Dark Specialist D's Note Skip to main content

Posts

Showing posts with the label teknik sipil

Pemasangan Panel Lantai AAC

Hal hal yang perlu diperhatikan pada saat pembuatan pembalokan untuk penopang panel lantai adalah rencana struktur sebaiknya sudah harus ada pada saat pembuatan denah lantai pertama. Perencanaan ruangan-ruangan diatas panel lantai AAC harus di kompromikan dengan ruangan-ruangan dalam lantai satu, begitu pula sebaliknya. Perencanaan ini merupakan suatu proses merajut denah agar terbentuk banyak kesegarisan antara sisi dinding ruangan-rungan di lantai 1 dan ruangan-rungan di lantai dua yang menggunakan panel lantai. Di karenakan bagian ujung panel lantai bertumpu pada ring balok yang terdapat struktur dinding di bawahnya. Untuk pemasangan panel lantai ini dapat menggunakan konstruksi ring balok dengan beton bertulang cor konvensional, tetapi opsi ini harus lebih diperhatikan pada kerataan permukaan ring balok tersebut. Jika didapati permukaan yang tidak rata, disarankan untuk melakukan pemberian mortar atau adukan semen dan pasir di atasnya. Selain ring balok beton, juga dapat menggunaka

Jenis Semen

Semen merupakan salah satu bahan utama dalam konstruksi bangunan yang berfungsi sebagai perekat, yaitu material yang dapat mengikat bahan-bahan padat menjadi suatu kesatuan yang kuat. Semen portland atau portland cement adalah jenis semen yang paling umum digunakan untuk bahan campuran beton, plester dinding, adukan encer, bahan penambal, dan lain sebagainya. Salah satu ciri khusus portland cement adalah dapat mengeras apabila bersentuhan dengan air dan berubah menjadi benda padat yang tidak larut dalam air. Inilah mengapa semen portland disebut sebagai perekat hidrolis. Bahan Baku Portland Cement Portland cement memiliki tekstur berupa serbuk halus, dihasilkan dengan cara menggiling terak/clinker yang mengandung senyawa kalsium silikat dan gypsum sebagai tambahan. Ada beberapa senyawa yang dibutuhkan dalam pembuatan porland cement, yaitu kalsium oksida (CaO), silikon oksida (SiO2), alumunium oksida (A12¬¬O3), dan oksida besi (Fe2O3). Senyawa-senyawa tersebut dapat diperoleh dari beber

Struktur Perkerasan Jalur Kereta Api

Pembangunan jalur rel kereta api berbeda dengan jalan pada umumnya. Jika struktur jalan raya menggunakan material pokok berupa aspal, maka Jalur kereta api menggunakan rel sebagai komponen utama. Cakupan Prasarana Kereta Api Berdasarkan UU No.13 Tahun 1992 yang tertuang dalam Bab I Pasal 1 ayat 7, prasarana kereta api adalah jalur dan stasiun kereta api termasuk fasilitas yang diperlukan agar sarana kereta api dapat dioperasikan. Fasilitas penunjang kereta api adalah segala sesuatu yang melengkapi penyelenggaraan angkutan kereta api yang dapat memberikan kemudahan serta kenyamanan bagi pengguna jasa angkutan kereta api. Prasarana kereta api lebih terperinci lagi dapat digolongkan sebagai: Jalur atau jalan rel, Bangunan stasiun, Jembatan, Sinyal dan telekomunikasi. Untuk kajian di bidang ketekniksipilan, lebih banyak terfokus kepada prasarana kereta api pada pembangunan jalur atau jalan rel, bangunan stasiun dan jembatan. Meskipun demikuan, dalam lingkup kajian prasarana transportasi di

Perhitungan Struktur Tangga

(lanjutan dari Tangga (Persyaratan dan Perhitungan) Prasyarat Kemiringan Tangga Ukuran kemiringan tangga (dalam derajat) adalah perbandingan tinggi tangga (lantai bawah dengan lantai atas) dengan panjang tangga (ruang yang dibutuhkan untuk tangga). Koefisien kemiringan tangga dapat dihitung dengan rumus: z = y / x z = koefisien kemiringan tangga y = tinggi tangga (cm) x = panjang tangga (cm) Koefisien kemiringan (z) = 1 berarti y = x dan membentuk kemiringan 450 Berdasarkan kemiringannya, tangga dibedakan atas: Lantai miring, 6 – 20 derajat Koefisien kemiringan 0,1 – 0,36 Tangga landai, 20 – 24 derajat Koefisien kemiringan 0,36 – 0,44 Tangga biasa, 24 – 45 derajat Koefisien kemiringan 0,44 – 1,0 Tangga curam, tangga hemat, 45 – 75 derajat Koefisien kemiringan 1,0 – 3,7 Tangga naik, tangga tingkat, 75 – 90 derajat Koefisien kemiringan > 3,7 Untuk mendapatkan tangga yang ideal dengan kemiringan 24 – 45 derajat, tinggi tangga (y) tidak boleh lebih besar dari panjang tangga (x), maksima

Balok Berdiri vs Balok Tidur

Balok berfungsi sebagai penahan beban yang dihasilkan oleh pelat, postingan ini memaparkan perbandingan balok berdiri dan balok tidur dari segi stabilitas, lendutan dan kekuatan. Balok merupakan salah satu item pada gedung, seperti yang kita ketahui beberapa item pada gedung diantaranya pelat, balok, kolom, sloof kemudian pondasi. Kasus: Sebuah balok ukuran 30 cm x 20 cm dengan panjang kurang lebih 3 meter. Balok tersebut kemudian diletakan di atas sungai kecil yang lebarnya mungking 2,5 m – 3 m, dengan tujuan untuk penyebrangan.  Bagaimanakah cara meletakan balok tersebut? Apakah akan meletakan balok tersebut dengan posisi berdiri ( lebar 20 cm, tinggi 30 cm) atau balok dengan posisi tidur (lebar 30 cm, tinggi 20 cm)? Untuk menjawab pertanyaan ini, perlu diperhatikan: a. Kekuatan Balok posisi berdiri mempunyai tahanan terhadap momen lentur yang lebih besar daripada balok posisi tidur. Hal tersebut karena adanya modulus penampang yang lebih besar. S=1/6*b*h^2 Contoh yang lain jika meli

Beban Pada Abutment

(lanjutan dari Pemilihan Tipe Abutmen) Beban mungkin terjadi pada abutment yang harus diperhitungkan secara menyeluruh dalam desain. Beberapa beban tersebut adalah sebagai berikut; A. Beban Tanah / Soil Loading Timbunan tanah yang tertahan di bagian belakang abutmen memberikan tekanan tanah seperti pada umumnya untuk dinding penahan tanah. Ini mungkin disertai dengan tekanan hidrostatik air jika drainase yang memadai tidak disediakan di bagian belakang dinding. Dalam situasi di mana dinding dapat bergerak dengan cara dimiringkan atau digeser dan timbunan adalah material granular yang mengalir bebas, tekanan aktif diasumsikan. B. Beban Kendaraan (Surcharge) Dalam kasus yang paling sederhana, misalnya beban terdistribusi (q dalam kN/m2) di permukaan tanah, seperti beban HA, tegangan tambahan yang sama dengan  K a q  dapat ditambahkan ke tekanan tanah yang diasumsikan di bagian belakang abutment. Untuk desain jembatan jalan raya sering digunakan biaya tambahan beban hidup sebesar 10 kN/m2

Kolam Retensi / Retarding Basin

  Kolam retensi adalah kolam yang berfungsi untuk menampung air hujan sementara waktu dengan memberikan kesempatan untuk dapat meresap kedalam tanah yang operasionalnya dapat dikombinasikan dengan pompa atau pintu air. Konsep dasar dari kolam retensi adalah menampung volume air ketika debit maksimum di sungai datang, kemudian secara perlahan lahan mengalirkannya ketika debit di sungai sudah kembali normal. Secara spesifik kolam retensi akan memangkas besarnya puncak banjir yang ada di sungai, sehingga potensi overtopping yang mengakibatkan kegagalan tanggul dan luapan sungai tereduksi. Fungsi  utama kolam retensi  sebagai  pengendali  banjir, namun manfaat lain yang bisa diperoleh dari kolam retensi adalah sebagai sarana pariwisata air dan sebagai konservasi air , karena mampu meningkatkan cadangan air tanah setempat. Berdasarkan lokasinya, kolam retensi terbagi dua yaitu: A. Kolam Retensi yang berada di samping badan sungai. Prinsip yang dipakai dalam pembangunannya harus tersedia lah

Teknik Identifikasi Tanah Ekspansif

  (lanjutan dari Tanah Ekspansif) Tanah ekspansif dapat menyebabkan kerusakan yang cukup besar pada struktur dan pondasi teknik sipil. Hal ini disebabkan oleh tekanan pembengkakan yang tinggi yang mereka berikan pada fondasi saat mereka menyerap air. Selain itu, penyusutan tinggi pada pengeringan juga dapat mempengaruhi pondasi secara negatif. Metode untuk menentukan potensi mengembang tanah ekspansif secara umum dapat dibagi menjadi dua jenis. Kategori pertama terutama melibatkan pengukuran sifat fisik tanah, seperti batas Atterberg, free swell, dan perubahan volume potensial. Kategori kedua meliputi pengukuran sifat mineralogi dan kimia tanah, seperti kandungan tanah liat, kapasitas tukar kation, dan luas permukaan spesifik. Identifikasi Tanah Ekspansi Berdasarkan Sifat Fisik a. Metode Berdasarkan Plastisitas Tanah ekspansif dapat diidentifikasi dengan menggunakan batas Atterberg. Indeks Plastisitas (PI) dan Indeks Likuiditas (LI), adalah dua indeks berdasarkan batas Atterberg. Salah

Tanah Ekspansif

Tanah Ekspansif adalah sebuah tanah atau batuan yang mana kandungan lempungnya dapat mengalami kembang susut yang diakibatkan oleh perubahan kadar air sehingga berdampak pada perubahan volume tanah. Tanah ekspansif juga sangat berisiko pada konstruksi vertikal seperti dinding penahan tanah (Retaining Wall) dan basement, dimana jika kadar air dalam tanah tinggi maka akan mengurangi kekuatan daya dukung tanah sehingga dapat menyebabkan tekanan tanah lateral/tekanan tanah aktif menjadi tinggi yang berakibat pada keruntuhan bangunan penahan tanah.  Pembentukan Tanah Ekspansif Batuan induk dari tanah ekspansif adalah basalt, batuan beku dalam yang bersifat mafik hingga intermediet, lumpur, serpih, dan aluvial yang berasal dari lapukan batuan sebelumnya. Tanah ekspansif umumnya terjadi pada slope bagian bawah suatu dataran alluvial. Letak ini kemungkinan berkaitan dengan "teras gravel" yang berumur Tersier. Kandungan lempung tanah ekspansif berada pada nilai 30-90% dan pada umumnya

Struktur Baja (part 6) Metode Ereksi Baja Konstruksi

Urutan dan metode ereksi struktur baja umumnya tergantung pada tata letak dan susunan komponen struktural. Ereksi struktur baja melibatkan pemasangan di tempat dari anggota baja ke dalam rangka. Mengangkat dan memposisikan masing-masing komponen ke posisinya, lalu menyatukannya, semuanya adalah bagian dari proses. Bolting adalah metode yang paling umum, namun, juga bisa melalui pengelasan.  Secara umum, ereksi struktur baja terutama terdiri dari empat tugas: Pastikan pondasi sesuai dan aman sebelum memulai proses ereksi. Umumnya, crane digunakan untuk mengangkat dan menempatkan komponen pada tempatnya, namun jacking juga digunakan. Sambungan yang dibaut dapat digunakan untuk mengamankan komponen pada tempatnya, tetapi sambungan tersebut tidak akan dikencangkan sepenuhnya. Demikian pula, penyangga mungkin tidak sepenuhnya aman. Menyelaraskan bangunan, terutama dengan memastikan bahwa dasar kolom dilapisi dan rata, dan bahwa kolom/penopang baja tegak lurus. Untuk memungkinkan penyetelan