U-ditch (Proses Pembuatannya dan Pemasangan) Skip to main content

U-ditch (Proses Pembuatannya dan Pemasangan)

 
U-ditch adalah sejenis saluran air yang terbuat dari beton dan memiliki bentuk serupa dengan huruf U. Fungsi utama saluran u-ditch adalah untuk mengalirkan air hujan atau air kotor rumah tangga sebagai pengganti got konvensional. Sistem atau cara membuat u-ditch ini dikerjakan di pabrik beton precast. Saat proses pelaksanaan pembuatan saluran u-ditch, maka komposisi campuran beton tersebut haruslah terdiri dari unsur bahan yang sangat penting. Tujuan penambahan zat additif beton adalah untuk meningkatkan kualitas dari betonnya. Proses pengeringan beton pun dapat menjadi lebih cepat sehingga menghasilkan mutu beton yang tinggi.
Cetakan u-ditch atau bekisting terbuat dari plat besi dan pengaku dari tripleks yang sangat kuat dan diperkuat lagi dengan kerangka kayu. Cetakan dari kayu ini rata-rata dibutuhkan hingga 5 kali. Selain itu saluran beton precast yang dibuat dari plat besi juga bisa difungsikan atau dimanfaatkan berkali-kali.

Kelebihan U-ditch
  • Pengerjaan proyek konstruksi menjadi lebih cepat karena materialnya langsung siap untuk dipasang.
  • Durabilitas atau usia masa pakainya jauh lebih panjang. Di mana u-ditch merupakan produk dengan material beton yang awet. Kualitas struktur u-ditch tinggi, dan produk u-ditch mampu menampung volume air lebih banyak dari pada jenis saluran air lainnya.
  • Bagian cover u-ditch dapat dibuka dan ditutup. Sehingga memudahkan proses pembersihan, perawatan, perbaikan, dan kebutuhan lainnya.
  • Cover u-ditch tersedia dalam dua tipe yaitu heavy duty dan light duty. Kamu bisa memilih tutup cover ini sesuai kebutuhan karena keduanya dibedakan berdasar ketebalannya. Di mana yang satu digunakan sebagai pijakan para pejalan kaki dan satunya lagi digunakan pada area yang dilalui beban berat, misalnya: kendaraan.
Proses Pembuatan U-ditch
A. Bahan Pembuatan U-ditch
Untuk bahan pembuatan U-ditch, terdiri dari:
a. Semen
Semen adalah bahan utama yang dibutuhkan dalam proses produksi u-ditch. Semen yang digunakan adalah semen yang sesuai standar mutu SNI 15-7064-2004. Standar SNI mutu semen tersebut adalah portland komposit (PPC) yang memiliki hidrasi panas yang rendah sehingga proses pengerjaan lebih mudah. Hasil yang dibentuk dari semen ini adalah permukaan beton lebih rapat dan halus.

b. Agregat
Agregat yang dibutuhkan adalah agregat kasar dan halus dengan ukuran standar yang memenuhi SNI adalah 12,5 mm. Dalam melakukan proses penyaringan agregat dibutuhkan waktu selama 20 menit dengan pencucian yang dilakukan sampai lumpur pada bagian dalam sepenuhnya hilang.

c. Air
Sama seperti produk beton precast yang lain, bahan yang dibutuhkan untuk proses produksi u-ditch adalah air. Air yang digunakan harus air bersih tanpa adanya unsur / campuran yang beresiko dapat merusak struktur beton yang akan dibentuk. Ketetapan air yang bagus untuk produksi beton precast sesuai dengan SNI 7974 : 2013.

d. Baja Tulangan
U-ditch terdiri dari 2 tipe, yaitu light duty dan heavy duty. Maka dari itu dalam proses produksinya  membutuhkan baja tulangan untuk memperkuat struktur beton. Tulangan yang digunakan harus jenis polos dan berdiameter 8 mm. Bisa juga dengan tulangan ulir dengan diameter 10 mm yang telah diatur pada SNI 2052:2014.
Pemotongan baja tulangan ini menggunakan gerinda. Sebagai contoh, dibutuhkan baja tulangan sekitar 164 cm hingga mencapai 6 buah untuk tipe u-ditch D10. Sedangkan baja tulangan yang berdiameter 8 mm, dapat dipotong sebanyak 9 buah potongan.
Untuk memproduksi 1 unit u-ditch dibutuhkan waktu 7 menit dalam proses pemotongan baja tulangannya. Proses pemotongan bisa dilakukan secara manual dengan kunci dan penyambungannya menggunakan metode las.

e. Superplasticizer
Untuk proses produksi precast u-ditch ada juga istilah “superplasticizer”. Superplasticizer adalah Sika Viscocrete 3115, yakni dosis semen yang dibutuhkan dalam proses produksi hanya sebesar 1%.

B. Persiapan Bekisting (Mould)
Salah satu tahapan dalam memproduksi U-ditch adalah penuangan beton ke dalam bekisting. Oleh karenanya, harus mempersiapkan bekisting terlebih dahulu. Bekisting (mould) yang biasanya digunakan untuk memproduksi U-ditch terbuat dari plat baja. Pemilihan material baja untuk bekisting ini lebih awet dan tahan lama, sehingga dapat digunakan berulang kali.
Moulding U-ditch
Pada tahap persiapan bekisting terlebih dahulu dibersihkan dari debu dan material lainnya. Khusus untuk U-ditch tipe corrugate dilapisi dengan mirror glaze (anti lengket resin) antara bekisting dan corrugate kayu untuk menutupi celah-celah kecil yang memungkingkan beton segar masuk ke celah-celah tersebut pada saat pengecoran yang dapat merusak bentuk corrugate.
Sebelum baja tulangan diposisikan ke dalam bekisting, terlebih dahulu bekisting dilapisi dengan oli menggunakan kuas. Setelah tulangan terpasang pada bekisting, tulangan dipasangi plastic wheel spacer sebagai pengganti beton decking untuk menghasilkan tebal selimut beton 20 mm.
Pada tiap-tiap sisi bekisting dirapatkan dengan memasang baut mur menggunakan kunci inggris. Pastikan bahwa tidak ada celah agar beton segar (fresh concrete) tidak keluar pada saat pengecoran dan pemadatan dilakukan. 

C. Pembuatan Campuran Beton
1. Penimbangan bahan dan material
Semen, agregat, air, dan superplasticizer ditimbang sesuai dengan komposisi mix design yang telah ditentukan. Campurkan superplasticizer ke dalam air. Superplasticizer mempunyai pengaruh yang besar dalam meningkatkan workabilitas tanpa memengaruhi kuat tekan beton.

2. Proses pencampuran (mixing)
Proses pencampuran dilakukan dengan menggunakan mesin concrete mixer. Langkah pertama dimulai dengan memasukkan secara berurutan pasir, semen, kemudian agregat halus masing-masing sesuai dengan porsi yang telah ditimbang.
Tutup permukaan concrete mixer kemudian nyalakan mesin. Pada 30 detik pertama buka penutupnya. Kemudian pada detik ke 60 masukkan campuran air dan superplasticizer yang telah ditimbang secara perlahan.
Setelah memasukkan campuran air dan superplasticizer, aduk selama 1 menit lalu matikan mesin. Kemudian aduk campuran secara manual menggunakan sendok semen selama 30 detik untuk memastikan tidak ada pasir atau semen yang menggumpal. Setelah itu nyalakan mesin kembali selama 1 menit sampai campuran beton merata. 

3. Pengujian Slump Flow
Pengujian nilai slump flow dilakukan setelah campuran beton jadi. Pengujian nilai slump berguna untuk mengetahui keadaan kelecakan campuran. 

D. Proses Pengecoran Beton
1. Pengecoran
Pengecoran beton dapat dilakukan segera setelah selesai pengadukan (mixing) beton segar dan sebelum beton mulai mengeras.

2. Pemadatan
Proses pemadatan dilakukan saat pengecoran menggunakan mesin vibrator. Campuran beton dituang ke dalam bekisting kemudian mesin vibrator dinyalakan. Pemadatan dilakukan dengan penggetaran agar udara atau angin yang masih berada dalam campuran tersebut dapat keluar dan tidak menimbulkan rongga atau lubang yang menyebabkan kualitas beton berkurang.
Pada proses produksi ini, pemadatan dilakukan dengan 2 kali penggetaran. Untuk penggetaran pertama, beton diisi sampai memenuhi bagian dinding U-ditch kemudian digetarkan selama 20 detik. Setelah penggetaran pertama, bekisting diisi kembali sampai penuh dan digetarkan kembali selama 15 detik.

E. Proses Pengangkatan dan Curing
1. Pengeluaran/Pemindahan Beton dari Bekisting Menggunakan Crane
Campuran beton yang telah dipadatkan kemudian dipindahkan dengan crane ke tempat yang telah ditentukan dimana beton akan mengeras sempurna. Sebagai tahap finishing, permukaan beton kemudian diratakan dengan menggunakan sendok semen (trowel) dan dibiarkan mengeras sempurna.

2.Perawatan (Curing)
Perawatan/Curing dilakukan setelah beton mencapai final setting atau beton telah mengeras. Curing dilakukan untuk memastikan reaksi senyawa semen dapat berlangsung secara optimal sehingga mutu beton yang diharapkan dapat tercapai, dan menjaga agar tidak terjadi susut yang berlebihan pada beton akibat kehilangan kelembaban yang terlalu cepat atau tidak seragam, sehingga menyebabkan retak.
Benda uji dicuring selama sekitar 28 hari berturut–turut mulai hari pertama setelah pengecoran. Curing dilakukan dengan cara menyelimuti permukaan beton dengan kain goni basah.

Proses Pemasangan U-ditch
Proses pemasangan u-ditch terbagi menjadi 6 tahapan pekerjaan, antara lain:
1. Proses Pengukuran Area Galian
Hal pertama yang dilakukan adalah melakukan proses pengukuran area kerja. Kegiatan ini sangatlah penting. Pengukuran dilakukan dengan panjang pekerjaan lagi elevasi. Untuk elevasi yang tercantum akan dijadikan shop drawing dan dipraktekkan di lapangan dengan patok tengah bouwplank terhadap menaruh elevasinya.

2. Galian Tanah
Setelah pengukuran selanjutnya adalah melakukan penggalian tanah dengan memanfaatkan media alat berat seperti backhoe atau excavator. Disamping itu, juga harus dikontrol galian tanah yang digali agar elevasi kemiringan u-ditch sempurna. Hal ini bertujuan agar apabila u-ditch dialiri air, maka air dapat dengan lancar mengalir. Penandaan elevasi galian tanah dilakukan dengan media patok, agar posisi galian tidak berubah.

3. Pembuangan Tanah Sisa Galian
Setelah proses pekerjaan galian tanah selesai dikerjakan, maka selanjutnya adalah membuang tanah sisa galian saluran u-ditch tersebut. Tanah-tanah tersebut sebagian besar dibuang ke luar area proyek berlangsung. Hal ini agar tidak mengganggu lalu lintas kendaraan yang lalu lalang berada di sekitar area proyek pekerjaan pemasangan u-ditch.
Jangan lupa untuk menyisihkan sebagian tanah tersebut untuk proses pengurugan setelah u-ditch terpasang agar rongga-rongga tanah yang masih belum terisi dapat kembali menjadi padat.

4. Proses Pengurugan dengan Sirtu
Setelah melakukan proses galian, maka langkah selanjutnya adalah urug sirtu. Sehari sebelum proses pengurugan, sirtu haruslah sudah siap dibagian sudut galiannya. Sedangkan untuk segmen seterusnya bagian sirtu harus didatangkan secara bertahap berdasarkan atau sesuai dengan keperluan dari tiap segmen galian tersebut. Ketebalan urugannya sekitar 250 milimeter. Proses pengurugan dapat menggunakan excavator atau backhoe yang dikendalikan oleh manusia saat proses perataan menggunakan mesinnya.
Proses pengurugan bisa menggunakan tenaga kerja manusia, hanya saja proses pengerjaannya akan memakan waktu yang lebih lama dibandingkan menggunakan excavator.

5. Proses Pembuatan Lantai Kerja
Untuk rata-rata ketebalan pada lantai kerja secara umum hanya mencapai sampai 50 milimeter dengan kualitas mutu beton standar K-125 atau bisa juga dinamakan dengan istilah BO. Fungsi untuk permulaan lantai kerjanya adalah untuk bisa mengontrol elevasi dengan permukaan saluran drainase yang akan dipasang sehingga saat u-ditch precast yang sudah diturunkan bagian elevasinya bisa diaplikasikan dengan cukup baik.

6. Proses Pemasangan U-ditch
Jika betonnya sudah mencapai usia lebih dari 7 hari sejak dimulainya proses pabrikasi. U-ditch dapat dikirim ke area proyek dan akan disimpan sementara pada tempat pemasangannya. Proses selanjutnya adalah proses pemasangan u-ditch. Proses pemindahan u-ditch precast yang berasal dari stock yard ke area pemasangan akan dibantu oleh forklift dengan kapasitas berat yang pas dengan materialnya. Biasanya untuk berat yang mampu diangkat oleh forklift adalah sebesar 2x berat materialnya itu sendiri. Selain itu, proses pemasangan u-ditch juga memanfaatkan excavator atau crane. Bila menggunakan crane, kapasitas maksimal yang dianjurkan untuk mengangkat benda adalah 5x berat material yang akan diangkatnya tersebut.
note: pemasangan dilakukan setelah proses cor lantai kerja minimal sehari sesudahnya dengan target pemasangan. Untuk tiap harinya rata-rata sekitar 6 buah u-ditch atau sekitar panjang 7 meter lari.

7. Pemasangan Penutup U-ditch
Dibagian atas beton juga sebaiknya dipasang caping beam atau tutup u-ditch yang berasal dari beton cor. Manfaat menggunakan cover u-ditch adalah untuk melindungi posisi beton pracetak u-ditch agar tidak bergeser ke bagian kiri ataupun kebagian kanan oleh desakan tanah setelah pengurugan kembali. Jika semuanya sudah dilakukan, Anda juga harus melakukan pengelasan pada plat penyambung antara beton pracetak u-ditch.

Comments

Popular posts from this blog

Metode Hydraulic Static Pile Driver (HSPD)

Hydraulic Static Pile Driver (HSPD) adalah suatu sistem pemancangan pondasi tiang yang dilakukan dengan Cara menekan tiang pancang masuk ke dalam tanah denganmenggunakan dongkrak hidraulis yang diberi beban berupa counterweight. Pada proses pemancangan tiang dengan menggunakan Hydraulic Static Pile Driver (HSPD), pelaksanaannya tidak menimbulkan getaran serta Gaya tekan dongkrak hidraulis langsung dapat dibaca melalui sebuah manometer sehingga besarnya Gaya tekan tiang setiap mencapai kedalaman tertentu dapat diketahui. Kapasitas alat pemancangan HSPD ini ada bermacam tipe yaitu 120 Ton, 320 Ton, 450 Ton, pemilihan alat disesuaikan dengan desain load / beban rencana tiang pancang. Untuk menghindari terjadinya penyimpangan prosedur kerja yang tak terkendali, maka prosedur kerja harus diikuti secara cermat. Oleh karena itu, segala perubahan atau penyesuaian yang dilakukan sebagai antisipasi atas kondisi lapangan hanya boleh dilaksanakan atas petunjuk dari site manager dan dengan persetuj

Pondasi Jalur atau Memanjang (Strip Foundations)

Pondasi jalur/ pondasi memanjang (kadang disebut juga pondasi menerus) adalah jenis pondasi yang digunakan untuk mendukung beban memanjang atau beban garis, baik untuk mendukung beban dinding atau beban kolom   dimana penempatan kolom   dalam jarak yang dekat dan fungsional kolom tidak terlalu mendukung beban berat sehingga pondasi tapak tidak terlalu dibutuhkan. Pondasi jalur/ pondasi memanjang biasanya dapat dibuat dalam bentuk memanjang dengan potongan persegi ataupun trapesium. Bisanya digunakan untuk pondasi dinding maupun kolom praktis. Bahan untuk pondasi ini dapat menggunakan pasangan patu pecah, batu kali, cor beton tanpa tulangan dan dapat juga menggunakan pasangan batu bata dengan catatan tidak mendukung beban struktural. Pondasi Jalur atau Pondasi Memanjang Pondasi ini digunakan pada bangunan sederhana yang kondisi tanah aslinya cukup baik. Biasanya kedalaman pondasi ini antara 60 - 80 cm. Dengan lebar tapak sama dengan tingginya. Kebutuhan bahan baku untuk pondasi in

Pondasi Tiang Pancang dengan Drop Hammer

Dalam pembangunan sebuah gedung, pondasi adalah salah satu bagian terpenting untuk  menopang bangunan di atas tanah. Untuk pemasangan pondasi pada bangunan sederhana tidak memerlukan alat bantu, tetapi untuk pemasangan pondasi pada bangunan pencakar langit yang biasanya menggunakan pondasi tiang pancang maka diperlukan alat bantu. Alat bantu tersebut berupa alat pemukul yang dapat berupa pemukul (hammer) mesin uap, pemukul getar, atau pemukul yang hanya dijatuhkan. Alat pemukul yang berupa pemukul yang hanya dijatuhkan disebut dengan drop hammer atau pemukul jatuh. Drop hammer merupakan pemukul jatuh yang terdiri dari balok pemberat yang dijatuhkan dari atas. Cara kerja drop hammer adalah penumbuk (hammer) ditarik ke atas dengan kabel dan kerekan sampai mencapai tinggi jatuh tertentu, kemudian penumbuk (hammer) tersebut jatuh bebas menimpa kepala tiang pancang . Untuk menghindari kerusakan pada tiang pancang maka pada kepala tiang dipasang topi/ cap (shock absorber), cap ini biasanya

Metode Pelaksanaan Pekerjaan Tulangan Struktur

Secara umum, pekerjaan pembesian merupakan bagian dari pekerjaan struktur. Pekerjaan ini memegang peranan penting dari aspek kualitas pelaksanaan mengingat fungsi besi tulangan penting dalam kekuatan struktur gedung. Berikut adalah metode pelaksanaan pekerjaan pembesian mulai dari tahap penyimpanan hingga pemasangan tulangan. Pengadaan Material Baja Tulangan Material yang digunakan untuk pekerjaan pembesian gedung pada umumnya adalah baja tulangan ulir. Material berasal dari supplier dan diangkut ke lokasi proyek menggunakan truk. Material yang telah sampai ke lokasi proyek akan diuji terlebih dahulu untuk memeriksa mutu dan kualitas seperti yang sudah ditetapkan. Pengujian yang dilakukan pada umumnya adalah tes tarik, tes tekuk, dan tes tekan. Sampel diambil secara acak untuk setiap beberapa ton baja ntuk masing-masing diameter dengan panjang masing-masing 1 meter. Apabila mutunya sesuai dengan spesifikasi, maka material baja tulangan akan disimpan. Jika tidak sesuai,

Rasio Beton dan Besi

Rasio Beton (n) adalah sebagai berikut: - Plat 0,12 - Kolom 0,07 - 0,08 - Balok 0,1 - Total 0,3 - Konstruksi Khusus 0,4 Beton (m3) = Luas (m2)* n (m) Rasio Besi (m) adalah sebagai berikut: - Kolom 150 - 200 kg/m3 - Balok 100 - 150 kg/m3 - Pelat = 80 - 100 kg/m3 - Pilecap = 80 -120 kg/m3 - Raft = 90 - 120 kg/m3 Rasio hanya sebagai referensi, nilai tidak mutlak

Sistem Plumbing dan Sanitasi

PLAMBING : untuk air bersih SANITASI : untuk pembuangan (cair dan padat) PLAMBING : penyediaan air bersih yang dikehendaki dengan tekanan dan debit yang cukup SANITASI : membuang atau pengeluaran air kotor dari tempat tertentu tanpa mencemarkan bagian lainnya. PERALATAN SANITER : SHAFT : lubang di lantai yang digunakan untuk saluran - saluran vertikal LAVATORI : wastafel URINAL : pembuangan air kencing pria BIDET : pembuangan air kencing wanita FLOOR DRAIN : pembuangan air di kamar mandi PIPA AIR BERSIH harus diisi penuh dengan air. PIPA SANITASI digunakan hanya separuh dari pipa. JENIS DAN PERALATAN PLAMBING : 1. Peralatan Air Minum 2. Peralatan Air Panas 3. Peralatan Pembuangan dan Vent 4. Peralatan Saniter ( Plumbing Fixture) : Peralatan Pemadam Kebakaran Peralatan Pengolahan Air Kotor Peralatan Penyediaan Gas Peralatan Dapur Besar Peralatan Pencucian (laundry) Peralatan Air Pendingin (CHILER) dan berbagai pipa i

Penentuan Berat Hammer untuk Tiang Pancang

Lanjutan dari Pondasi Tiang Pancang dengan Drop Hammer Hal yang perlu diperhatikan untuk penentuan berat Hammer: 1) Untuk tiang pancang beton precast yang berat ke dalam lapisan tanah yang padat seperti pada stiff clay, compact gravel dan sebagainya maka akan sesuai bila dipilih alat pancang yang mempunyai : - Berat penumbuk (hammer) yang besar. - Tinggi jatuh pendek. - Kecepatan hammer yang rendah pada saat hammer menimpa tiang pancang. Type alat pancang yang sesuai dengan pekerjaan ini adalah type Single – Acting Hammer. Dengan keadaan alat pancang tersebut akan diperoleh lebih banyak energi yang disalurkan pada penurunan tiang pancang dan mengurangi kerusakan-kerusakan pada kepala tiang pancang akibat pemancangan.  2) Untuk tiang pancang yang ringan atau tiang pipa dan baja yang berbentuk pipa tipis sering terjadi pipa tersebut rusak sebelum mencapai kedalaman yang direncankan sehingga pada tanah padat akan sesuai bila dipergunakan alat pancang yang mempun