum mencapai kedalaman yang direncankan sehingga pada tanah padat akan sesuai bila dipergunakan alat pancang yang mempun