Pengujian Material Penyusun Beton
Material penyusun beton merupakan hal yang sangat menentukan kekuatan beton. Oleh karena itu, analisis material harus terus dilakukan untuk menjamin kualitas beton yang diproduksi. Analisis agregat dilakukan walaupun hanya sebagai bahan pengisi, tetapi agregat sangat
berpengaruh terhadap sifat-sifat beton, sehingga pemilihan agregat merupakan suatu bagian penting dalam proses pembuatan beton. Analisis agregat dibagi menjadi 2 (dua) macam yaitu analisis agregat halus dan agregat kasar.
Material penyusun beton merupakan hal yang sangat menentukan kekuatan beton. Oleh karena itu, analisis material harus terus dilakukan untuk menjamin kualitas beton yang diproduksi. Analisis agregat dilakukan walaupun hanya sebagai bahan pengisi, tetapi agregat sangat
berpengaruh terhadap sifat-sifat beton, sehingga pemilihan agregat merupakan suatu bagian penting dalam proses pembuatan beton. Analisis agregat dibagi menjadi 2 (dua) macam yaitu analisis agregat halus dan agregat kasar.
Jenis-jenis pengujian yang dilakukan pada agregat adalah sebagai berikut :
1. Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan
Pengujian berat jenis merupakan pengujian untuk mengetahui berat jenis agregat tersebut. Nilai berat jenis untuk agregat normal 2,5 – 2,7. Sedangkan pengujian penyerapan adalah untuk mengetahui daya serap air dari agregat halus dalam kondisi kering permukaan.
1. Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan
Pengujian berat jenis merupakan pengujian untuk mengetahui berat jenis agregat tersebut. Nilai berat jenis untuk agregat normal 2,5 – 2,7. Sedangkan pengujian penyerapan adalah untuk mengetahui daya serap air dari agregat halus dalam kondisi kering permukaan.
Rumus yang digunakan adalah :
SG = S / ((B+S)-C)
ABS = ((S-A)/A) x 100%
Keterangan :
SG = Berat Jenis
ABS = Penyerapan
S = Berat pasir kondisi kering permukaan (gr)
B = berat piknometer + air (gr)
C = berat piknometer + air + pasir SSD (gr)
SG = S / ((B+S)-C)
ABS = ((S-A)/A) x 100%
Keterangan :
SG = Berat Jenis
ABS = Penyerapan
S = Berat pasir kondisi kering permukaan (gr)
B = berat piknometer + air (gr)
C = berat piknometer + air + pasir SSD (gr)
2. Pengujian Kadar Air
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui kandungan air yang ada pada agregat yang dipergunakan supaya tidak terjadi kelebihan kandungan air dalam perencanaan campuran beton. Untuk mendapatkan campuran beton dengan nilai kekentalan (slump) yang tepat, faktor air semen sesuai, rencana dan volume tepat.
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui kandungan air yang ada pada agregat yang dipergunakan supaya tidak terjadi kelebihan kandungan air dalam perencanaan campuran beton. Untuk mendapatkan campuran beton dengan nilai kekentalan (slump) yang tepat, faktor air semen sesuai, rencana dan volume tepat.
Rumus yang digunakan adalah :
KA = ((A-B)/A) x 100%
Keterangan:
CC = Kadar lumpur (Colloid content)
A = Berat pasir awal (gr)
B = Berat pasir akhir (gr)
KA = ((A-B)/A) x 100%
Keterangan:
CC = Kadar lumpur (Colloid content)
A = Berat pasir awal (gr)
B = Berat pasir akhir (gr)
3. Pengujian Gradasi (Grading)
Pengujian gradasi dilakukan untuk mengetahui distribusi ukuran agregat. Apabila butir agregat mempunyai ukuran yang sama (gradasi seragam), maka volume pori besar. Namun, bila ukuran butirnya terdistribusi dengan baik / tidak seragam (gradasi menerus), maka volume pori kecil. Analisis gradasi dihitung berdasarkan berat agregat yang bertahan pada setiap ayakan dan dinyatakan dalam presentase.
Rumus yang digunakan adalah :
Modulus halus butiran (m,h,b) = Σ berat kumulatif / 100
4. Pengujian Kandungan Lumpur
Pengujian kandungan lumpur merupakan pengujian untuk mengetahui kadar lumpur. Agregat dengan kadar lumpur besar dapat mengakibatkan ikatan antar agregat kurang kuat sehingga membutuhkan semen lebih banyak.
Pengujian gradasi dilakukan untuk mengetahui distribusi ukuran agregat. Apabila butir agregat mempunyai ukuran yang sama (gradasi seragam), maka volume pori besar. Namun, bila ukuran butirnya terdistribusi dengan baik / tidak seragam (gradasi menerus), maka volume pori kecil. Analisis gradasi dihitung berdasarkan berat agregat yang bertahan pada setiap ayakan dan dinyatakan dalam presentase.
Rumus yang digunakan adalah :
Modulus halus butiran (m,h,b) = Σ berat kumulatif / 100
4. Pengujian Kandungan Lumpur
Pengujian kandungan lumpur merupakan pengujian untuk mengetahui kadar lumpur. Agregat dengan kadar lumpur besar dapat mengakibatkan ikatan antar agregat kurang kuat sehingga membutuhkan semen lebih banyak.
Rumus yang digunakan adalah :
CC = ((A-B) / A) x 100%
CC = ((A-B) / A) x 100%
Keterangan:
CC = Kadar lumpur (Colloid content)
A = Berat pasir awal (gr)
B = Berat pasir akhir (gr)
CC = Kadar lumpur (Colloid content)
A = Berat pasir awal (gr)
B = Berat pasir akhir (gr)
5. Pengujian Kandungan Zat Organik
Kotoran organik biasanya bercampur dengan agregat halus adalah berasal dari penghancuran zat tumbuh-tumbuhan baik berupa humus maupun lumpur organik. Zat organik yang dikandung oleh pasir dapat mempengaruhi proses hidrasi semen waktu pengerasan semen.
Kotoran organik biasanya bercampur dengan agregat halus adalah berasal dari penghancuran zat tumbuh-tumbuhan baik berupa humus maupun lumpur organik. Zat organik yang dikandung oleh pasir dapat mempengaruhi proses hidrasi semen waktu pengerasan semen.
6. Pengujian Berat Isi
Pengujian berat isi ini untuk mengetahui berat isi dan rongga pada agregat,metode ini hanya dapat diterapkan pada agregat yang ukuran nominalnya tidak lebih dari 6 in (150 mm).
Rumus yang digunakan adalah :
BI = (B-C)/A
Keterangan:
A = Berat Wadah / Container (Kg)
B = Berat Wadah dan Agregat (Kg)
C = Volume Wadah / Container (m3
note:
Untuk menyikapi komposisi agregat halus dan kasar dengan kandungan lumpur dan kandungan organik tinggi, maka dilakukan pengurangan faktor air semen. Contohnya dari 0,5 menjadi 0,49 untuk menjamin kualitas beton
Pengujian Kuat Tekan
Pengujian kuat tekan menggunakan mesin uji kuat tekan (crushing machine). Kelebihan menggunakan mesin digital adalah lebih akurat dalam menentukan besarnya beban yang mampu ditahan oleh benda uji, besarnya beban pada benda uji diketahui dalam satuan KN dan MPa.
contoh mesin crushing machine
Yang perlu diperhatikan dalam pengetesan mutu beton antara lain:
1. Notasi Mutu Beton
Dalam peraturan baru yang berlaku saat ini, mutu beton dinyatakan dengan notasi f'c dan nilai kuat tekannya dinyatakan dalam MPa.
2. Jumlah Benda Uji Untuk Kuat Tekan
Hasil uji kuat tekan beton diperoleh dari rata-rata kuat tekan 2 (dua) buah (atau sepasang) benda uji berbentuk silinder berdiameter 150 mm dan tinggi 300 mm yang telah berurnur 28 hari
Keperluan 2 (dua) buah benda uji adalah untuk menjamin kesahihan kualitas pembuatan benda uji & proses uji tekannya. Bila hasil uji dari benda uji berbeda jauh, maka akan memberi indikasi ada yang tidak baik pada kualitas benda uji atau dalam proses penekanannya.
3. Arti Hasil Uji f'c Dan Kode Benda Uji.
Benda uji yang diuji tekan adalah sample beton yang diambil dari beton yang dipakai untuk pembuatan sekelompok komponen struktur beton. Bila kuat tekan yang diperoleh dari sample itu memenuhi syarat kuat tekan, maka mutu beton kelompok komponen tadi akan dinyatakan OK pula
Bila terjadi sebaliknya, maka mutu beton kelompok komponen tadi menjadi tidak memenuhi syarat. Oleh sebab itu pemberian kode pada benda uji silinder wajib dilakukan sebagai berikut:.
Contoh Gbr 1 diatas menunjukkan 2 buah silinder suatu proyek yang telah diberi kode dimana kodenya memiliki arti sebagai berikut:
7a dan 7b : menunjukkan nomor benda uji dan pasangannya.
x : mencatat lokasi kelompok komponen struktur yang diwakili oleh silinder 7a dan 7b
6/8 : berarti dicor tanggal 6 Agustus
8.50 : berarti dibuat pada pukul 8.50
4. Frekuensi Pengujian.
Sample benda uji (untuk tiap mutu beton) diambil tidak kurang (ambil yang lebih besar) dari:
- satu pasang untuk tiap hari pengecoran
- satu pasang untuk tiap 720 m3
- satu pasang untuk tiap 500 m2 luasan lantai atau dinding
5. Kuat Tekan Yang Memenuhi Syarat (SNI 2847 Pasal 7.6.3.3)
Bila hasil uji beton telah terkumpul dan telah disusun sesuai urutan tanggal pembuatannya, kuat tekan kelompok beton yang diwakili oleh benda uji silinder dianggap memenuhi syarat bila dua hal berikut ini dipenuhi:
- Tidak ada nilai kuat uji tekan (rata-rata dari kuat tekan 2 silinder) yang lebih kecil dari f'c - 3.5 MPa
- Tidak ada nilai kuat uji tekan rata-rata dari 3 uji tekan yang berurutan yang lebih kecil dari f'c.
Contoh: Tabel berikut ini menunjukkan hasil uji kuat tekan beton bermutu f'c : 30 MPa dari suatu proyek.
Menurut syarat SNI ps 7.6.3.3:
- Batas dari syarat (a) adalah : 30 - 3.5 : 26.5 MPa
- Batas dari syarat (b) adalah : 30 MPa
Evaluasi:
- Kuat tekan silinder tanggal 10/8/08 : 25.8 MP, cenderung disebabkan oleh kesalahan dalam pembuatan silinder no 1b.
- Beton di semua kelompok komponen memenuhi syarat mutu
- Beton (syarat (a) dan syarat (b))
- Kesimpulan: Beton kelompok D s/d H memenuhi syarat.
Manfaat Uji Tekan Beton
Di Laboratorium beton permintaan uji tekan beton diisyaratkan memasukkan sample uji maksimum sebanyak 10 buah silinder. Pimpinan proyek diharapkan memanfaatkan uji tekan ini seperti yg dicontohkan di Butir "Kuat tekan yang memenuhi syarat" di atas yang dapat menunjukkan kondisi mutu beton yang diwakili oleh 5 pasang benda uji dari 5 kelompok komponen struktur yaitu: D, E, F, G, H.
catatan: untuk memenuhi kuat tekan silinder pada umur 28 hari, laboratorium harus melakukan uji tekan pada hari yang berbeda disesuaikan dengan tanggal pembuatan benda uji.
source:
www. ilmubeton.com
Comments
Post a Comment