Sifat Dasar Beton Prategang Skip to main content

Sifat Dasar Beton Prategang

Menurut T.Y. Lin dan Burns (1982), Ada tiga kosep dasar yang dipakai untuk menganalisis sifat-sifat dasar dari beton prategang, yaitu:

1)  Sistem Prategang untuk Mengubah Beton Menjadi Bahan yang Elastis

Merupakan buah pemikiran Eugene Freyssinet yang memvisualisasikan bahwa beton prategang pada dasarnya adalah beton yang ditransformasikan dari bahan yang getas menjadi bahan elastis dengan memberikan tekanan (desakan) terlebih dahulu (pratekan) pada bahan tersebut. Dari konsep ini lahirlah kriteria “tidak ada tegangan tarik” pada beton.

Atas dasar pandangan ini beton divisualisasikan sebagai benda yang mengalami dua sistem pembebanan : gaya internal prategang dan beban eksternal, dengan tegangan tarik akibat gaya eksternal dilawan oleh tegangan tekan akibat gaya prategang. Begitu juga retak pada beton akibat beban eksternal dicegah atau diperlambat dengan pratekan yang dihasilkan oleh tendon. Sejauh tidak terjadi retak-retak, tegangan-tegangan, regangan-regangan, dan lendutan-lendutan pada beton akibat kedua sistem pembebanan dapat dipandang secara terpisah dan bersama-sama bila perlu. 

Dalam bentuk paling sederhana, balok persegi panjang yang diberikan prategang oleh sebuah tendon yang melalui sumbu yang melalui titik berat dan dibebani oleh gaya eksternal. Gaya tarik prategang P pada tendon menghasilkan gaya tekan P yang sama pada beton yang bekerja pada titik berat tendon. Pada keadaan ini gaya berada pada titik berat penampang beton. Akibat gaya prategang P, tegangan merata sebesar:

F = P/A

Dengan:   

P      = gaya prategang efektif

F       = tegangan satuan

A      = luas penampang

Akan timbul pada penampang seluas A. jika M adalah momen eksternal pada penampang akibat beban dan berat sendiri balok, maka tegangan pada setiap titik sepanjang penampang akibat M adalah:

F = (M × Y) / I

Dengan:   

f       = tegangan satuan

M      = momen pada penampang

Y      = jarak dari sumbu yang melalui titik berat

I       = momen inersia pada penampang

Jadi distribusi tegangan yang dihasilkan adalah:

F = (P / A) ± (M × Y) / I)

Di sini gaya resultan tekan P pada beton bekerja pada titik berat tendon yang berjarak e dari c.g.c. Akibat gaya prategang yang eksentris, beton dibebani oleh momen dan beban langsung. Jika momen yang dihasilkan oleh system prategang adalah P.e, dan tegangan-tegangan akibat momen ini adalah:

F = (P × e × y) / I

Dengan, e = eksentrisitas titik berat tendon dari c.g.c (mm)

maka, distribusi tegangan yang dihasilkan adalah:

F = P / A ± P . e . y / A ± M . y / I

F = P / A (1 ± e / k) ± M / Ak

 

2)  Sistem Prategang untuk Kombinasi Baja Mutu Tinggi dengan Beton Mutu Tinggi

Konsep ini mempertimbangkan beton prategang sebagai kombinasi (gabungan) dari baja dan beton, seperti pada beton bertulang, dimana baja menahan tarikan dan beton menahan tekanan, dengan demikian kedua bahan membentuk kopel penahan untuk melawan momen eksternal.

Pada beton prategang, baja mutu tinggi ditanam pada beton, seperti pada beton bertulang biasa, beton di sekitarnya akan menjadi retak berat sebelum seluruh kekuatan baja digunakan. Oleh karena itu, baja perlu ditarik sebelumnya (pratarik) terhadap beton. Dengan menarik dan menjangkarkan ke beton dihasilkan tegangan dan regangan pada baja. 

Kombinasi ini memungkinkan pemakaian yang aman dan ekonomis dari kedua bahan dimana hal ini tidak dapat dicapai jika baja hanya ditanamkan dalam bentuk seperti pada beton bertulang biasa.

Pada masalah yang tanpa prategang, baja secara khusus diberi ulir untuk membuat. rekatan (bond), dengan maksud untuk mendistribusikan retak. Cara ini menghindari pengeluaran biaya untuk meregangkan dan mengangkurkan baja mutu tinggi tetapi tidak memberikan hasil yang diinginkan seperti gaya pratekan pada beton dan pengontrolan lendutan.


3)  Sistem Prategang untuk mencapai keseimbangan beban

Sistem prategang untuk mencapai keseimbangan beban. Konsep ini terutama menggunakan prategang sebagai suatu usaha untuk membuat keseimbangan gaya-gaya pada sebuah balok. Penerapan dari konsep ini menganggap beton diambil sebagai benda bebas dan menggantikan tendon dengan gaya-gaya yang bekerja pada sepanjang beton.

Suatu balok beton di atas dua perletakan (simple beam) yang diberi gaya prategang F melalui suatu kabel prategang dengan lintasan parabola. Beban akibat gaya prategang yang terdistribusi secara merata ke arah atas dinyatakan:

Wb    = (8.F.h)/L²

Dimana:

Wb   = Beban merata kearah atas, akibat gaya prategang F

H      = Tinggi parabola lintasan kabel prategang

L       = Bentangan Balok

F       = Gaya prategang

Jadi beban merata akibat beban (mengarah ke bawah) diimbangi oleh gaya merata akibat prategang Wb yang mengarah ke atas.


Jenis Beton Prategang

Jenis prategang kadang-kadang dibuat berdasarkan tingkatan prategang yang akan bekerja pada komponen struktur :

1. Penampang Balok Prategang Penuh Terlentur (Full Prestressed)

Adalah komponen struktur yang didesain sedemikian sehingga pada beban kerja tidak terjadi tegangan tarik.

Analisis penampang balok prategang terlentur dilakukan berdasarkan perhitungan tegangan pada penampang saat kondisi elastis, yaitu pada kondisi beban kerja (service load). Pembebanan pada penampang balok prategang terdiri dari beberapa kondisi, yaitu:

  1. Saat pembangunan, dimana pada saat ini beban yang dipikul balok adalah berat sendiri balok;
  2. Saat selesai pembangunan dan bangunan dalam keadaan tak digunakan, dimana beban yang dipikul balok ada berat sendiri balok dan beban mati lainnya;
  3. Saat bangunan digunakan, dimana beban yang bekerja adalah berat sendiri balok, beban mati lainnya, dan beban hidup.

2. Beton Prategang Parsial
Adalah komponen struktur yang didesain sedemikian sehingga pada beban kerja masih memungkinkan terjadinya tegangan tarik pada komponen struktur akibat beban kerja.

Beton prategang parsial merupakan kombinasi dari beton bertulang dan beton prategang penuh. Penggunaan desain beton prategang parsial pada penampang balok akan menghemat jumlah tendon yang dipakai, tetapi agar kekuatan penampang tetap sama maka digunakan sejumlah baja tulangan. Penampang beton prategang parsial tidak dapat memikul beban lebih (overload) dari beban kerja yang direncanakan, maka penampang diharuskan menggunakan beton prategang penuh.

Beton prategang parsial memiliki kelebihan dan kekurangan dibandingkan beton prategang penuh. 

Kelebihan beton prategang parsial adalah, sebagai berikut:
  1. Beton prategang parsial memerlukan jumlah tendon yang lebih sedikit dibandingkan dengan beton prategang penuh, sehingga beton prategang parsial lebih ekonomis
  2. Tidak akan menimbulkan lendutan ke atas (camber) akibat besarnya gaya pratekan
  3. Memiliki daktilitas lebih baik, terutama pada saat terjadi beban siklus (cyclic loading)

Kekurangan beton prategang parsial dibandingkan beton prategang penuh adalah,
sebagai berikut:
  1. Penampang sudah dalam keadaan retak pada saat kondisi beban kerja (service load)
  2. Lendutan yang terjadi akan lebih besar


source:

 https://www.situstekniksipil.com

Comments

Popular posts from this blog

Metode Hydraulic Static Pile Driver (HSPD)

Hydraulic Static Pile Driver (HSPD) adalah suatu sistem pemancangan pondasi tiang yang dilakukan dengan Cara menekan tiang pancang masuk ke dalam tanah denganmenggunakan dongkrak hidraulis yang diberi beban berupa counterweight. Pada proses pemancangan tiang dengan menggunakan Hydraulic Static Pile Driver (HSPD), pelaksanaannya tidak menimbulkan getaran serta Gaya tekan dongkrak hidraulis langsung dapat dibaca melalui sebuah manometer sehingga besarnya Gaya tekan tiang setiap mencapai kedalaman tertentu dapat diketahui. Kapasitas alat pemancangan HSPD ini ada bermacam tipe yaitu 120 Ton, 320 Ton, 450 Ton, pemilihan alat disesuaikan dengan desain load / beban rencana tiang pancang. Untuk menghindari terjadinya penyimpangan prosedur kerja yang tak terkendali, maka prosedur kerja harus diikuti secara cermat. Oleh karena itu, segala perubahan atau penyesuaian yang dilakukan sebagai antisipasi atas kondisi lapangan hanya boleh dilaksanakan atas petunjuk dari site manager dan dengan persetuj

Pondasi Jalur atau Memanjang (Strip Foundations)

Pondasi jalur/ pondasi memanjang (kadang disebut juga pondasi menerus) adalah jenis pondasi yang digunakan untuk mendukung beban memanjang atau beban garis, baik untuk mendukung beban dinding atau beban kolom   dimana penempatan kolom   dalam jarak yang dekat dan fungsional kolom tidak terlalu mendukung beban berat sehingga pondasi tapak tidak terlalu dibutuhkan. Pondasi jalur/ pondasi memanjang biasanya dapat dibuat dalam bentuk memanjang dengan potongan persegi ataupun trapesium. Bisanya digunakan untuk pondasi dinding maupun kolom praktis. Bahan untuk pondasi ini dapat menggunakan pasangan patu pecah, batu kali, cor beton tanpa tulangan dan dapat juga menggunakan pasangan batu bata dengan catatan tidak mendukung beban struktural. Pondasi Jalur atau Pondasi Memanjang Pondasi ini digunakan pada bangunan sederhana yang kondisi tanah aslinya cukup baik. Biasanya kedalaman pondasi ini antara 60 - 80 cm. Dengan lebar tapak sama dengan tingginya. Kebutuhan bahan baku untuk pondasi in

Penentuan Berat Hammer untuk Tiang Pancang

Lanjutan dari Pondasi Tiang Pancang dengan Drop Hammer Hal yang perlu diperhatikan untuk penentuan berat Hammer: 1) Untuk tiang pancang beton precast yang berat ke dalam lapisan tanah yang padat seperti pada stiff clay, compact gravel dan sebagainya maka akan sesuai bila dipilih alat pancang yang mempunyai : - Berat penumbuk (hammer) yang besar. - Tinggi jatuh pendek. - Kecepatan hammer yang rendah pada saat hammer menimpa tiang pancang. Type alat pancang yang sesuai dengan pekerjaan ini adalah type Single – Acting Hammer. Dengan keadaan alat pancang tersebut akan diperoleh lebih banyak energi yang disalurkan pada penurunan tiang pancang dan mengurangi kerusakan-kerusakan pada kepala tiang pancang akibat pemancangan.  2) Untuk tiang pancang yang ringan atau tiang pipa dan baja yang berbentuk pipa tipis sering terjadi pipa tersebut rusak sebelum mencapai kedalaman yang direncankan sehingga pada tanah padat akan sesuai bila dipergunakan alat pancang yang mempun

Metode Pelaksanaan Pekerjaan Tulangan Struktur

Secara umum, pekerjaan pembesian merupakan bagian dari pekerjaan struktur. Pekerjaan ini memegang peranan penting dari aspek kualitas pelaksanaan mengingat fungsi besi tulangan penting dalam kekuatan struktur gedung. Berikut adalah metode pelaksanaan pekerjaan pembesian mulai dari tahap penyimpanan hingga pemasangan tulangan. Pengadaan Material Baja Tulangan Material yang digunakan untuk pekerjaan pembesian gedung pada umumnya adalah baja tulangan ulir. Material berasal dari supplier dan diangkut ke lokasi proyek menggunakan truk. Material yang telah sampai ke lokasi proyek akan diuji terlebih dahulu untuk memeriksa mutu dan kualitas seperti yang sudah ditetapkan. Pengujian yang dilakukan pada umumnya adalah tes tarik, tes tekuk, dan tes tekan. Sampel diambil secara acak untuk setiap beberapa ton baja ntuk masing-masing diameter dengan panjang masing-masing 1 meter. Apabila mutunya sesuai dengan spesifikasi, maka material baja tulangan akan disimpan. Jika tidak sesuai,

Sistem Plumbing dan Sanitasi

PLAMBING : untuk air bersih SANITASI : untuk pembuangan (cair dan padat) PLAMBING : penyediaan air bersih yang dikehendaki dengan tekanan dan debit yang cukup SANITASI : membuang atau pengeluaran air kotor dari tempat tertentu tanpa mencemarkan bagian lainnya. PERALATAN SANITER : SHAFT : lubang di lantai yang digunakan untuk saluran - saluran vertikal LAVATORI : wastafel URINAL : pembuangan air kencing pria BIDET : pembuangan air kencing wanita FLOOR DRAIN : pembuangan air di kamar mandi PIPA AIR BERSIH harus diisi penuh dengan air. PIPA SANITASI digunakan hanya separuh dari pipa. JENIS DAN PERALATAN PLAMBING : 1. Peralatan Air Minum 2. Peralatan Air Panas 3. Peralatan Pembuangan dan Vent 4. Peralatan Saniter ( Plumbing Fixture) : Peralatan Pemadam Kebakaran Peralatan Pengolahan Air Kotor Peralatan Penyediaan Gas Peralatan Dapur Besar Peralatan Pencucian (laundry) Peralatan Air Pendingin (CHILER) dan berbagai pipa i

Sistem Struktur Bangunan Bertingkat Tinggi

Sistem-sistem struktur pada bangunan merupakan inti kekokohannya bangunan diatas permukaan tanah. Sistem struktur ini berfungsi menahan dan menyalurkan beban gaya horizontal dan vertikal secara merata pada sistem-sistem struktur inti dan struktur pendukung, sehingga bangunan dapat memikul beban horizontal dan vertikal maupun gaya lateral. Berikut adalah jenis struktur yang biasa digunakan pada bangunan tinggi: 1. Sistem Struktur Rangka Bertulang dengan Bracing (Braced Frame Structural System) Braces frame adalah rangka vertikal yang menahan gaya lateral membentuk diagonal yang bersama-sama dengan girder, membentuk "web" dari rangka vertikal, dengan kolom bertindak sebagai "chords". Struktur bracing menghilangkan lentur di balok dan kolom. Biasanya struktur ini digunakan dalam konstruksi baja. Sistem ini cocok untuk bangunan bertingkat dalam kisaran ketinggian rendah hingga pertengahan. Struktur ini cukup efisien dan ekonomis untuk meningkatkan kekakuan dan ketahanan

Macam – Macam Cacat Las

Weld Defect atau Cacat las adalah hasil pengelasan yang tidak memenuhi syarat keberterimaan yang sudah dituliskan di standart (ASME IX, AWS, API, ASTM). Penyebab cacat las dapat dikarenakan adanya prosedur pengelasan yang salah, persiapan yang kurang dan juga dapat disebabkan oleh peralatan serta consumable yang tidak sesuai standart. Jenis cacat las pada pengelasan ada beberapa tipe yaitu cacat las internal (berada di dalam hasil lasan) dan cacat las visual (dapat dilihat dengan mata). Jika kita ingin mengetahui defect atau cacat pengelasan internal maka kamu memerlukan alat uji seperti Ultrasonic Test dan Radiography Test untuk pengujian yang tidak merusak, sedangkan untuk uji merusak kamu dapat menggunakan uji Bending atau makro. Untuk jenis jenis cacat pengelasan visual atau surface Anda dapat menggunakan pengujian Penetrant Test, Magnetic Test atau kaca pembesar. Cacat Las Undercut Undercut adalah sebuah cacat las yang berada di bagian permukaan atau akar, bentuk cacat i