Waktu 24 jam sehari terasa kurang bagi Chelsea Olivia Wijaya. Selain sekolah dari pukul 7.00 pagi hingga 3.00 sore, gadis remaja 15 tahun itu juga harus syuting sinetron, film, dan acara lain. Maklum, sejak bermain dalam sinetron Cincin pada 2006, namanya kian gemilang di dunia hiburan. Si pendatang baru ini pun telah bertambah predikat, yaitu sebagai penyanyi, bergabung dengan artis remaja lainnya di kelompok Bukan Bintang Biasa.
Tak ada waktu leha-leha. Sepulang sekolah, sang mama yang juga manajernya sudah siap menjemput dan membawanya ke lokasi syuting. Sekarang ini, misalnya, gadis manis itu sibuk membintangi sinetron rohani menyambut Natal dan syuting film layar lebar. "Seminggu paling break satu kali," kata ibunya, Yuliana Agustine.
Waktu syuting pun tak bisa diprediksi; tak jarang baru kelar setelah ayam berkokok. Padahal, Chelsea tetap harus bersekolah. "Dia biasanya tidur di mobil dalam perjalanan atau saat istirahat di tengah-tengah syuting," tutur Yuli, yang selalu menyediakan semua kebutuhan anaknya, mulai dari buku sekolah, seragam, hingga perlengkapan mandi, di mobil.
Karena kegiatannya yang superpadat, Yuli sangat ketat menjaga kesehatan putrinya, dengan memperhatikan pola makan anaknya. "Banyak buah dan sayur," katanya. Susu dan yogurt kegemaran Chelsea juga tak ketinggalan. Tak lupa, Yuli menambahkan asupan suplemen dengan kandungan vitamin superkomplet setiap tiga hari sekali. "Puji Tuhan, Chelsea tidak pernah sakit, paling flu ringan," katanya.
Yuli tampaknya cukup berhati-hati dengan asupan suplemen untuk anaknya. "Takut ketergantungan," katanya.
Pendapat Yuli ada benarnya. Menurut Yustina Anie Indriastuti, ahli gizi klinik dari Departemen Kesehatan, suplemen tidak diperlukan selama yang bersangkutan menerapkan pola makan gizi seimbang. "Asupan gizi paling bagus itu lewat makanan sehari-hari," kata Kepala Sub-Direktorat Bina Gizi Klinik Masyarakat Departemen Kesehatan ini.
Menurut Yustina, suplemen cuma diperlukan oleh orang berusia lanjut dan orang sakit, kurang gizi, pekerja berat, atau yang memiliki kelainan tertentu, seperti kelainan darah atau dalam metabolisme. Pemberian suplemen pun tidak boleh sembarangan. Konsumsi suplemen, meskipun tergolong makanan tambahan, perlu diawasi dokter. "Gara-gara mau sehat, semua jenis vitamin diminum. Nanti malah overdosis," kata Yustina.
Ya, mengkonsumsi suplemen memang harus ekstrahati-hati, terutama bagi para remaja yang masih dalam masa pertumbuhan dan sehat. Jangan-jangan, asupan zat tambahan yang dianggap menyehatkan malah berdampak sebaliknya. Ini tidak mengada-ada. Telah cukup banyak penelitian akhir-akhir ini yang membuktikan dampak negatif suplemen. Menurut Iwan Darmansjah, ahli farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, berbagai jurnal kesehatan dalam setahun belakangan ini serius mengupas perihal salah pemahaman tentang suplemen. Misalnya, anggapan semula yang menyatakan asupan vitamin C berlebih bisa digelontor bersama air seni, kini tak lagi berlaku. Kelebihan vitamin C bisa mengakibatkan sakit kepala.
Logikanya, semua zat yang masuk ke tubuh ada takarannya. Misalnya untuk zat besi, jumlah yang bisa diserap tubuh setiap hari hanya 1 miligram atau setara dengan 10-20 miligram zat besi yang terkandung dalam makanan. Dosis vitamin C adalah 60 miligram per hari. Vitamin A, yang bermanfaat buat kecantikan kulit, bila berlebihan justru bisa mengakibatkan kulit bersisik.
Persepsi keliru masyarakat tentang "keajaiban" suplemen itulah yang membuat Iwan Darmansjah prihatin. Padahal, sesuai dengan namanya, suplemen itu cuma tambahan. Artinya, tidak semua orang membutuhkan. Sebagai tambahan, suplemen tentunya tidak dapat menggantikan posisi makanan secara utuh, namun lebih bersifat penambal kekurangan zat-zat gizi. Lagi pula, manfaat suplemen kebanyakan sangat kecil. "Suplemen mungkin ada manfaatnya, tapi masih perlu digali lagi dengan penelitian serius," katanya.
Sayangnya, berbeda dengan obat, suplemen tidak diwajibkan melalui proses uji klinis untuk membuktikan seberapa besar kebenaran manfaatnya. "Padahal kebanyakan efeknya kecil sekali, cuma membonceng efek plasebo," ujarnya. Efek plasebo ini terkait dengan proses penyembuhan tubuh secara alami.
Untuk itulah, Iwan sama sekali tidak menganjurkan remaja yang masih dalam pertumbuhan mengkonsumsi suplemen, meskipun sesibuk Chelsea. "Semuanya kembali ke aturan gizi seimbang, sesuai dengan beratnya aktivitas," kata Yustina.
Lagi pula, selain manfaatnya yang diragukan, mengkonsumsi suplemen-apalagi terus-menerus dalam jangka waktu lama-juga diduga dapat menimbulkan efek negatif (lihat boks Bijak Mengkonsumsi Suplemen).
Menurut Iwan, membanjirnya produk suplemen di pasaran tidak lepas dari undang-undang tentang suplemen kesehatan di Amerika Serikat, Diet Health Supplement and Education Ethics, pada 1993. Peraturan ini dikeluarkan Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA). Undang-undang inilah yang memperbolehkan suplemen dijual bebas, tanpa perlu produsen membuktikan efektivitasnya secara medis. Selanjutnya, undang-undang itu ditiru negara lain. Walhasil, suplemen pun diproduksi besar-besaran dan menjadi bagian dari kebutuhan orang modern.
Namun, setelah bermunculan penelitian yang meragukan khasiat suplemen, saat ini publik AS mulai keras menuntut agar FDA lebih punya peran dalam mengatur keberadaan suplemen. Konsumen di sana meminta FDA nantinya memberikan jaminan keamanan terhadap produk suplemen di pasaran. Sedangkan di Indonesia, menurut Iwan, pemahaman yang benar tentang manfaat suplemen masih perlu digiatkan.
Bijak Mengkonsumsi Suplemen
Suplemen bukan pengganti makanan, karena itu penggunaannya tidak boleh sembarangan.
* Jangan malas berkonsultasi ke dokter untuk mengetahui apakah perlu atau tidak asupan suplemen.
* Kelebihan vitamin C mungkin bisa dibuang lewat urine. Tapi vitamin jenis lain (A, D, E, dan K) umumnya mengendap di dalam tubuh dan dikhawatirkan bisa mengganggu fungsi organ terutama hati dan ginjal.
* Protein yang biasanya terdapat dalam suplemen bila dikonsumsi orang tertentu bisa menimbulkan reaksi alergi.
* Konsumsi zat besi berlebihan tidak bagus buat para penderita kelainan darah seperti talasemia.
* Konsumsi suplemen vitamain K pada orang yang tengah minum obat tertentu kadang-kadang justru memperburuk keadaan.
* Bagi remaja, hindari suplemen yang mengandung protein tinggi dan hormon tambahan. Dikhawatirkan malah bisa memicu gigantisme (tubuh jadi sangat besar) dan gangguan seksual.
* Ikuti ketentuan pemakaian yang tertera pada kemasan suplemen dan perhatikan tanggal kedaluwarsa.
* Jangan percaya bahwa suplemen mampu menyembuhkan penyakit.
Beberapa penelitian terbaru tentang suplemen:
* Konsumsi berlebihan suplemen antioksidan seperti vitamin A, E dan betakaroten justru meningkatkan risiko kematian.
* Cara terbaik mendapat antioksidan untuk kesehatan kulit adalah lewat asupan vitamin dan minyak dari makanan, bukan suplemen.
* Suplemen vitamin D berlebihan justru berbahaya bagi ginjal dan hati.
* Mengkonsumsi suplemen berupa minuman berenergi dapat meningkatkan tekanan darah.
* Suplemen herbal dan natural pengganti Viagra yang diklaim lebih aman juga mengandung bahaya, seperti meningkatkan tekanan darah, bahkan mengakibatkan stroke.
* Terlalu banyak mengkonsumsi vitamin C akan mengganggu penyerapan tembaga, yang meskipun dibutuhkan dalam jumlah sangat kecil, namun penting mengatur susunan kimia dan kinerja tubuh.
* Terlalu banyak suplemen mengandung fosfor akan menghambat penyerapan kalsium.
* Kelebihan vitamin A, D, K, dan zat besi yang tidak dapat dibuang tubuh berbalik menjadi racun.
Tak ada waktu leha-leha. Sepulang sekolah, sang mama yang juga manajernya sudah siap menjemput dan membawanya ke lokasi syuting. Sekarang ini, misalnya, gadis manis itu sibuk membintangi sinetron rohani menyambut Natal dan syuting film layar lebar. "Seminggu paling break satu kali," kata ibunya, Yuliana Agustine.
Waktu syuting pun tak bisa diprediksi; tak jarang baru kelar setelah ayam berkokok. Padahal, Chelsea tetap harus bersekolah. "Dia biasanya tidur di mobil dalam perjalanan atau saat istirahat di tengah-tengah syuting," tutur Yuli, yang selalu menyediakan semua kebutuhan anaknya, mulai dari buku sekolah, seragam, hingga perlengkapan mandi, di mobil.
Karena kegiatannya yang superpadat, Yuli sangat ketat menjaga kesehatan putrinya, dengan memperhatikan pola makan anaknya. "Banyak buah dan sayur," katanya. Susu dan yogurt kegemaran Chelsea juga tak ketinggalan. Tak lupa, Yuli menambahkan asupan suplemen dengan kandungan vitamin superkomplet setiap tiga hari sekali. "Puji Tuhan, Chelsea tidak pernah sakit, paling flu ringan," katanya.
Yuli tampaknya cukup berhati-hati dengan asupan suplemen untuk anaknya. "Takut ketergantungan," katanya.
Pendapat Yuli ada benarnya. Menurut Yustina Anie Indriastuti, ahli gizi klinik dari Departemen Kesehatan, suplemen tidak diperlukan selama yang bersangkutan menerapkan pola makan gizi seimbang. "Asupan gizi paling bagus itu lewat makanan sehari-hari," kata Kepala Sub-Direktorat Bina Gizi Klinik Masyarakat Departemen Kesehatan ini.
Menurut Yustina, suplemen cuma diperlukan oleh orang berusia lanjut dan orang sakit, kurang gizi, pekerja berat, atau yang memiliki kelainan tertentu, seperti kelainan darah atau dalam metabolisme. Pemberian suplemen pun tidak boleh sembarangan. Konsumsi suplemen, meskipun tergolong makanan tambahan, perlu diawasi dokter. "Gara-gara mau sehat, semua jenis vitamin diminum. Nanti malah overdosis," kata Yustina.
Ya, mengkonsumsi suplemen memang harus ekstrahati-hati, terutama bagi para remaja yang masih dalam masa pertumbuhan dan sehat. Jangan-jangan, asupan zat tambahan yang dianggap menyehatkan malah berdampak sebaliknya. Ini tidak mengada-ada. Telah cukup banyak penelitian akhir-akhir ini yang membuktikan dampak negatif suplemen. Menurut Iwan Darmansjah, ahli farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, berbagai jurnal kesehatan dalam setahun belakangan ini serius mengupas perihal salah pemahaman tentang suplemen. Misalnya, anggapan semula yang menyatakan asupan vitamin C berlebih bisa digelontor bersama air seni, kini tak lagi berlaku. Kelebihan vitamin C bisa mengakibatkan sakit kepala.
Logikanya, semua zat yang masuk ke tubuh ada takarannya. Misalnya untuk zat besi, jumlah yang bisa diserap tubuh setiap hari hanya 1 miligram atau setara dengan 10-20 miligram zat besi yang terkandung dalam makanan. Dosis vitamin C adalah 60 miligram per hari. Vitamin A, yang bermanfaat buat kecantikan kulit, bila berlebihan justru bisa mengakibatkan kulit bersisik.
Persepsi keliru masyarakat tentang "keajaiban" suplemen itulah yang membuat Iwan Darmansjah prihatin. Padahal, sesuai dengan namanya, suplemen itu cuma tambahan. Artinya, tidak semua orang membutuhkan. Sebagai tambahan, suplemen tentunya tidak dapat menggantikan posisi makanan secara utuh, namun lebih bersifat penambal kekurangan zat-zat gizi. Lagi pula, manfaat suplemen kebanyakan sangat kecil. "Suplemen mungkin ada manfaatnya, tapi masih perlu digali lagi dengan penelitian serius," katanya.
Sayangnya, berbeda dengan obat, suplemen tidak diwajibkan melalui proses uji klinis untuk membuktikan seberapa besar kebenaran manfaatnya. "Padahal kebanyakan efeknya kecil sekali, cuma membonceng efek plasebo," ujarnya. Efek plasebo ini terkait dengan proses penyembuhan tubuh secara alami.
Untuk itulah, Iwan sama sekali tidak menganjurkan remaja yang masih dalam pertumbuhan mengkonsumsi suplemen, meskipun sesibuk Chelsea. "Semuanya kembali ke aturan gizi seimbang, sesuai dengan beratnya aktivitas," kata Yustina.
Lagi pula, selain manfaatnya yang diragukan, mengkonsumsi suplemen-apalagi terus-menerus dalam jangka waktu lama-juga diduga dapat menimbulkan efek negatif (lihat boks Bijak Mengkonsumsi Suplemen).
Menurut Iwan, membanjirnya produk suplemen di pasaran tidak lepas dari undang-undang tentang suplemen kesehatan di Amerika Serikat, Diet Health Supplement and Education Ethics, pada 1993. Peraturan ini dikeluarkan Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA). Undang-undang inilah yang memperbolehkan suplemen dijual bebas, tanpa perlu produsen membuktikan efektivitasnya secara medis. Selanjutnya, undang-undang itu ditiru negara lain. Walhasil, suplemen pun diproduksi besar-besaran dan menjadi bagian dari kebutuhan orang modern.
Namun, setelah bermunculan penelitian yang meragukan khasiat suplemen, saat ini publik AS mulai keras menuntut agar FDA lebih punya peran dalam mengatur keberadaan suplemen. Konsumen di sana meminta FDA nantinya memberikan jaminan keamanan terhadap produk suplemen di pasaran. Sedangkan di Indonesia, menurut Iwan, pemahaman yang benar tentang manfaat suplemen masih perlu digiatkan.
Bijak Mengkonsumsi Suplemen
Suplemen bukan pengganti makanan, karena itu penggunaannya tidak boleh sembarangan.
* Jangan malas berkonsultasi ke dokter untuk mengetahui apakah perlu atau tidak asupan suplemen.
* Kelebihan vitamin C mungkin bisa dibuang lewat urine. Tapi vitamin jenis lain (A, D, E, dan K) umumnya mengendap di dalam tubuh dan dikhawatirkan bisa mengganggu fungsi organ terutama hati dan ginjal.
* Protein yang biasanya terdapat dalam suplemen bila dikonsumsi orang tertentu bisa menimbulkan reaksi alergi.
* Konsumsi zat besi berlebihan tidak bagus buat para penderita kelainan darah seperti talasemia.
* Konsumsi suplemen vitamain K pada orang yang tengah minum obat tertentu kadang-kadang justru memperburuk keadaan.
* Bagi remaja, hindari suplemen yang mengandung protein tinggi dan hormon tambahan. Dikhawatirkan malah bisa memicu gigantisme (tubuh jadi sangat besar) dan gangguan seksual.
* Ikuti ketentuan pemakaian yang tertera pada kemasan suplemen dan perhatikan tanggal kedaluwarsa.
* Jangan percaya bahwa suplemen mampu menyembuhkan penyakit.
Beberapa penelitian terbaru tentang suplemen:
* Konsumsi berlebihan suplemen antioksidan seperti vitamin A, E dan betakaroten justru meningkatkan risiko kematian.
* Cara terbaik mendapat antioksidan untuk kesehatan kulit adalah lewat asupan vitamin dan minyak dari makanan, bukan suplemen.
* Suplemen vitamin D berlebihan justru berbahaya bagi ginjal dan hati.
* Mengkonsumsi suplemen berupa minuman berenergi dapat meningkatkan tekanan darah.
* Suplemen herbal dan natural pengganti Viagra yang diklaim lebih aman juga mengandung bahaya, seperti meningkatkan tekanan darah, bahkan mengakibatkan stroke.
* Terlalu banyak mengkonsumsi vitamin C akan mengganggu penyerapan tembaga, yang meskipun dibutuhkan dalam jumlah sangat kecil, namun penting mengatur susunan kimia dan kinerja tubuh.
* Terlalu banyak suplemen mengandung fosfor akan menghambat penyerapan kalsium.
* Kelebihan vitamin A, D, K, dan zat besi yang tidak dapat dibuang tubuh berbalik menjadi racun.
Comments
Post a Comment