Baja memiliki sifat yang berbeda-beda tergantung dari hasil produksinya. Namun secara umum material baja memiliki ketahanan yang prima terhadap karat, memiliki sifat magnet yang kuat, koefisien muai yang tergolong rendah, tahan terhadap beban atau tekanan, dan juga tahan terhadap asam.
Karakteristik Baja
Berikut ini adalah karakteristik penting dari baja:
- Machineability (Sifat Mampu Mesin)
- Weldability
- Hardenability
- Workability (Bending or Forming)
- Wear resistance
- Corrosion resistance
1. Machineability / Sifat Mampu Mesin
Dalam kasus pemotongan atau pemindahan material untuk desain yang unik, properti machinability dari baja harus berperan dalam pemilihan material. Machinability tergantung pada banyak faktor, seperti ketika material mengeras, itu akan mengurangi masa pakai alat dan meningkatkan biaya suku cadang.
Secara umum, kandungan karbon baja secara signifikan mempengaruhi kemampuan mesinnya. Bahan baja karbon tinggi secara signifikan lebih sulit dikerjakan karena lebih kuat dan mungkin mengandung karbida yang menimbulkan korosi pada alat pemotong.
Alternatifnya, baja karbon rendah bermasalah karena kelembutannya. Baja karbon rendah cenderung menempel pada pahat pemotong, menghasilkan tepian yang menumpuk yang mempersingkat masa pakai pahat. Dengan demikian, baja dengan jumlah karbon sedang, sekitar 0,20%, memiliki machinability terbaik.
2. Weldability / Kemampuan Las
Weldability adalah properti baja yang menjelaskan betapa mudahnya baja digunakan dalam fabrikasi dan manufaktur. Seperti namanya, kemampuan las suatu material mengacu pada kemampuannya untuk mengelas. Bahan dengan kemampuan las rendah cenderung retak karena tekanan lokal dan pemanasan pada sambungan las.
Kemampuan las suatu material berbanding terbalik dengan kekerasan materialnya. Akibatnya, jika suatu material dapat dikeraskan, maka akan cenderung mengeras selama proses pengelasan, sehingga terjadi kegetasan dan retak.
Beberapa mode kegagalan dapat diukur untuk kemampuan las baja, termasuk perengkahan dingin akibat hidrogen, robekan pipih, dan pengelupasan las titik. Yang paling menonjol adalah perengkahan dingin akibat hidrogen.
3. Hardenability / Kemampuan Mengeras
Dalam hal kemampukerasan baja, ini adalah ukuran seberapa banyak material akan mengeras dengan adanya panas setelah diolah. Ini jangan dikacaukan dengan kekerasan, yang mempertimbangkan ketahanan spesimen terhadap lekukan dan goresan.
Ini adalah properti penting untuk pengelasan, karena berbanding terbalik dengan kemampuan las, yaitu ketika kemampuan mengeras meningkat, kemampuan las menurun, dan sebaliknya. Baja dengan kekerasan tinggi mungkin memiliki tingkat kekerasan tertentu selama fase desain.
Ini adalah standar untuk perkakas dan aplikasi yang menuntut daya tahan permukaan. Dimungkinkan untuk menyesuaikan sifat material dengan menyesuaikan kekerasannya karena kekerasan dan keuletan berbanding terbalik.
4. Workability (Menekuk atau Membentuk)
Workability adalah kapasitas material yang berubah bentuk dalam proses pengerjaan logam tertentu. Ini mempengaruhi seberapa mudah suatu material dapat ditekuk atau dibentuk. Biasanya digunakan untuk membentuk lembaran logam atau pelat baja menjadi berbagai bentuk, mulai dari panel mobil hingga tabung baja canai besar.
Kekerasan dan keuletan logam dapat sangat mempengaruhi workability. Baja karbon tinggi memiliki keuletan yang rendah, membuatnya kurang bisa diterapkan dibandingkan baja karbon rendah, yang memiliki keuletan tinggi. Workability juga dapat ditingkatkan dengan memanaskan logam, disebut sebagai hot working.
Saat logam dipanaskan, keuletannya meningkat, dan tegangan luluh berkurang, sehingga meningkatkan kemampuan kerja. Ini dapat digunakan untuk memanaskan logam berkekuatan tinggi yang biasanya retak saat dingin terbentuk.
5. Wear Resistance / Ketahanan Aus
Saat membuat cutting edge atau stamping die, sifat ketahanan aus dari baja akan menentukan berapa lama perkakas dapat digunakan sebelum rusak. Ini mengacu pada kemampuan suatu material untuk menahan kehilangan material oleh beberapa tindakan mekanis seperti abrasi, erosi, adhesi, kelelahan, atau kavitasi.
Bahan berlian dan safir memiliki ketahanan aus yang sangat tinggi, menjadikannya ideal untuk digunakan sebagai batu permata atau untuk alat pemotong yang berat. Ketahanan aus suatu material sangat dipengaruhi oleh kekerasan permukaannya. Kekerasan permukaan yang tinggi dari sebuah kikir memungkinkannya untuk mengikis logam lain dengan kekerasan yang lebih rendah tanpa mengalami keausan yang signifikan.
6. Tahan korosi
Ketahanan korosi menggambarkan seberapa baik suatu material dapat menahan kerusakan akibat oksidasi atau reaksi kimia lainnya. Logam yang berbeda memiliki tingkat ketahanan korosi yang berbeda. Logam yang terkena hujan, air, uap air, atau apapun yang dapat mengoksidasi permukaan logam rentan terhadap kerusakan korosi. Korosi dapat dengan mudah dikontrol menggunakan baja tahan karat atau galvanis, titanium, aluminium, dan baja pelapukan, dan lapisan sealant seperti cat dapat dipertahankan. Logam-logam ini sangat tahan korosi tetapi tidak tahan korosi. Jika logam terkena vakum, berkarat akan terjadi setelah waktu yang cukup. Karena itu, pemeliharaan dan pemantauan pencegahan korosi diperlukan untuk setiap komponen kritis. Perlu dihitung laju korosi untuk menentukan rekomendasi perawatan.
Comments
Post a Comment