Kecerdasan Adversitas (Adversity Intelligence) adalah suatu konsep mengenai kualitas pribadi yang dimiliki seseorang untuk menghadapi berbagai kesulitan dan dalam usaha mencapai kesuksesan di berbagai bidang hidupnya (Paul G Stoltz, 2000: 9)
Adversity Intelligence menginformasikan pada individu mengenai kemampuannya dalam menghadapi sebuah keadaan atau situasi yang sulit (adversity) dan kemampuan untuk mengatasinya, meramalkan individu yang mampu dan tidak mampu menghadapi kesulitan, meramalkan mereka yang akan melampaui dan mereka yang akan gagal melampaui harapan-harapan atas kinerja dan potensi yang dimiliki, dan meramalkan individu yang akan menyerah dan yang akan bertahan dalam menghadapi kesulitan.
Definisi kesuksesan yang dikemukakan oleh Stolz (2000: 38) adalah tingkat dimana seseorang bergerak maju untuk mencapai misinya, meskipun banyak hambatan atau kesulitan yang dihadapi. Faktor tersebut adalah kecerdasan adversitas.
Kecerdasan adversitas merupakan kecerdasan yang dimiliki seseorang ketika menghadapi permasalahan, atau bisa dikatakan merupakan kecerdasan daya juang seseorang. Fungsi dari AI adalah:
- Menjelaskan bagaimana sebaiknya tetap bertahan pada masa-masa kesulitan dan meningkatkan kemampuan kita untuk mengatasinya.
- Memprediksi siapa saja yang akan dapat mengatasi kesulitan dan siapa saja yang tidak akan dapat mengatasinya.
- Memprediksi siapa saja yang akan memiliki harapan yang tinggi terhadap kinerjanya dan siapa yang tidak.
- Memprediksi siapa yang menyerah dan yang tidak.
Aspek-aspek Kecerdasan Adversitas
Menurut Stoltz (2000: 140-148) Adversty Intelligence atau Adversity quotient (AQ) dari seseorang terdiri dari empat dimensi yang dikenal dengan istilah CO2RE (Control, Origin Ownership, Reach, Endurance).
1. Kendali (control)
Dimensi ini ditunjukan untuk mengetahui seberapa banyak kendali yang dapat dirasakan terhadap suatu peristiwa yang menimbulkan kesulitan.
Dimensi menggambarkan sejauh mana individu dapat merasakan bahwa kendali tersebut berperan dalam peristiwa yang menimbulkan kesulitan seperti mampu mengendalikan situasi tertentu dan sebagainya.
Dimensi ini memiliki dua fase yaitu sejauh mana seseorang mampu mempengaruhi secara positif suatu situasi dan sejauh mana seseorang mampu mengendalikan respon terhadap suatu situasi. Kendali diawali dengan pemahaman bahwa sesuatu, apapun itu, dapat dilakukan.
Kendali atau control merupakan tingkat optimisme individu mengenai situasi yang dihadapi, apabila situasi berada dalam kendali individu maka dalam diri individu akan membentuk intensi menyelesaikan masalah. Individu yang memiliki kendali yang tinggi akan berinisiatif menangkap peluang yang ada.
2) Asal-usul dan Pengakuan (Origin & Ownership)
Dimensi ini mempertanyakan siapa atau apa yang menimbulkan kesulitan dan sejauh mana seseorang menganggap dirinya mempengaruhi dirinya sebagai penyebab dan asal usul kesulitan seperti penyesalan, pengalaman dan sebagainya.
Dimensi menggambarkan kemampuan individu dalam menempatkan perasaan dirinya dengan berani menanggung akibat dari situasi yang ada, sehingga dapat melakukan perbaikan atas masalah yang terjadi.
Dimensi ini mengukur sejauh mana seseorang menanggung akibat dari situasi saat itu, tanpa mempermasalahkan penyebabnya. Dimensi ini mempunyai keterkaitan dengan rasa bersalah. Suatu kadar rasa bersalah yang adil dan tepat diperlukan untuk menciptakan pembelajaran yang kritis atau lingkaran umpan balik yang dibutuhkan untuk melakukan perbaikan secara terus menerus. Kemampuan untuk menilai apa yang dilakukan dengan benar atau salah dan bagaimana memperbaikinya merupakan hal yang mendasar untuk mengembangkan pribadi.
Asal-usul dan Pengakuan (origin and ownership) merupakan faktor yang menjadi awal tindakan individu. Apabila individu memandang penyebab atau asal-usul kesalahan bukan berasal dari diri individu melainkan berasal dari luar atau masalah itu sendiri maka akan timbul intensi untuk melakukan sesuatu yang mampu menyelesaikan masalah tersebut.
3) Jangkauan (Reach)
Dimensi ini merupakan bagian dari AQ yang mengajukan pertanyaan sejauh mana kesulitan yang dihadapi akan menjangkau bagian-bagian lain dari kehidupan individu seperti hambatan akibat panik, hambatan akibat malas dan sebagainya.
Dimensi menggambarkan kemampuan individu dalam menjangkau dan membatasi masalah agar tidak menjangkau bidang-bidang yang lain dari kehidupan individu.
Dimensi ini melihat sejauh mana individu membiarkan kesulitan menjangkau bidang lain pekerjaan dan kehidupan individu.
Jangkauan (reach) merupakan faktor sejauh mana kesulitan yang dihadapi individu, semakin besar kesulitan-kesulitan yang dihadapi individu maka semakin rendah intensi individu dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi.
4) Daya Tahan (Endurance)
Dimensi keempat ini adalah dimensi yang mempertanyakan dua hal yang berkaitan dengan berapa lama penyebab kesulitan itu akan terus berlangsung dan tanggapan indivudu terhadap waktu dalam menyelesaikan masalah.
Dimensi menggambarkan kemampuan individu dalam mempersepsi kesulitan, dan kekuatan dalam menghadapi kesulitan tersebut dengan menciptakan ide dalam pengatasan masalah sehingga ketegaran hati dan keberanian dalam penyeleasaian masalah dapat terwujud.
Dimensi ini berupaya melihat berapa lama seseorang mempersepsi kesulitan tersebut akan berlangsung.
Daya tahan (endurance) merupakan jangka waktu masalah yang dihadapi, apabila lama masalah yang dihadapi maka intensi yang ada dalam diri individu menjadi rendah.
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kecerdasan Adversitas
Aspek-aspek yang ada dalam pohon kesuksesan tersebut yang dianggap mempengaruhi kecerdasan adversitas antara lain:
1) Faktor Internal
a) Genetika
Warisan genetis tidak akan menentukan nasib seseorang tetapi pasti ada pengaruh dari faktor ini.
b) Keyakinan
Keyakinan mempengaruhi seseorang dalam menghadapi suatu masalah serta membantu seseorang dalam mencapai tujuan hidup.
c) Bakat
Bakat adalah gabungan pengetahuan, kompetensi, pengalaman, dan keterampilan.
d) Hasrat atau kemauan
Hasrat menggambarkan motivasi, antusias, gairah, dorongan, ambisi, dan semangat.
e) Karakter
Seseorang yang berkarakter baik, semangat, tangguh, dan cerdas akan memiliki kemampuan untuk mencapai sukses.
f) Kinerja
Merupakan bagian yang mudah dilihat orang lain sehingga seringkali hal ini sering dievaluasi dan dinilai.
g) Kecerdasan
Bidang kecerdasan yang dominan biasanya mempengaruhi karier, pekerjaan, pelajaran, dan hobi.
h) Kesehatan
Seseorang yang dalam keadaan sakit akan mengalihkan perhatiannya dari masalah yang dihadapi.
2) Faktor Eksternal
a) Pendidikan
Pendidikan dapat membentuk kecerdasan, pembentukan kebiasaan yang sehat, perkembangan watak, keterampilan, hasrat, dan kinerja yang dihasilkan.
b) Lingkungan
Individu yang terbiasa hidup dalam lingkungan sulit akan memiliki adversity quotient yang lebih tinggi.
Tingkatan dalam Kecerdasan Adversitas
Stoltz mengelompokkan individu berdasarkan daya juangnya menjadi tiga: quitter, camper, dan climber.
a. Quitters
Quitters yaitu orang yang memilih keluar, menghindari kewajiban, mundur, dan berhenti.
Individu dengan tipe ini memilih untuk berhenti berusaha, mereka mengabaikan menutupi dan meninggalkan dorongan inti yang manusiawi untuk terus berusaha.
Ciri - ciri Quitters
b. Campers
Campers yaitu orang yang telah berusaha sedikit kemudian mudah merasa puas atas apa yang dicapainya.
Kebanyakan para campers menganggap hidupnya telah sukses sehingga tidak perlu lagi melakukan perbaikan dan usaha.
Ciri - ciri Campers
Stoltz mengelompokkan individu berdasarkan daya juangnya menjadi tiga: quitter, camper, dan climber.
a. Quitters
Quitters yaitu orang yang memilih keluar, menghindari kewajiban, mundur, dan berhenti.
Individu dengan tipe ini memilih untuk berhenti berusaha, mereka mengabaikan menutupi dan meninggalkan dorongan inti yang manusiawi untuk terus berusaha.
Ciri - ciri Quitters
- Menolak untuk mendaki lebih tinggi lagi
- Gaya hidupnya tidak menyenangkan atau datar dan tidak “lengkap”
- Terampil dalam menggunakan kata-kata yang sifatnya membatasi, seperti “tidak mau”, “mustahil”, “ini konyol” dan sebagainya.
- Cenderung menghindari tantangan berat yang muncul dari komitmen yang sesungguhnya
- Jarang sekali memiliki persahabatan yang sejati
- Bekerja sekedar cukup untuk hidup
- Kemampuannya kecil atau bahkan tidak ada sama sekali
- Tdak memiliki visi dan keyakinan akan masa depan
- Kontribusinya sangat kecil.
- Cenderung melawan atau lari dan cenderung menolak perubahan
b. Campers
Campers yaitu orang yang telah berusaha sedikit kemudian mudah merasa puas atas apa yang dicapainya.
Kebanyakan para campers menganggap hidupnya telah sukses sehingga tidak perlu lagi melakukan perbaikan dan usaha.
Ciri - ciri Campers
- Mereka mau berusaha, meskipun akan “berhenti” di titik tertentu, dan merasa cukup sampai disitu
- Prestasi mereka tidak tinggi, dan kontribusinya tidak besar juga
- Mengorbankan kemampuan individunya untuk mendapatkan kepuasan, dan mampu membina hubungan dengan para camper lainnya
- Cukup puas telah mencapai suatu tahapan tertentu (satisficer)
- Menggunakan bahasa dan kata-kata yang kompromistis, misalnya, “ini cukup bagus”, atau “kita cukuplah sampai di sini saja”
- Menahan diri terhadap perubahan, meskipun kadang tidak menyukai perubahan besar
- Merasa nyaman dengan kondisi yang ada
- Meskipun telah melalui berbagai rintangan, namun mereka akan berhenti juga pada suatu tempat dan mereka tetap di titik itu
- Masih memiliki sejumlah inisiatif, sedikit semangat, dan beberapa usaha.
c. Climbers
Climbers adalah individu yang melakukan usaha sepanjang hidupnya.
Tanpa menghiraukan latar belakang, keuntungan kerugian, nasib baik maupun buruk, individu dengan tipe ini akan terus berusaha.
Ciri - ciri Climbers
- Mereka berusaha dirinya untuk terus maju, mereka adalah pemikir yang selalu memikirkan kemungkinan-kemungkinan
- Menyambut baik tantangan, memotivasi diri, memiliki semangat tinggi, dan berjuang mendapatkan yang terbaik dalam hidup;
- Cenderung membuat segala sesuatu terwujud
- Memberikan kontribusi yang cukup besar karena bisa mewujudkan potensi yang ada pada dirinya
- Tidak takut menjelajahi potensi-potensi tanpa batas yang ada di manusia
- Memahami dan menyambut baik risiko menyakitkan yang ditimbulkan karena bersedia menerima kritik
- Menyambut baik setiap perubahan, bahkan ikut mendorong setiap perubahan tersebut ke arah yang positif
- Tidak merasa asing dengan situasi yang sulit karena kesulitan merupakan bagian dari hidup
- Bahasa yang digunakan adalah bahasa dan kata-kata yang penuh dengan kemungkinan-kemungkinan
- Mereka berbicara tentang apa yang bisa dikerjakan dan cara mengerjakannya
- Mereka berbicara tentang tindakan, dan tidak sabar dengan kata-kata yang tidak didukung dengan perbuatan
- Hidupnya “lengkap” karena telah melewati dan mengalami semua tahapan sebelumnya.
- Mereka menyadari bahwa akan banyak imbalan yang diperoleh dalam jangka panjang melalui “langkah-langkah kecil” yang sedang dilewatinya
Peranan Kecerdasan Adversitas dalam Kehidupan
Faktor kesuksesan yang dipengaruhi oleh kemampuan pengendalian individu serta cara individu tersebut merespon kesulitan antara lain:
a. Daya Saing
Persaingan sebagian besar berkaitan dengan harapan, kegesitan, dan keuletan yang sangat ditentukan oleh cara seseorang menghadapi tantangan dan kegagalan dalam kehidupan. Individu yang bereaksi secara konstruktif terhadap kesulitan lebih tangkas dalam memelihara energi, fokus, dan tenaga yang diperlukan supaya berhasil dalam persaingan.
b. Produktivitas
Terdapat korelasi yang kuat antara kinerja dan cara-cara merespon kesulitan yaitu orang yang tidak merespon kesulitan dengan baik kurang berproduksi memiliki kinerjanya lebih buruk daripada mereka yang merespon kesulitan dengan baik.
c. Kreativitas
Kreativitas muncul dalam keputusasaan dimana menuntut kemampuan untuk mengatasi kesulitan yang oleh hal-hal yang tidak pasti. Orang yang tidak mampu menghadapi kesulitan menjadi tidak mampu bertindak kreatif.
d. Motivasi
Orang yang kecerdasan adversitasnya tinggi dianggap sebagi orang-orang yang paling memiliki motivasi.
e. Mengambil Resiko
Orang yang merespon kesulitan secara lebih konstruktif, bersedia mengambil banyak resiko.
f. Perbaikan
Perbaikan terus-menerus perlu dilakukan supaya individu bisa bertahan hidup dikarenakan individu yang memiliki kecerdasan adversitas yang lebih tinggi menjadi lebih baik.
g. Ketekunan
Ketekunan adalah kemampuan untuk terus menerus walaupun dihadapkan pada suatu kemunduran atau kegagalan.
h. Belajar
Orang dengan respon yang pesimistis terhadap kesulitan tidak akan banyak belajar dan berprestasi jika dibandingkan dengan anak-anak yang memiliki pola-pola yang lebih optimis.
i. Merangkul Perubahan
Orang yang memeluk perubahan cendrung merespon kesulitan secara lebih konstruktif. Mereka akan merespon dengan merubah kesulitan menjadi peluang. Sedangkan orang yang hancur dalam perubahan akan hancur oleh kesulitan.
Mengembangkan Kecerdasan Adversitas
Cara mengembangkan dan menerapkan kecerdasan adversitas dapat diringkas dalam kata LEAD
a. Listened (dengar)
Individu berusaha menyadari dan menemukan jika terjadi kesulitan, kemudian menanyakan pada diri sendiri apakah itu respon kecerdasan adversitas yang tinggi atau rendah, serta menyadari dimensi kecerdasan adversitas mana yang paling tinggi.
b. Explored (gali)
Pada tahap ini, individu didorong untuk menjajaki asal-usul atau mencari penyebab dari masalah. Setelah itu menemukan mana yang merupakan kesalahannya, lalu mengeksplorasi alternatif tindakan yang tepat.
c. Analized (analisa)
Pada tahap ini, individu diharapkan mampu menganalisa bukti apa yang menyebabkan individu tidak dapat mengendalikan masalah, bukti bahwa kesulitan itu harus menjangkau wilayah lain dalam kehidupan, serta bukti mengapa kesulitan itu harus berlangsung lebih lama dari semestinya.
d. Do (lakukan)
Terakhir, individu diharapkan dapat mengambil tindakan nyata setelah melewati tahapan-tahapan sebelumnya. Sebelumnya diharapkan individu dapat mendapatkan informasi tambahan guna melakukan pengendalian situasi yang sulit, kemudian membatasi jangkauan keberlangsungan masalah saat kesulitan itu terjadi.
source:
Adversity Intelligence - Digilib UIN Sunan Ampel Surabaya
Comments
Post a Comment