Bahan Tambah Mineral (Additive)
Jenis bahan tambah mineral (additive) yang ditambahkan pada beton dimaksudkan untuk meningkatkan kinerja kuat tekan beton dan lebih bersifat penyemenan. Beton yang kekuarangan butiran halus dalam agregat menjadi tidak kohesif dan mudah bleeding. Untuk mengatasi kondisi ini biasanya ditambahkan bahan tambah additive yang berbentuk butiran padat yang halus. Penambahan additive biasanya dilakukan pada beton kurus, dimana betonnya kekurangan agregat halus dan beton dengan kadar semen yang biasa tetapi perlu dipompa pada jarak yang jauh. Yang termasuk jenis additive adalah : pozzollan, fly ash, slag dan silica fume.
Adapun keuntungan penggunaan additive adalah (Mulyono T, 2003) :
- Memperbaiki workability beton
- Mengurangi panas hidrasi
- Mengurangi biaya pekerjaan beton
- Mempertinggi daya tahan terhadap serangan sulfat
- Mempertinggi daya tahan terhadap serangan reaksi alkali-silika
- Menambah keawetan (durabilitas) beton
- Meningkatkan kuat tekan beton
- Meningkatkan usia pakai beton
- Mengurangi penyusutan
- Membuat beton lebih kedap air (porositas dan daya serap air pada beton rendah)
Pengaruh Bahan Tambah Mineral Pembantu
Bahan mineral pembantu saat ini banyak ditambahkan ke dalam campuran beton dengan berbagai tujuan, antara lain untuk mengurangi pemakaian semen, mengurangi temperatur akibat reaksi hidrasi, mengurangi atau menambah kelecakan beton segar. Cara pemakaiannya pun berbeda-beda, sebagai bahan pengganti sebagian semen atau sebagai tambahan pada campuran untuk mengurangi pemakaian agregat. Pembuatan beton dengan menggunakan bahan tambah akan memberikan kualitas beton yang baik apabila pemilihan kualitas bahannya baik, komposisi campurannya sesuai dan metode pelaksanaan pengecoran, pemeliharaan serta perawatannya baik.
Bahan tambahan mineral ini merupakan bahan padat yang dihaluskan yang ditambahkan untuk memperbaiki sifat beton agar beton mudah dikerjakan dan kekuatan serta keawetannya meningkat.
Chemical Admixture (Additive) : Bahan-bahan admixture yang dapat larut dalam air digolongkan sebagai chemical admixture
Mineral Admixture : Bahan-bahan admixture yang tidak dapat larut dalam air digolongkan sebagai mineral admixture
Ada 4 jenis bahan additive, yaitu:
1. Air-Entraining (AEA)
Penerapan:
- Untuk meningkatkan ketahanan beku/cair
- Untuk meningkatkan workabilitas
Pengaruh:
- Menghasilkan butiran-butiran udara kecil yang banyak dalam beton
Keterangan:
- Efisiensi semakin berkurang seiring dengan meningkatnya suhu, kadar semen tinggi dan kehadiran fly ash
2. Water-Reducing
Penerapan:
- Untuk meningkatkan workabilitas
- Untuk meningkatkan kekuatan pada tingkat workabilitas yang sama
- Untuk memperbaiki sifat beton yang menggunakan agregat bergradasi jelek
Pengaruh:
- Memisahkan partikel-partikel semen dan meningkatkan fluiditas beton
- Mengurangi kebutuhan air pencampur
- Dapat mempengaruhi waktu setting beton
Keterangan:
- Kandungan klorida harus dibatasi, overdosis lignosulphonates dapat menyebabkan penundaan pengerasan yang berlarut-larut. Selanjutnya hal ini dapat mempengaruhi kekuatan dan porositas beton.
3. High Range water Reducer Superplasticizers (HRWR)
Penerapan:
- Untuk memfasilitasi penempatan dan pemadatan (contoh pada elemen beton bertulang yang ditulangi dalam jumlah banyak)
- Untuk meningkatkan kekuatan
- Untuk menghasilkan bentuk permukaan yang berkualitas tinggi
- Untuk memfasilitasi pumping
Pengaruh:
- Meningkatkan fluiditas beton dengan pengaruh yang kecil pada waktu setting
Keterangan:
- Kecocokan dengan zat tambahan lain dalam campuran harus diperiksa, penambahan kembali air pada beton lebih dari sekali untuk mengembalikan slump dapat menyebabkan reduksi kekuatan ultimate.
4. Permeability Reducing
Penerapan:
- Untuk mengurangi perpindahan uap air
Pengaruh:
- Mengisi pori-pori dengan bahan-bahan yang reaktif, atau bahan penolak air (water-repellent)
Keterangan:
- Tidak akan mengubah beton kualitas rendah menjadi beton kedap air. Pengurangan permeabilitas disebabkan oleh meningkatnya workabilitas dan pengerjaan yang lebih baik
Sebenarnya masih ada tipe additive-additive lain, tapi pemanfaatannya sendiri untuk industri readymix di Indonesia belum maksimal. Additive-additive tersebut yaitu:
- VMA (viscosity-modifying admixtures)
- SRA (shrinkage reducing admixture)
- AWA (anti washout agent)
Tipe-tipe Mineral Admixture yaitu:
1. Material cementitious
Dapat bereaksi langsung dengan air. Bahan ini mengandung silikat dan kalsium aluminosilikat. Contoh: Blast Furnace Slag, yaitu bahan buangan industri baja yang menggunakan tanur pijar.
2. Material pozzolanic
Material yang dapat bereaksi dengan kapur bebas (Ca(OH)2) plus air. Komposisinya didominasi oleh siliceous dan aluminous. Contoh: Abu Terbang kelas F, yaitu sisa buangan Industri Pembangkit Listrik yang menggunakan batubara jenis bituminous atau anthracite. Selain itu, silica fume (hasil sampingan produksi elemen silicon), juga bahan pozzolanic. Komposisinya didominasi oleh unsur amorphous silica.
3. Material pozzolanic dan cementitious
Material ini dapat bereaksi dengan air saja atau dengan kapur bebas (Ca(OH)2) plus air. Komposisinya didominasi oleh siliceous, aluminous dan kapur. Contoh: Abu Terbang kelas C, yaitu sisa buangan Industri PLTU yang menggunakan barubara jenis lignite atau subbituminous.
4. Material inert
Material ini tidak bereaksi secara kimiawi dengan unsur-unsur semen. Contoh: bahan buangan pabrik batu marmer, bahan kuarsa yang sudah dihaluskan dan lain-lain.
source:
https://www.academia.edu/9794483/Bahan_Tambah_Beton_Admixture_and_Additive_
Comments
Post a Comment