Beton Pracetak (part 1) Skip to main content

Beton Pracetak (part 1)

Beton merupakan sebuah material yang menggunakan bahan baku semen, pasir, abu batu, kerikil dan air. Semua bahan tersebut diaduk hingga menjadi adonan yang siap dituang pada cetakan (bekisting). Sedangkan pengertian beton pracetak adalah salah satu jenis beton yang proses pembuatannya adalah dengan cara dicetak di sebuah pabrik menjadi panel-panel yang nantinya akan dirakit.
Sistem beton pracetak adalah metode konstruksi yang mampu menjawab kebutuhan di era millennium baru ini. Pada dasarnya sistem ini melakukan pengecoran komponen di tempat khusus di permukaan tanah (fabrikasi), lalu dibawa ke lokasi (transportasi) untuk disusun menjadi suatu struktur utuh (ereksi).Perbandingan kualitatif antara strutur kayu, baja serta beton konvensional dan pracetak dapat dilihat pada tabel :

Aspek

KAYU

BAJA

BETON

Konvensional

Pracetak

Pengadaan

Semakin terbatas

Utamanya impor

Mudah

Mudah

Permintaan

Banyak

Banyak

Paling banyak

Cukup

Pelaksanaan

Sukar, Kotor

Cepat, bersih

Lama, kotor

Cepat, bersih

Pemeliharaan

Biaya Tinggi

Biaya tinggi

Biaya sedang

Biaya sedang

Kualitas

Tergantung spesies

Tinggi

Sedang‐tinggi

Tinggi

Harga

Semakin mahal

Mahal

Lebih murah

Lebih murah

Tenaga Kerja

Banyak

Banyak

Banyak

Banyak

Lingkungan

Tidak ramah

Ramah

Kurang ramah

Ramah

Berdasarkan surat keputusan SNI T-15-1991-03, beton pracetak (precast) adalah komponen beton tanpa atau dengan tulangan yang dicetak terlebih dahulu sebelum dirangkai menjadi bangunan, atau sebagai komponen beton yang dicor ditempat bukan merupakan posisi akhir di dalam struktur.
Berdasarkan SNI 7832-2012 : beton pracetak merupakan konstruksi yang komponen pembentuknya dicetak atau difabrikasi. Pengolahannya baik di lahan produksi (bengkel) ataupun di lapangan yang kemudian dipasang di lapangan, sehingga membentuk sebuah bangunan.
Berdasarkan SNI 03-2847-2002 : beton pracetak merupakan pencampuran semen portland atau semen hidraulik lain, agregat halus (ukuran ≤ 5mm), agregat kasar (ukuran 5mm-40mm), dan air serta ditambah dengan bahan tambahan yang dapat membentuk masa padat.
Pada umumnya, beton pracetak mempunyai kekuatan yang berkisar antara 4.000-6.000 psi atau bahkan lebih. Keunggulan utama dari beton ini antara lain dapat menghemat anggaran biaya, menghemat penggunaan bekisting, kualitasnya terkontrol dengan baik, serta tercapainya efisiensi waktu.
Beton pracetak (precast) diproduksi secara masal dan berulang-ulang. Elemen-elemen beton pracetak (precast) yang dibuat dilapangan (pabrik) disambung dilokasi bangunan sampai membentuk suatu struktur yang utuh. Pabrikasi dapat dilakukan ditempat pembangunan proyek tersebut atau diperusahaan industri beton pracetak (pracetak) yang dibuat dengan cara pre-tension (penegangan sebelum pengecoran) maupun post tension (penegangan setelah pengecoran) atau tanpa penegangan.

Beton precast secara fungsinya dapat dibagi 2 yaitu:
a. Beton Pracetak Non Struktural
Beberapa contoh fungsi beton pracetak non struktural antara lain :
  • Paving block & Grass block
  • Buis beton
  • Pagar panel beton
  • U-ditch
  • Road Barrier Beton (batas tol, kanstin beton)
disebutkan dalam SNI 03-2847-2002 bahwa beton pracetak dapat berupa beton bertulang ataupun tidak bertulang. Mutu beton yang biasa dipersyaratkan untuk beton pracetak adalah mutu beton K-175 dan dengan toleransi slump (12 ± 2) cm.

b. Beton Pracetak Struktural
Contoh untuk beton pracetak struktural adalah :
  • Sheet Pile Beton
  • Box culvert
  • Girder Beton Jembatan, dan sebagainya.
Khusus beton pracetak struktural menggunakan mutu beton K-350. Beton pracetak yang dapat diangkat dalam 24 jam setelah proses pencetakannya.

A. Keuntungan Beton Pracetak (precast)
Keuntungan beton pracetak (precast) antara lain:
  • Pengendalian mutu produk komponen lebih terkendali
  • Umumnya menggunakan beton bermutu tinggi (>K350) sehingga dapat mereduksi dimensi dan mengurangi beban konstruksi
  • Dapat diproduksi secara masal di casting yard / pabrik
  • Proses penegangan dilakukan secara akurat menjamin gaya prategang yang disyaratkan
  • Waktu pengerasan beton dapat dipercepat
  • Biaya cetakan / bekisting dapat direduksi jika komponen tipikal dalam jumlah banyak
  • Secara garis besar mengurangi biaya karena pengurangan pemakaian alat-alat penunjang, seperti ;scafolding, dll
  • Tidak diperlukan lahan proyek yang luas, mengurangi kebisingan, bersih dan ramah lingkungan
B. Kerugian Beton Pracetak (precast)
Kerugian beton pracetak (precast) antara lain:
  • Tidak ekonomis bagi produksi tipe elemen yang jumlahnya sedikit
  • Perlu ketelitian yang tinggi agar tidak terjadi deviasi yang besar antara elemen yang satu dengan elemen yang lain, sehingga tidak menyulitkan dalam pemasangan di lapangan
  • Panjang dan bentuk elemen pracetak (precast) terbatas, sesuai dengan kapasitas alat angkat dan angkut.
  • Apabila ukuran berbeda memerlukan bekisting lagi.
C. Beton Pracetak Basah dan Kering
Secara garis besar, terdapat dua  yaitu pracetak kering dan pracetak basah yang memiliki kekhususan masing-masing.
1. Fungsi
Perbedaan pertama yang cukup mendasar dari beton precast adalah  fungsi dari masing-masing beton tersebut, yang berbeda satu sama lain. Pracetak kering berfungsi untuk membantu proses pemadatan agar lebih efisien dalam waktu pemadatan dan meningkatkan output yang dihasilkan. Sedangkan pracetak basah berfungsi untuk pengurangan air dalam jumlah besar, sehingga beton yang dihasilkan memiliki kekuatan dan kinerja yang baik.

2. Penggunaan
Perbedaan pracetak kering dan pracetak basah yang terakhir dapat dilihat pada penggunaan dari masing-masing beton pracetak tersebut. Pracetak kering biasanya digunakan untuk produk beton yang menggunakan mesin percetakan instan, seperti paving block, kanstin beton, buis beton, dan lainnya.
Sedangkan pracetak basah digunakan pada beton yang membutuhkan kekuatan awal dan kinerja tinggi, serta memiliki kapasitas pengurangan air yang besar. Contoh penggunaan beton precast basah adalah pada produk box culvert, pagar beton precast, dan saluran u-ditch beton.

D. Hal Hal yang Perlu Diperhatikan
Yang harus diperhatikan dalam produksi beton pracetak:
  • Perencanaan bangunan struktur beton harus mempertimbangkan semua kondisi pembebanan dan kendala mulai dari saat pabrikasi awal hingga selesainya pelaksanaan struktur, termasuk pelepasan cetakan, penyimpanan, pengangkutan, dan ereksi.
  • Dalam konstruksi beton pracetak (precast) yang tidak berperilaku secara monolit, pengaruh pada semua detail sambungan dan pertemuan harus dipertimbangkan untuk menjamin tercapainya penampilan yang baik dari sistem struktur.
  • Pengaruh dari lendutan awal dan lendutan jangka panjang harus dipertimbangkan, termasuk pengaruh pada komponen struktur lain yang saling bersambungan.
  • Perancangan dari join dan tumpuan harus mencakup pengaruh dari semua gaya yang akan disalurkan termasuk susut, suhu, deformasi elastis, angin dan gempa.
  • Semua detail harus dirancang agar mempunyai toleransi yang cukup terhadap proses pabrikasi dan ereksi dan terhadap tegangan sementara yang terjadi pada saat ereksi.
E. Proses Pembuatan Beton Pracetak
(Precast) Proses pembuatan beton pracetak (precast
1. Proses Pabrikasi
Pabrikasi adalah proses pembuatan beton yang dilakukan di pabrik dan telah diuji, kemudian dilakukan perakitan beton dilokasi proyek.
Setiap komponen struktur pracetak (precast) atau elemennya harus ditandai untuk menunjukkan lokasinya pada struktur, bagian atas permukaannya dan tanggal pabrikasinya. Waktu proses pabrikasi yaitu 14 hari, setelah elemen beton pracetak (precast) berumur 14 hari, barulah dapat dilakukan proses erection (penginstalan).

2. Proses In situ (cor ditempat)
Proses in situ adalah proses pembuatan beton yang dilakukan disekitar lokasi proyek dan perakitannya juga dilakukan di lokasi proyek tersebut. Untuk menghasilkan produksi yang baik, maka diperlukan proses produksi yang terencana dan termonitor dengan baik.

Secara garis besar Proses produksi beton pracetak (precast) ini dapat dibagi dalam tahapan sebagai berikut: 
1. Persiapan peralatan
Peralatan yang digunakan yaitu : Bar bending dan cutting, mesin las, moulding, batching plant atau mobil ready mix, concrete vibrator 

2. Persiapan bekisting atau cetakan
Langkah awal dalam memproduksi beton pracetak yaitu membuat cetakannya terlebih dahulu. Cetakan ini berfungsi untuk membentuk beton dengan spesifikasi yang sesuai perencanaan. Bahan baku untuk membuat cetakan beton pracetak yaitu papan kayu. Papan-papan kayu tersebut lalu dibentuk menjadi kotak dan ditahan menggunakan paku secukupnya. Penentuan ukuran dari cetakan harus benar-benar diperhatikan karena akan berpengaruh secara langsung terhadap hasil jadi dari beton pracetak tersebut. Cetakan beton yang baik seyogyanya bisa dipakai lagi hingga sebanyak 50 kali.
Formwork disiapkan dalam keadaan bersih dan diberi laburan oli baru atau solar untuk menghasilkan permukaan yang halus.

3. Persiapan tulangan dan penempatan didalam bekisting 
Kebanyakan beton pracetak digunakan untuk menahan beban dari bangunan. Tidak hanya pelat lantai saja, beton jenis ini juga kerap dimanfaatkan sebagai material pembentuk struktur balok dan kolom pada suatu bangunan. Oleh karena itu, beton harus mampu menahan gaya beban dan gaya tarik dengan baik. Untuk mencapati tujuan tersebut, maka perlu memasang beberapa tulangan baja ke dalam adukan beton di dalam cetakan tadi sehingga nantinya akan terbentuk beton bertulang.
Tulangan beton harus dipotong dan dibentuk sesuai dengan gambar yang telah ditetapkan. Tulangan dimasukkan di dalam bekisting dengan memperhatikan selimut beton yang ditetapkan. 

4. Pembuatan Adukan Beton
Proses berikutnya yaitu membuat adukan beton sebagai bahan baku dari beton pracetak. Secara prinsip, pembuatan adukan beton dilakukan dengan mencampurkan bahan pengisi dan bahan pengikat menjadi satu. Bahan-bahan yang menjadi bahan baku untuk membuat beton antara lain pasir, kerikil, semen, dan air. Jumlah material-material yang digunakan harus sesuai dengan perbandingan komposisi berdasarkan kualitas beton yang ingin diciptakan. Guna mengubah sifat alami dari beton dan meningkatkan mutunya, Anda bisa menambahkan zat aditif tertentu ke dalam adukan beton tersebut.

5. Proses Pengecoran
Pengecoran Bagian dalam bekisting harus dibersihkan dari sisa potongan kayu dan kawat serta kotoran lainnya. 
Adukan beton yang sudah terbentuk kemudian dituangkan ke dalam cetakan khusus. Pastikan di dalam penuangannya, adukan ini disebarkan secara merata sehingga dapat memenuhi setiap bagian cetakan. Penuangan adukan yang salah akan menyebabkan mutu beton menurun. Bahkan kekuatan beton pun dapat berkurang drastis apabila penampangnya tidak tercetak dengan sempurna. Caranya yaitu adukan beton dituangkan setengahnya terlebih dahulu, lantas dilakukan pemasangan tulangan baja di tengah-tengah cetakan. Barulah kemudian dilanjutkan lagi dengan penuangan adukan sampai penuh.
Pengecoran dilakukan secara berlapis dan diberi getaran untuk menghasilkan kepadatan yang baik.

6. Pengeringan dan Pembongkaran Bekisting
Adukan beton sebaiknya dikeringkan secara alami dengan cara mengangin-anginkannya. Walaupun akan memakan waktu yang cukup lama, tapi hasilnya beton ini bisa mengering secara sempurna. Penjemuran adukan beton di bawah terik sinar matahari langsung justru mampu mengakibatkan beton tersebut mengalami keretakan sehingga tidak layak pakai. Selama proses pengeringan berlangsung, beton juga perlu disiram menggunakan air secara berkala untuk menghindari terjadinya proses pengeringan secara mendadak. Perawatan terhadap beton ini harus dilakukan minimal sampai berumur 7 hari. Sedangkan beton tersebut akan mengering sempurna dan boleh digunakan setelah usianya mencapai 30 hari.

Berikut waktu minimal pembongkaran Bekisting (dalam hari setelah pengecoran)

Bagian Struktur

Waktu minimal pembongkaran Bekisting (dalam hari setelah pengecoran)

1.Sisi samping balok &kolom

3 hari

2.Penyangga pelat lantai

21 hari

3.Penyangga balok

21 hari


Bila menggunakan zat additive : 
1. Bagian struktural sisi samping    :            min 3 hari setelah pengecoran
2. Bagian sisi bawah                        :           min 14 hari setelah pengecoran
Pemeliharaan komponen dilakukan dengan menutup komponen beton di dalam cetakan dengan cara menutup plastik yang dibasahi secara berkala atau disemprot dengan air (curing compound) untuk menjaga kelembabannya.

F. Penanganan, Pengangkutan dan Penyimpanan Elemen Beton Pracetak (precast)
1. Pemberian tanda elemen beton pracetak
Segera setelah pembongkaran bekisting dan melaksanakan perbaikan kecil, maka elemen - elemen harus diberi tanda untuk memudahkan identifikasi dikemudian hari. Cat tahan cuaca harus digunakan dalam menandai elemen - elemen tersebut. Data yang ditandakan pada semua elemen harus mencakup nomor rujukan dan tanggal pengecoran. Pelat pracetak juga harus mempunyai data yang digoreskan pada permukaan atas segera setelah pengecoran.

2. Penanganan dan pengangkutan
Perhatian khusus harus diberikan dalam penanganan dan pemindahan elemen beton pracetak. Elemen pracetak harus diangkat dengan alat pengangkat atau crane melalui lubang-lubang dibuat pada elemen-elemen tersebut, dan harus diangkut dalam posisi tegak. Titik angkat, bentuk dan posisinya harus disetujui oleh Direksi Pekerjaan. Penyangga dan penggantung yang cocok harus digunakan setiap saat dan tidak boleh ada elemen beton pracetak yang akan digerakkan sampai sepenuhnya lepas dari permukaan tanah.
Bilamana cara pengangkatan dan pengangkutan elemen tidak disebutkan dalam gambar, maka Kontraktor harus menyerahkan cara yang diusulkan kepada Direksi Pekerjaan. Setelah disetujui oleh Direksi Pekerjaan, maka Kontraktor harus mengikuti cara yang telah disetujui.

3. Penyimpanan
Elemen - elemen harus ditempatkan bebas dari kontak langsung dengan permukaan tanah dan ditempatkan pada penyangga kayu di atas tanah keras yang tidak akan turun baik musin hujan maupun kemarau, akibat beban dari unit-unit tersebut.

Bilamana unit-unit tersebut disusun dalam lapisan-lapisan, maka tidak melebihi dari 3 lapisan dengan penyangga kayu dipasang di antara tiap lapisan. Penyangga untuk setiap lapisan harus dipasang di atas lapisan yang terdahulu.

G. Metode Penyambungan
Hal yang membedakan selanjutnya adalah sambungan kedua beton tersebut, dimana sambungan merupakan hal yang krusial dalam pemasangan beton pracetak.
Sambungan pracetak kering dilakukan dengan menggunakan komponen-komponen seperti plat besi, yang kemudian dihubungkan menggunakan baut atau las.
Sedangkan sambungan pracetak basah dilakukan dengan cara mengecor di tempat atau grouting, yang memanfaatkan kekuatan dari beton itu sendiri. Sambungan tersebut baru dapat berfungsi secara efektif setelah beberapa waktu tertentu. Yang termasuk dalam jenis ini adalah sambungan in-situ concrete joints.

a. Sambungan Basah
Alasan utama penggunaan sambungan basah adalah karena dapat menghasilkan struktur yang monolit sehingga struktur bangunan menjadi lebih kaku.
Sedangkan alasan yang lain adalah karena sistem ini mudah dikerjakan oleh pelaksana konstruksi serta biaya yang dibutuhkan relatif lebih murah. Pemakaian jenis sambungan ini memerlukan setting time bagi beton sehingga sambungan pada lantai tidak dapat segera berfungsi.
Konsekuensi dari pemakaian sambungan basah adalah harus menggunakan metode pemasangan secara horizontal. Hal ini dilakukan untuk memberi cukup waktu bagi pengerasan sambungannya.

1. Metode Grouting
Metode penyambungan yang sering dipakai adalah grouting, yaitu penyuntikan atau pengecoran sambungan panel joint pada pertemuan balok dan kolom, juga antar filler pelat lantai.
Syarat bahan grouting yaitu :
  • Minimal mutu beton sama dengan mutu beton komponennya (mutu bahan grouting boleh lebih tinggi dari mutu beton)
  • Digunakan bahan khusus untuk grouting, tidak mudah susut (non shrink) agar sambungan komponen monolit, juga bahan tersebut cepat kering dikarenakan dalam waktu yang singkat akibat pekerjaan berikutnya harus berjalan. Bahan tidak boleh mengandung chlorida, nitrat, sulfat atau sulfida.
2.  In-Situ Concrete Joints
Sambungan jenis ini dapat diaplikasikan pada komponen-komponen beton pracetak:
  • Kolom dengan kolom
  • Kolom dengan balok
  • Plat dengan balok
Metode pelaksanaannya adalah dengan melakukan pengecoran pada pertemuan dari komponen-komponen tersebut. Diharapkan hasil pertemuan dari tiap komponen tersebut dapat menyatu. Sedangkan untuk cara penyambungan tulangan dapat digunakan coulpler ataupun secara overlapping.
Penempatan sambungan antara kolom lantai bawah, kolom lantai di atasnya dengan balok dapat terjadi pada satu titik yang sama atau berbeda. Pada penyambungan komponen-komponen beton pracetak sebaiknya dihindari penyambungan dengan jumlah komponen yang besar pada satu titik. Hal ini dapat diatasi dengan menempatkan sambungan antarkolom di atas titik sambungan antara kolom dengan balok.
Pelaksanaan penyambungan in-situ concrete joints berdasarkan tahap pelaksanaannya dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
a. Pelaksanaan Satu Tahap
Yang dimaksud di sini adaiah proses pelaksanaan penyambungan antara kolom-kolom-balok yang dicor dalam satu kali pengecoran. Penyambungan baja dapat dilakukan dengan menggunakan las atau overlapping.

b. Pelaksanaan Dua Tahap
Pelaksanaan dua tahap diaplikasikan pada penyatuan komponenkomponen beton pracetak yang dapat dikerjakan menjadi dua tahap. Contoh keadaan ini adalah proses penyatuan kolom-kolom-balok, tahap yang pertama adalah pelaksanaan penyambungan antara kolom dengan balok kemudian dilanjutkan pengecoran antara kolom dengan kolom.

c. Penyambungan Baja
Penyambungan baja tulangan dapat dilaksanakan dengan dua cara. Yang pertama adalah dengan menggunakan coupler sedangkan cara yang kedua dengan perpanjangan tulangan baja. Pada penyambungan antar kolom, tulangan bagian bawah pada kolom atas dan tulangan bagian atas pada kolom bawah dipasang coupler atau connector.

b. Sambungan Kering
1. Sambungan Las
Alat sambung jenis ini menggunakan plat baja yang ditanam dalam beton pracetak yang akan disambung. Kedua plat ini selanjutnya disambung dengan bantuan las.
Melalui plat baja inilah gaya-gaya akan diteruskan ke komponen yang terkait. Setelah pekerjaan pengelasan dilanjutkan dengan menutup plat sambung tersebut dengan adukan beton yang bertujuan untuk melindungi plat dari korosi.

2. Sambungan Baut
Pada penyambungan dengan cara ini juga diperlukan plat baja di kedua elemen beton pracetak yang akan disatukan. Kedua komponen tersebut disatukan melalui plat tersebut dengan alat sambung berupa baut dengan kuat tarik tinggi. Selanjutnya plat tersebut dicor dengan, adukan beton guna melindungi dari korosi.

3. Sambungan Las Dan Baut
Alat sambung kering dalam menyatukan komponen beton pracetak menggunakan plat baja yang ditanamkan dalam beton dan ditempatkan pada ujung-ujung yang akan disatukan.
Fungsi dari plat baja ini adalah untuk meneruskan gaya-gaya sehingga plat baja ini harus benar-benar menyatu dengan material betonnya. Dalam penyatuan komponenkomponen beton pracetak dapat digunakan alat sambung berupa baut atau las. 
Untuk menghindari terjadinya korosi pada plat baja, setelah proses penyambungan selesai maka lubang sambungan tersebut harus digrouting.
1) Sambungan Kaku antara Balok-Kolom Menerus
Pada pertemuan antara balok dengan kolom, ujung balok didukung oleh corbels yang menjadi satu dengan kolom. Penyatuan antara dua komponen tersebut menggunakan las yang dilaksanakan pada plat baja yang tertanam dalam balok dengan plat baja yang telah disiapkan pada sisi kolom.
Jika karena sesuatu hal maka pada kolom tidak dikehendaki adanya corbel maka untuk menyatukan kedua komponen tersebut dapat digunakan baja siku yang ditempatkan pada balok.

2) Sambungan Sistem Lambda
Sambungan jenis ini digunakan untuk pelaksanaan penyatuan antar balok. Cara penyambungannya adalah dengan menempatkan pin pada ujung balok yang akan disatukan. Pin tersebut kemudian disatukan dengan alat sambung berupa baut ataupun las dan diikuti dengan grouting untuk menghindari korosi yang mungkin terjadi. Sambungan antarbalok sebaiknya ditempatkan pada daerah dengan momen terkecil.

3) Sambungan Kolom dengan pin Joints
Untuk menyatukan dua buah kolom yang mempunyai tampang I dapat digunakan pin yang terletak pada bagian atas dari kolom bawah dan kemudian pada bagian bawah kolom atas disiapkan lubang untuk memasukkan pin tersebut.
Penyatuan komponen-komponen tersebut dilakukan rlengan memasukkan pin ke dalam rubang kemudian menggunakan baut sebagai alat bantunya. Ujung atas baut di-grouting untuk menghindari terjadinya korosi. Cara lain untuk menyatukan kolom adalah menggunakan baja profil “I” yang ditempatkan pada ujung atas dari kolom bagian bawah.
Sedangkan ujung bawah dari kolom bagian atas diberi lubang untuk menempatkan profil tersebut dan dilakukan grouting untuk menyatukannya.

4) Sambungan Baut pada Mushroom Structure
Penyatuan komponen beton pracetak tipe mushroom dapat dilakukan dengan alat sambung baut.

H. Pemilihan Metode Penyambungan Beton
Proses penyatuan komponen-komponen struktur beton pracetak menjadi sebuah struktur bangunan yang monolit merupakan hal yang amat penting dalam pengaplikasian teknorogi beton pracetak. Material yang harus disatukan terdiri dari dua jenis. Yang pertama adalah penyatuan material beton dan yang kedua adalah penyatuan material baja.
Sambungan antar komponen pracetak tidak hanya berfungsi sebagai penyalur beban tetapi juga harus mampu secara efektif mengintegrasikan komponen-komponen tersebut sehingga struktur secara keseluruhan dapat berperilaku monolit.
Gaya-gaya yang harus disalurkan dalam struktur bangunan adalah gaya horizontal, yaitu gaya yang timbul akibat beban horizontal (beban angin, beban gempa) atau gaya vertikal, yaitu gaya gaya yang ditimbulkan akibat beban gravitasi (berat sendiri komponen).
Mengingat mahalnya biaya dan waktu yang dibutuhkan untuk proses penyambungan, sebaiknya diusahakan sesedikit mungkin melakukan penyambungan karena hal tersebut akan menambah durasi keseluruhan suatu proyek.
Salah satu contohnya adalah komponen beton pracetak kolom. Jika memungkinkan (tergantung tinggi bangunan), sebaiknya kolom diproduksi secara menerus (tanpa sambungan) dari kolom lantai dasar sampai dengan kolom lantai paling atas.
Pemilihan metode penyambungan dalam pengerjaan proyek konstruksi dipengaruhi oleh beberapa hal, di antaranya adalah:
a. Sistem Struktur => Rangka bangunan yang terbentuk oleh kolom tanpa ada sambungan di sepanjang kolom biasanya dengan ketinggian tidak lebih dari 30 meter yang disebabkan karena berat sendiri komponen tersebut. Jika panjang kolom bertambah, maka akan bertambah pula beratnya.
Jika ini terjadi maka tentu diperlukan peralatan dengan kapasitas angkat yang lebih besar (belum tentu peralatan tersebut tersedia). Dengan demikian dimensi ukuran komponen beton pracetak tergantung dari peralatan yang tersedia di daerah di mana lokasi proyek tersebut berada.

b. Metode Erection => Dalam penyatuan komponen-komponen beton pracetak dikenal dua metode erection (yaitu metode vertikal dan horizontal). Metode vertikal adalah penyatuan komponen beton pracetak pada arah vertikal ke atas. Sedangkan metode horizontal, cara ini memberikan kelonggaran waktu sebelum sambungan tersebut menerima beban.
Metode vertikal adalah penyatuan komponen beton pracetak pada arah vertikal ke atas sehingga sambungan-sambungan yang dilaksanakan harus segera berfungsi secara efektif karena akan segera menerima dan menyalurkan beban yang dipikul.
Berbeda dengan metode horizontal, cara ini memberikan kelonggaran waktu sebelum sambungan tersebut menerima beban. Dengan demikian pemilihan alat sambung sangat dipengaruhi oleh metode erection yang digunakan.

I. Proses Penginstalan ( Erection) Komponen Pracetak (Precast)
Dalam penyatuan komponen-komponen beton pracetak dikenal dua metode erection, yaitu metode vertikal dan metode horizontal. Metode vertikal adalah penyatuan komponen beton pracetak pada arah vertikal ke atas sehingga sambungan-sambungan yang dilaksanakan harus segera berfungsi secara efektif karena akan segera menerima dan menyalurkan beban yang dipikul.
Berbeda dengan metode horizontal, cara ini memberikan kelonggaran waktu sebelum sambungan tersebut menerima beban. Dengan demikian pemilihan alat sambung sangat dipengaruhi oleh metode erection yang digunakan.
Sebuah sambungan diharapkan dapat menyalurkan beban-beban yang bekerja dengan sempurna. Hal tersebut dapat dicapai apabila sambungan tersebut bersifat kaku (rigid).
1. Penginstalan (erection) Komponen Kolom.
  • Posisi poer telah disiapkan sedemikian rupa sehingga kolom siap untuk diinstal.
  • Pemasangan kolom harus tegak (vertical), kontrol ketegakan menggunakan alat theodolith.
  • Setelah posisi kolom telah vertical, kolom ditopang oleh besi pengaku agar posisi tidak berubah
  • Grouting setelah kolom benar-benar vertical, dapat dilakukan penyambungan pada joint kolom dan pondasi, kemudian dilakukan cast-insitu pada daerah pertemuan titik tumpu.
  • Setelah sambungan dianggap kuat (kering), maka bekisting dan pengaku/shoring dapat dibongkar.
2. Penginstalan (erection) Komponen Balok.
  • Penginstalan balok dimulai setelah kaki kolom digrouting
  • Jika penginstalan balok sudah pada posisinya (fixing), balok tersebut ditopang oleh scaffolding sedemikian rupa agar balok tidak berubah posisinya
  • Penyambungan antara balok dan kolom dilakukan dengan grouting
3. Penginstalan (erection) Komponen Pelat Lantai.
  • Penginstalan pelat dimulai dari posisi tengah ke tepi dari jangkauan Crane
  • Pemasangan harus memperhatikan perletakan tumpuan, apakah sudah bersih dan posisinya sudah tepat (fixing)
  • Setelah pelat tersusun (merata) , maka dilakukan pekerjaan toping lantai
Proses Topping Lantai
Menggunakan beton ready mix dengan mutu beton K-400 sehingga dalam waktu sehari seluruh elemen pracetak telah terekat dan proses erection selanjutnya dapat dilaksanakan dan berjalan dengan lancar.
Menggunakan alat bantu crane dan concrete pump
Tim pengecoran cast in situ hanya dibutuhkan 1 tim pengecoran yang terdiri dari 10 orang pekerja (opsional)

source:
https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/486/05.3%20bab%203.pdf
https://arafuru.com
https://www.builder.id
https://www.situstekniksipil.com

(lanjutan Beton Pracetak (Sistem, Sambungan Pracetak dan Kendalanya) bisa dilihat di sini)

Comments

Popular posts from this blog

Metode Hydraulic Static Pile Driver (HSPD)

Hydraulic Static Pile Driver (HSPD) adalah suatu sistem pemancangan pondasi tiang yang dilakukan dengan Cara menekan tiang pancang masuk ke dalam tanah denganmenggunakan dongkrak hidraulis yang diberi beban berupa counterweight. Pada proses pemancangan tiang dengan menggunakan Hydraulic Static Pile Driver (HSPD), pelaksanaannya tidak menimbulkan getaran serta Gaya tekan dongkrak hidraulis langsung dapat dibaca melalui sebuah manometer sehingga besarnya Gaya tekan tiang setiap mencapai kedalaman tertentu dapat diketahui. Kapasitas alat pemancangan HSPD ini ada bermacam tipe yaitu 120 Ton, 320 Ton, 450 Ton, pemilihan alat disesuaikan dengan desain load / beban rencana tiang pancang. Untuk menghindari terjadinya penyimpangan prosedur kerja yang tak terkendali, maka prosedur kerja harus diikuti secara cermat. Oleh karena itu, segala perubahan atau penyesuaian yang dilakukan sebagai antisipasi atas kondisi lapangan hanya boleh dilaksanakan atas petunjuk dari site manager dan dengan persetuj

Pondasi Jalur atau Memanjang (Strip Foundations)

Pondasi jalur/ pondasi memanjang (kadang disebut juga pondasi menerus) adalah jenis pondasi yang digunakan untuk mendukung beban memanjang atau beban garis, baik untuk mendukung beban dinding atau beban kolom   dimana penempatan kolom   dalam jarak yang dekat dan fungsional kolom tidak terlalu mendukung beban berat sehingga pondasi tapak tidak terlalu dibutuhkan. Pondasi jalur/ pondasi memanjang biasanya dapat dibuat dalam bentuk memanjang dengan potongan persegi ataupun trapesium. Bisanya digunakan untuk pondasi dinding maupun kolom praktis. Bahan untuk pondasi ini dapat menggunakan pasangan patu pecah, batu kali, cor beton tanpa tulangan dan dapat juga menggunakan pasangan batu bata dengan catatan tidak mendukung beban struktural. Pondasi Jalur atau Pondasi Memanjang Pondasi ini digunakan pada bangunan sederhana yang kondisi tanah aslinya cukup baik. Biasanya kedalaman pondasi ini antara 60 - 80 cm. Dengan lebar tapak sama dengan tingginya. Kebutuhan bahan baku untuk pondasi in

Pondasi Tiang Pancang dengan Drop Hammer

Dalam pembangunan sebuah gedung, pondasi adalah salah satu bagian terpenting untuk  menopang bangunan di atas tanah. Untuk pemasangan pondasi pada bangunan sederhana tidak memerlukan alat bantu, tetapi untuk pemasangan pondasi pada bangunan pencakar langit yang biasanya menggunakan pondasi tiang pancang maka diperlukan alat bantu. Alat bantu tersebut berupa alat pemukul yang dapat berupa pemukul (hammer) mesin uap, pemukul getar, atau pemukul yang hanya dijatuhkan. Alat pemukul yang berupa pemukul yang hanya dijatuhkan disebut dengan drop hammer atau pemukul jatuh. Drop hammer merupakan pemukul jatuh yang terdiri dari balok pemberat yang dijatuhkan dari atas. Cara kerja drop hammer adalah penumbuk (hammer) ditarik ke atas dengan kabel dan kerekan sampai mencapai tinggi jatuh tertentu, kemudian penumbuk (hammer) tersebut jatuh bebas menimpa kepala tiang pancang . Untuk menghindari kerusakan pada tiang pancang maka pada kepala tiang dipasang topi/ cap (shock absorber), cap ini biasanya

Metode Pelaksanaan Pekerjaan Tulangan Struktur

Secara umum, pekerjaan pembesian merupakan bagian dari pekerjaan struktur. Pekerjaan ini memegang peranan penting dari aspek kualitas pelaksanaan mengingat fungsi besi tulangan penting dalam kekuatan struktur gedung. Berikut adalah metode pelaksanaan pekerjaan pembesian mulai dari tahap penyimpanan hingga pemasangan tulangan. Pengadaan Material Baja Tulangan Material yang digunakan untuk pekerjaan pembesian gedung pada umumnya adalah baja tulangan ulir. Material berasal dari supplier dan diangkut ke lokasi proyek menggunakan truk. Material yang telah sampai ke lokasi proyek akan diuji terlebih dahulu untuk memeriksa mutu dan kualitas seperti yang sudah ditetapkan. Pengujian yang dilakukan pada umumnya adalah tes tarik, tes tekuk, dan tes tekan. Sampel diambil secara acak untuk setiap beberapa ton baja ntuk masing-masing diameter dengan panjang masing-masing 1 meter. Apabila mutunya sesuai dengan spesifikasi, maka material baja tulangan akan disimpan. Jika tidak sesuai,

Rasio Beton dan Besi

Rasio Beton (n) adalah sebagai berikut: - Plat 0,12 - Kolom 0,07 - 0,08 - Balok 0,1 - Total 0,3 - Konstruksi Khusus 0,4 Beton (m3) = Luas (m2)* n (m) Rasio Besi (m) adalah sebagai berikut: - Kolom 150 - 200 kg/m3 - Balok 100 - 150 kg/m3 - Pelat = 80 - 100 kg/m3 - Pilecap = 80 -120 kg/m3 - Raft = 90 - 120 kg/m3 Rasio hanya sebagai referensi, nilai tidak mutlak

Sistem Plumbing dan Sanitasi

PLAMBING : untuk air bersih SANITASI : untuk pembuangan (cair dan padat) PLAMBING : penyediaan air bersih yang dikehendaki dengan tekanan dan debit yang cukup SANITASI : membuang atau pengeluaran air kotor dari tempat tertentu tanpa mencemarkan bagian lainnya. PERALATAN SANITER : SHAFT : lubang di lantai yang digunakan untuk saluran - saluran vertikal LAVATORI : wastafel URINAL : pembuangan air kencing pria BIDET : pembuangan air kencing wanita FLOOR DRAIN : pembuangan air di kamar mandi PIPA AIR BERSIH harus diisi penuh dengan air. PIPA SANITASI digunakan hanya separuh dari pipa. JENIS DAN PERALATAN PLAMBING : 1. Peralatan Air Minum 2. Peralatan Air Panas 3. Peralatan Pembuangan dan Vent 4. Peralatan Saniter ( Plumbing Fixture) : Peralatan Pemadam Kebakaran Peralatan Pengolahan Air Kotor Peralatan Penyediaan Gas Peralatan Dapur Besar Peralatan Pencucian (laundry) Peralatan Air Pendingin (CHILER) dan berbagai pipa i

Penentuan Berat Hammer untuk Tiang Pancang

Lanjutan dari Pondasi Tiang Pancang dengan Drop Hammer Hal yang perlu diperhatikan untuk penentuan berat Hammer: 1) Untuk tiang pancang beton precast yang berat ke dalam lapisan tanah yang padat seperti pada stiff clay, compact gravel dan sebagainya maka akan sesuai bila dipilih alat pancang yang mempunyai : - Berat penumbuk (hammer) yang besar. - Tinggi jatuh pendek. - Kecepatan hammer yang rendah pada saat hammer menimpa tiang pancang. Type alat pancang yang sesuai dengan pekerjaan ini adalah type Single – Acting Hammer. Dengan keadaan alat pancang tersebut akan diperoleh lebih banyak energi yang disalurkan pada penurunan tiang pancang dan mengurangi kerusakan-kerusakan pada kepala tiang pancang akibat pemancangan.  2) Untuk tiang pancang yang ringan atau tiang pipa dan baja yang berbentuk pipa tipis sering terjadi pipa tersebut rusak sebelum mencapai kedalaman yang direncankan sehingga pada tanah padat akan sesuai bila dipergunakan alat pancang yang mempun