Beton Serat Bertulang / Steel Fiber Reinforced Concrete Skip to main content

Beton Serat Bertulang / Steel Fiber Reinforced Concrete

Steel Fiber Reinforced Concrete adalah bahan komposit yang memiliki serat sebagai bahan tambahan, tersebar merata secara acak dalam persentase kecil, yaitu antara 0,3% dan 2,5% volume dalam beton polos. SFRC diproduksi dengan menambahkan serat baja ke bahan beton di mixer dan dengan mentransfer beton hijau ke dalam cetakan. Produk tersebut kemudian dipadatkan dan diawetkan dengan metode konvensional. Segregasi atau balling adalah salah satu masalah yang dihadapi selama pencampuran dan pemadatan SFRC. Ini harus dihindari untuk distribusi serat yang seragam. Energi yang dibutuhkan untuk pencampuran, pengangkutan, penempatan dan penyelesaian SFRC sedikit lebih tinggi. Penggunaan pan mixer dan dispenser serat untuk membantu pencampuran yang lebih baik dan untuk mengurangi pembentukan gumpalan serat sangat penting. Pembatasan ukuran maksimum agregat hingga 20 mm kadang-kadang, biasanya diperlukan kandungan semen 350 kg hingga 550 kg per meter kubik.
Steel Fiber Reinforced Concrete terbagi ke dalam 2 jenis, yakni beton serat buatan dan serat alami. Pada serat buatan, bagian dalamnya terdiri atas sejumlah senyawa polimer yang memiliki daya tahan tingkat tinggi. Beton berserat buatan juga berdaya kuat terhadap tarikan, kelenturan tingkat tinggi dan titik leleh. Serat tersebut diaplikasikan pada beton khusus dan berkualitas. 
Sementara pada Steel Fiber Reinforced Concrete berserat alami merupakan material yang terbuat dari aneka tumbuhan. Karena bersifat  menyerap dan melepaskan air, maka wajar jika beton ini mudah terserang pelapukan. Inilah yang menjadi sebab mengapa serat alami ini tidak direkomendasikan untuk beton khusus dan berkualitas.

Penambahan serat pada beton mempengaruhi sifat fisik beton pada umumnya. Berbeda halnya dengan beton tanpa serat, beton berserat menampilkan kesan kaku dan meminimalisir nilai slump nilai slump. Sementara pada sifat mekanisnya, pemberian serta hingga batas optimum dapat menaikkan daya tarik dan lentur pada beton, namun tidak pada daya tekannya yang cenderung menurun. Jenis serat yang berpengaruh baik terhadap kinerja beton adalah serat baja (kawat) dan serat tembaga.

Fungsi Fiber pada Beton
Keberadaan serat atau fiber pada beton memang berdampak pada tingkat kekakuan yang berangsur membaik, ditambah lagi dengan jumlah defleksi yang berkurang. Dengan demikian fungsi fiber pada beton ini dapat meningkatkan kekuatan dan kekokohan beton. Struktur beton pun akan terlindungi dari bahaya runtuhnya bangunan secara tiba-tiba.

Keunggulan Menggunakan Fiber
  • Meminimalisir terjadinya segregasi
  • Meningkatkan kemampuan penyerapan energi
  • Meningkatkan kekuatan dan kelenturan beton
  • Beton terkesan lebih kaku
  • Meningkatkan kekuatan tekanan, tarikan dan daya desak beton
  • SFRC mendistribusikan tegangan lokal.
  • Pengurangan biaya perawatan dan perbaikan.
  • Memberikan permukaan yang keras dan tahan lama terhadap debu dan keausan.
  • Pengurangan penyusutan
  • Ketangguhan-dengan mencegah/menunda perambatan retak dari retakan mikro ke retak makro.
Kelemahan Menggunakan Fiber
  • Biaya bertambah karena penambahan material serat pada beton
  • Proses pemasangan cenderung lebih rumit daripada beton-beton pada umumnya
Pengaruh Fiber (Bahan Serat) Terhadap Peningkatan Kekuatan Beton
Selain faktor lemahnya kelenturan dan daya tahan beton, faktor cuaca dan suhu juga mempengaruhi kekuatan beton. Oleh karena itu telah banyak penelitian yang sudah dilakukan terkait mengatasi permasalahan atau kelemahan tersebut. Hingga akhirnya, bahan serat atau fiber muncul sebagai solusi dengan cara menambahkannya pada adukan beton.

Tips Memilih Serat Beton yang Benar dan Efektif
  • Panjang serat memadai
  • Volume serat memadai
  • Diameter serat memadai
  • Serat dapat mengikat dengan baik antara satu dengan yang lain
  • Serat bersifat kaku dengan elastisitas tingkat tinggi
Jenis Serat Fiber Reinforced Concrete
Berikut ini sejumlah jenis serat yang seringkali digunakan pada fiber reinforced concrete. Masing-masing dari serat atau fiber tersebut memiliki klasifikasi yang berbeda-beda. Sesuai dengan kegunaan atau fungsi pemasangannya.
1. Steel Fiber Shapes (Fiber Baja)
  • Hooked
  • Double Duo Form
  • Paddled
  • Irregular
  • Straight
  • Crimped
  • Ordinary Duo Form
  • Enlarged ends
  • Indented
2. Steel Fiber Cross Section (Penampang Fiber Baja)
  • Wire/Round
  • Irregular/Melt Extract
  • Sheet/Rectangular
3. Fibers Glued Together into a Bundle (Fiber Satu Ikatan)

Aplikasi Penggunaan Steel Fiber Reinforced Concrete
Aplikasi Steel Fiber Reinforced Concrete sangat bervariasi dan tersebar luas, sehingga sulit untuk mengkategorikannya. Berikut ini adalah aplikasi umum dari konstruksi beton bertulang serat baja:
  • Tunnel linings
  • Lubang Got / Manhole
  • Risers
  • Burial Vaults
  • Septic Tanks
  • Curbs
  • Pipes
  • Covers
  • Sleepers
Penerapan Beton Bertulang Serat Baja pada Struktur Lainnya
A) Perkerasan Jalan Raya Dan Lapangan Terbang
  • Perbaikan perkerasan eksisting
  • Pengurangan ketebalan perkerasan.
  • Peningkatan resistensi terhadap impact
  • Peningkatan jarak sambungan transversal dan longitudinal
  • Permukaan yang halus
B) Struktur Hidrolik
  • Ketahanan terhadap kavitasi atau kerusakan erosi.
  • Perbaikan spilling basin
C) Fiber Shotcrete (FRS)
Masuknya serat baja dalam shotcrete meningkatkan banyak sifat mekanik bahan dasar yaitu ketangguhan, ketahanan benturan, kekuatan geser, kekuatan lentur, dan faktor daktilitas. FRS telah digunakan untuk
  • Stabilisasi batuan, terowongan, bendungan, tambang.
  • Lengkungan jembatan, struktur kubah, pembangkit tenaga listrik
  • Stabilisasi lereng untuk mencegah longsor perbaikan permukaan beton yang rusak, saluran air dll.

Comments

Popular posts from this blog

Metode Hydraulic Static Pile Driver (HSPD)

Hydraulic Static Pile Driver (HSPD) adalah suatu sistem pemancangan pondasi tiang yang dilakukan dengan Cara menekan tiang pancang masuk ke dalam tanah denganmenggunakan dongkrak hidraulis yang diberi beban berupa counterweight. Pada proses pemancangan tiang dengan menggunakan Hydraulic Static Pile Driver (HSPD), pelaksanaannya tidak menimbulkan getaran serta Gaya tekan dongkrak hidraulis langsung dapat dibaca melalui sebuah manometer sehingga besarnya Gaya tekan tiang setiap mencapai kedalaman tertentu dapat diketahui. Kapasitas alat pemancangan HSPD ini ada bermacam tipe yaitu 120 Ton, 320 Ton, 450 Ton, pemilihan alat disesuaikan dengan desain load / beban rencana tiang pancang. Untuk menghindari terjadinya penyimpangan prosedur kerja yang tak terkendali, maka prosedur kerja harus diikuti secara cermat. Oleh karena itu, segala perubahan atau penyesuaian yang dilakukan sebagai antisipasi atas kondisi lapangan hanya boleh dilaksanakan atas petunjuk dari site manager dan dengan persetuj

Pondasi Jalur atau Memanjang (Strip Foundations)

Pondasi jalur/ pondasi memanjang (kadang disebut juga pondasi menerus) adalah jenis pondasi yang digunakan untuk mendukung beban memanjang atau beban garis, baik untuk mendukung beban dinding atau beban kolom   dimana penempatan kolom   dalam jarak yang dekat dan fungsional kolom tidak terlalu mendukung beban berat sehingga pondasi tapak tidak terlalu dibutuhkan. Pondasi jalur/ pondasi memanjang biasanya dapat dibuat dalam bentuk memanjang dengan potongan persegi ataupun trapesium. Bisanya digunakan untuk pondasi dinding maupun kolom praktis. Bahan untuk pondasi ini dapat menggunakan pasangan patu pecah, batu kali, cor beton tanpa tulangan dan dapat juga menggunakan pasangan batu bata dengan catatan tidak mendukung beban struktural. Pondasi Jalur atau Pondasi Memanjang Pondasi ini digunakan pada bangunan sederhana yang kondisi tanah aslinya cukup baik. Biasanya kedalaman pondasi ini antara 60 - 80 cm. Dengan lebar tapak sama dengan tingginya. Kebutuhan bahan baku untuk pondasi in

Pondasi Tiang Pancang dengan Drop Hammer

Dalam pembangunan sebuah gedung, pondasi adalah salah satu bagian terpenting untuk  menopang bangunan di atas tanah. Untuk pemasangan pondasi pada bangunan sederhana tidak memerlukan alat bantu, tetapi untuk pemasangan pondasi pada bangunan pencakar langit yang biasanya menggunakan pondasi tiang pancang maka diperlukan alat bantu. Alat bantu tersebut berupa alat pemukul yang dapat berupa pemukul (hammer) mesin uap, pemukul getar, atau pemukul yang hanya dijatuhkan. Alat pemukul yang berupa pemukul yang hanya dijatuhkan disebut dengan drop hammer atau pemukul jatuh. Drop hammer merupakan pemukul jatuh yang terdiri dari balok pemberat yang dijatuhkan dari atas. Cara kerja drop hammer adalah penumbuk (hammer) ditarik ke atas dengan kabel dan kerekan sampai mencapai tinggi jatuh tertentu, kemudian penumbuk (hammer) tersebut jatuh bebas menimpa kepala tiang pancang . Untuk menghindari kerusakan pada tiang pancang maka pada kepala tiang dipasang topi/ cap (shock absorber), cap ini biasanya

Metode Pelaksanaan Pekerjaan Tulangan Struktur

Secara umum, pekerjaan pembesian merupakan bagian dari pekerjaan struktur. Pekerjaan ini memegang peranan penting dari aspek kualitas pelaksanaan mengingat fungsi besi tulangan penting dalam kekuatan struktur gedung. Berikut adalah metode pelaksanaan pekerjaan pembesian mulai dari tahap penyimpanan hingga pemasangan tulangan. Pengadaan Material Baja Tulangan Material yang digunakan untuk pekerjaan pembesian gedung pada umumnya adalah baja tulangan ulir. Material berasal dari supplier dan diangkut ke lokasi proyek menggunakan truk. Material yang telah sampai ke lokasi proyek akan diuji terlebih dahulu untuk memeriksa mutu dan kualitas seperti yang sudah ditetapkan. Pengujian yang dilakukan pada umumnya adalah tes tarik, tes tekuk, dan tes tekan. Sampel diambil secara acak untuk setiap beberapa ton baja ntuk masing-masing diameter dengan panjang masing-masing 1 meter. Apabila mutunya sesuai dengan spesifikasi, maka material baja tulangan akan disimpan. Jika tidak sesuai,

Rasio Beton dan Besi

Rasio Beton (n) adalah sebagai berikut: - Plat 0,12 - Kolom 0,07 - 0,08 - Balok 0,1 - Total 0,3 - Konstruksi Khusus 0,4 Beton (m3) = Luas (m2)* n (m) Rasio Besi (m) adalah sebagai berikut: - Kolom 150 - 200 kg/m3 - Balok 100 - 150 kg/m3 - Pelat = 80 - 100 kg/m3 - Pilecap = 80 -120 kg/m3 - Raft = 90 - 120 kg/m3 Rasio hanya sebagai referensi, nilai tidak mutlak

Sistem Plumbing dan Sanitasi

PLAMBING : untuk air bersih SANITASI : untuk pembuangan (cair dan padat) PLAMBING : penyediaan air bersih yang dikehendaki dengan tekanan dan debit yang cukup SANITASI : membuang atau pengeluaran air kotor dari tempat tertentu tanpa mencemarkan bagian lainnya. PERALATAN SANITER : SHAFT : lubang di lantai yang digunakan untuk saluran - saluran vertikal LAVATORI : wastafel URINAL : pembuangan air kencing pria BIDET : pembuangan air kencing wanita FLOOR DRAIN : pembuangan air di kamar mandi PIPA AIR BERSIH harus diisi penuh dengan air. PIPA SANITASI digunakan hanya separuh dari pipa. JENIS DAN PERALATAN PLAMBING : 1. Peralatan Air Minum 2. Peralatan Air Panas 3. Peralatan Pembuangan dan Vent 4. Peralatan Saniter ( Plumbing Fixture) : Peralatan Pemadam Kebakaran Peralatan Pengolahan Air Kotor Peralatan Penyediaan Gas Peralatan Dapur Besar Peralatan Pencucian (laundry) Peralatan Air Pendingin (CHILER) dan berbagai pipa i

Penentuan Berat Hammer untuk Tiang Pancang

Lanjutan dari Pondasi Tiang Pancang dengan Drop Hammer Hal yang perlu diperhatikan untuk penentuan berat Hammer: 1) Untuk tiang pancang beton precast yang berat ke dalam lapisan tanah yang padat seperti pada stiff clay, compact gravel dan sebagainya maka akan sesuai bila dipilih alat pancang yang mempunyai : - Berat penumbuk (hammer) yang besar. - Tinggi jatuh pendek. - Kecepatan hammer yang rendah pada saat hammer menimpa tiang pancang. Type alat pancang yang sesuai dengan pekerjaan ini adalah type Single – Acting Hammer. Dengan keadaan alat pancang tersebut akan diperoleh lebih banyak energi yang disalurkan pada penurunan tiang pancang dan mengurangi kerusakan-kerusakan pada kepala tiang pancang akibat pemancangan.  2) Untuk tiang pancang yang ringan atau tiang pipa dan baja yang berbentuk pipa tipis sering terjadi pipa tersebut rusak sebelum mencapai kedalaman yang direncankan sehingga pada tanah padat akan sesuai bila dipergunakan alat pancang yang mempun